MARKET NEWS

Saham MHKI, OASA, TOBA Melesat, Investor Menanti Perpres PLTSa

TIM RISET IDX CHANNEL 07/10/2025 12:52 WIB

Saham emiten energi hijau dan pengelolaan limbah melonjak pada perdagangan Selasa (7/10/2025).

Saham MHKI, OASA, TOBA Melesat, Investor Menanti Perpres PLTSa. (Foto: TBS Energi)

IDXChannel – Saham emiten energi hijau dan pengelolaan limbah melonjak pada perdagangan Selasa (7/10/2025), di tengah ekspektasi pasar terhadap terbitnya revisi aturan pemerintah yang digadang-gadang menjadi katalis baru bagi industri tersebut.

Lonjakan harga saham emiten energi ini mencerminkan antisipasi investor terhadap arah kebijakan pemerintah yang kian serius menggarap program waste to energy (WtE).

Mengutip data Bursa Efek Indonesia (BEI), saham emiten pengelolaan limbah industri PT Multi Hanna Kreasindo Tbk (MHKI) terbang 17,82 persen menjadi Rp238 per unit, PT TBS Energi Utama Tbk (TOBA) melesat 11,79 persen ke level Rp1.470 per unit, dan PT Maharaksa Biru Energi Tbk (TOBA) mendaki 9,30 persen.

Pengamat pasar modal Michael Yeoh menilai, pergerakan OASA menunjukkan pola teknikal yang patut dicermati.

“OASA memiliki pola yang menarik, yaitu double bottom di peak, dengan target konfirmasi di 280,” ujar Michael, Selasa (7/10/2205).

Ia menjelaskan, jika level tersebut berhasil ditembus, maka terbuka peluang kenaikan harga yang lebih tinggi. “Melewati angka ini membuat OASA memiliki target kenaikan hingga 330,” imbuh dia.

Michael juga melihat pola serupa pada saham TOBA. “TOBA dengan pola yang serupa, perlu memvalidasi angka 1.420,” tuturnya.

“Jika area ini tervalidasi, maka mengonfirmasi kenaikan hingga 1.550,” katanya menegaskan.

Pemerintah dikabarkan akan segera menerbitkan aturan baru terkait program waste to energy (WtE) melalui revisi Perpres Nomor 35 Tahun 2018 tentang Percepatan Pembangunan Instalasi Pengelolaan Sampah Menjadi Energi Listrik (PSEL) atau Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa).

Mengutip pemberitaan media, Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM, Eniya Listiani Dewi, mengungkapkan perpres baru tersebut ditargetkan terbit pekan ini.

Ia menjelaskan, pembahasan terakhir berkaitan dengan teknis pendataan PLTSa melalui sistem Online Single Submission (OSS).

Regulasi baru ini akan memangkas birokrasi perizinan dengan menghapus tipping fee dan menggantinya dengan skema subsidi pembelian listrik dari PLN. Selain itu, Badan Pengelola Investasi (BPI) Danantara dan PLN akan diberi mandat untuk mempercepat proses pengembangan PLTSa.

Transformasi TOBA

Sebelumnya, TOBA dikenal sebagai perusahaan energi yang erat kaitannya dengan bisnis batu bara. Namun dalam beberapa tahun terakhir, Perseroan mulai merombak model bisnisnya secara menyeluruh dengan berinvestasi di sektor-sektor masa depan dan memposisikan diri sebagai perusahaan yang berfokus pada keberlanjutan (sustainability-centered business).

Beberapa segmen bisnis ‘masa depan’ yang kini tengah diperkuat TOBA mencakup kendaraan listrik, energi baru dan terbarukan (EBT), serta pengelolaan limbah yang diubah menjadi sumber energi.

Di segmen kendaraan listrik, TOBA hadir sebagai penyedia ekosistem motor listrik melalui merek Electrum, yang tidak hanya mengembangkan kendaraan listrik tetapi juga membangun infrastruktur penukaran baterai.

Perseroan masuk ke bisnis ini sejak 2021 melalui kemitraan dengan Gojek (GoTo Group). Seiring waktu, kerja sama tersebut diperluas dengan menyasar ekosistem kendaraan listrik untuk berbagai lini bisnis, termasuk sektor logistik.

Di segmen EBT, TOBA mulai memperluas portofolionya ke pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) dan pembangkit listrik tenaga mini hidro (PLTM) sejak 2023. Pembangkit mini hidro yang berlokasi di Lampung dengan kapasitas 6 MW telah mulai beroperasi sejak Januari 2025.

Sementara itu, proyek PLTS yang dibangun di Batam menargetkan kawasan industri sebagai pasar utama dan saat ini masih dalam tahap konstruksi dengan kapasitas 46 MWp. TOBA memiliki partisipasi sebesar 49 persen di kedua proyek pembangkit ini.

Langkah transformasi TOBA ke arah bisnis berkelanjutan juga mencakup sektor pengelolaan limbah. Perseroan memulainya dengan menggarap limbah medis, dan kini telah merambah ke pengelolaan limbah secara umum. Menariknya, TOBA tidak hanya mengumpulkan limbah, tetapi juga mengolahnya menjadi sumber energi.

Ekspansi di sektor ini dimulai dengan akuisisi Asia Medical Enviro Services (AMES), perusahaan pengelola limbah medis berbasis di Singapura yang menguasai sekitar 50 persen pangsa pasar pada Agustus 2023.

Selanjutnya pada Desember 2023, TOBA juga mengakuisisi perusahaan asal Indonesia yang memiliki model bisnis pengelolaan limbah B3 medis, B3 komersial serta limbah domestik bernama ARAH Environmental. Perusahaan ini beroperasi di 15 Provinsi dan melayani lebih dari 5.000 pelanggan medis, industrial dan domestik.

Paling anyar, adalah akuisisi perusahaan pengelolaan limbah berbasis di Singapura bernama Sembcorp Environment Pte. Ltd. serta Sembcorp Enviro Facility Pte. Ltd. pada Maret 2025 dan Mei 2025.

“Langkah strategis ini patut diapresiasi, karena berbeda dengan perusahaan yang bisnisnya berbasis batubara lain, TOBA tidak hanya melakukan diversifikasi ke sektor yang ESG dan sustainability related, tetapi mereka merombak ulang model bisnis. Ini adalah transformasi yang bold,” ujar analis NH Korindo Sekuritas, Leonardo Lijuwardi, beberapa waktu lalu.

Menurutnya, masuknya TOBA ke bisnis pengelolaan limbah ini akan menjadi katalis jangka panjang untuk kinerja Perseroan. Pasalnya model bisnis ini sangat relevan untuk kondisi Indonesia yang sudah masuk pada fase darurat sampah.

“Marketnya ada dan besar di kita [Indonesia] karena kita negara dengan populasi terbesar ke-4 dunia. Sampah dan limbah jadi persoalan nyata. Pemerintah coba cari solusi dan game changer-nya nanti adalah Perpres Sampah. TOBA menjadi perusahaan yang menjadi beneficiary dari regulasi ini nantinya,” imbuh Leonardo.

Lebih lanjut, Leonardo juga melihat, Perpres sampah akan menjadi katalis positif untuk TOBA ke depan. Ia berharap bahwa Perpres yang kabarnya akan segera diluncurkan tersebut mampu memberikan payung hukum yang jelas tentang proses koleksi, pemisahan, pengolahan sampah atau limbah hingga aspek pembayaran atau payment.

“TOBA telah menyiapkan infrastruktur yang kuat dan lengkap. Bisnis pengelolaan limbah domestik ada lewat AMES dan ARAH. Mereka juga akuisisi Sembcorp berbasis di Singapura yang notabene sudah sangat maju dalam pengelolaan limbah. Artinya mereka menyiapkan ini dengan matang. Kapabilitas dan transfer of knowledge maupun teknologi dapat terjadi secara smooth dan mereka siap untuk menjadi pemain utama nasional maupun regional,” tuturnya.

Ancang-Ancang OASA

OASA juga terus berupaya memperkuat posisinya sebagai pemain utama dalam industri WtE di Indonesia.

Hal tersebut ditegaskan manajemen Perseroan, dalam pelaksanaan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST), yang digelar di Jakarta, 15 Agustus lalu.

Melalui unit usaha PT Indoplas Energi Hijau (IEH), pihak OASA tengah menyiapkan pembangunan fasilitas pengolahan sampah menjadi energi listrik (PLTSa/PSEL) di Cipeucang, Tangerang Selatan.

"Proyek ini akan dikerjakan bersama mitra kami dari China, yaitu China Tianying Inc, sebagai penyedia teknologi," ujar Direktur Utama OASA, Bobby Gafur Umar, usai pelaksanaan RUPST.

Menurut Bobby, industri pengolahan sampah menjadi energi memang telah menjadi fokus bisnis Perseroan sejak awal, dengan keyakinan bahwa sektor ini bakal bertumbuh pesat seiring prioritas pemerintah menambah kapasitas pembangkit listrik ramah lingkungan.

OASA tercatat telah memenangkan proyek pengolahan sampah di Tangerang Selatan dan proyek ITF di Jakarta Barat. Kedua proyek ini akan mampu mengolah setidaknya 3.100 ton sampah per hari.

Bobby menambahkan, proyeksi pertumbuhan industri energi baru terbarukan (EBT) semakin menjanjikan. Dalam draf RUPTL 2025–2034, target penambahan kapasitas pembangkit listrik naik menjadi 69,5 GW dengan porsi EBT mencapai 42,6 GW.

"Arus investasi clean energy global juga makin seimbang dengan energi fosil. Ini menciptakan iklim pendanaan yang lebih kondusif bagi proyek-proyek EBT di Indonesia," ujar Bobby.

Saat ini, OASA juga tengah mengincar peluang pengembangan proyek serupa di berbagai wilayah Indonesia, sekaligus mendukung pemerintah daerah membenahi sistem persampahan.

Tak hanya itu, Perseroan juga menantikan terbitnya revisi Perpres terkait PLTSa/PSEL yang ditargetkan mampu mempercepat penyediaan fasilitas di 33 kota seluruh Indonesia. (Aldo Fernando)

Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.

SHARE