MARKET NEWS

Saham Konglomerasi Tertekan, Rotasi ke Blue Chip Bisa Jadi Pilihan

Desi Angriani 18/10/2025 10:34 WIB

IHSG terkoreksi tajam 2,57 persen ke level 7.916 pada Jumat (17/10/2025), dipicu aksi jual lanjutan di saham-saham konglomerasi besar.

Saham Konglomerasi Tertekan, Rotasi ke Blue Chip Bisa Jadi Pilihan (Foto: iNews Media Group)

IDXChannel - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terkoreksi tajam 2,57 persen ke level 7.916 pada penutupan perdagangan Jumat (17/10/2025), dipicu aksi jual lanjutan di saham-saham konglomerasi besar.

Penurunan ini memperpanjang tren negatif IHSG sepanjang pekan, dengan akumulasi koreksi mencapai 4,14 persen.

Lima saham dengan bobot besar di indeks menjadi penekan utama IHSG yakni PT Dian Swastatika Sentosa Tbk (DSSA) yang anjlok 13,8 persen, PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) turun 5,10 persen, PT Barito Pacific Tbk (BRPT) 7,12 persen, PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN) minus 9,66 persen, dan PT Multipolar Technology Tbk (MLPT) merosot 15 persen.

Koreksi tersebut menandai pergeseran momentum setelah sektor konglomerasi menjadi penggerak utama reli IHSG sejak awal 2025. Meski turun tajam dalam seminggu terakhir, IHSG masih mencatat kenaikan 11,8 persen year-to-date (ytd), menunjukkan performa lebih baik dibandingkan indeks LQ45 yang justru melemah 6,57 persen ytd.

Aksi profit taking di saham konglomerasi

Menurut riset terbaru Stockbit Jumat (17/10/2025), pelemahan IHSG dalam sepekan terakhir mencerminkan aksi ambil untung (profit taking) di saham-saham konglomerasi setelah reli yang signifikan sejak paruh pertama tahun ini.

Sementara itu, saham-saham berkapitalisasi besar (blue chip) mulai menunjukkan ketahanan lebih baik, di mana indeks LQ45 hanya terkoreksi 2,68 persen pada periode yang sama. Gap performa antara IHSG dan LQ45 yang melebar sejak pertengahan 2025 kini mulai menyempit.

Stockbit memperkirakan, kinerja keuangan kuartal III-2025 kemungkinan akan menjadi titik terendah bagi sejumlah emiten besar, sebelum mulai pulih pada kuartal akhir.

Dengan valuasi yang telah turun signifikan dan potensi pergeseran dana dari saham konglomerasi ke sektor defensif seperti consumer dan banking, analis menilai peluang rotasi pasar mulai terbuka menjelang akhir tahun.

"Investor dapat merotasi atau melakukan rebalancing ke beberapa saham blue chip untuk mengelola risk–reward portofolio," tulis Stockbit.

Saham consumer dan banking dinilai menarik

Dua sektor yang kini paling menarik untuk rebalancing portofolio adalah consumer goods dan perbankan.

Dari sisi valuasi, saham consumer saat ini diperdagangkan lebih dari 1 standar deviasi di bawah rata-rata historis, sementara saham perbankan bahkan mendekati minus 2 standar deviasi, menandakan potensi undervaluasi yang cukup besar.

Secara fundamental, sektor consumer diperkirakan memiliki prospek pertumbuhan laba bersih lebih kuat pada 2025-2026, dengan ICBP, INDF, dan KLBF menjadi pilihan utama.

Sementara di sektor perbankan, kinerja laba 2025 mungkin masih menurun, kecuali untuk BBCA, namun prospek dividen yield yang tinggi menjadi kompensasi menarik bagi investor jangka menengah.

"Potensi penurunan lanjutan di kedua sektor tersebut relatif terbatas. Jika profit taking di saham konglomerasi berlanjut, sektor consumer dan banking menawarkan potensi upside menarik," tulis Stockbit.

(DESI ANGRIANI)

SHARE