MARKET NEWS

Saham Otomotif Memerah usai Bank Indonesia Kerek Suku Bunga

TIM RISET IDX CHANNEL 19/10/2023 15:14 WIB

aham emiten otomotif dan komponen memerah seiring Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) mengerek suku bunga sebanyak 25 basis points (bps).

Saham Otomotif Memerah usai Bank Indonesia Kerek Suku Bunga. (Foto: MNC Media)

IDXChannel – Saham emiten otomotif dan komponen memerah seiring Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) mengerek suku bunga sebanyak 25 basis points (bps) pada pertemuan Kamis siang (19/10/2023).

Menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI), pukul 15.00 WIB, saham emiten komponen otomotif PT Dharma Polimetal Tbk (DRMA) ambles 5,61 persen ke Rp1.345 per saham.

Kemudian, saham emiten dealer mobil Nasmoco PT Industri dan Perdagangan Binthraco Dharma Tbk (CARS) minus 2,68 persen, saham otomotif Grup Salim PT Indomobil Sukses Internasional terkoreksi 3,00 persen.

Kemudian, saham komponen otomotif Grup Astra PT Astra Otoparts Tbk (AUTO)  turun 2,43 persen, saham produsen bank PT Gajah Tunggal Tbk (GJTL) melemah 1,45 persen, dan induk Grup Astra PT Astra International Tbk (ASII) merosot 0,86 persen.

Kamis siang, RDG BI memutuskan untuk menaikan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 6% dari berbulan-bulan sebelumnya 5,75%.

BI juga menahan suku bunga Deposit Facility sebesar 5,25%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 6,75%.

"Kenaikan ini untuk memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah dari dampak ketidakpastian global," kata Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo saat konferensi pers Kamis (18/10/2023).

Keputusan ini juga sebagai langkah preemptive dan forward looking untuk memitigasi dampaknya terhadap inflasi barang impor atau imported inflation.

"Sehingga, inflasi tetap terkendali dalam sasaran 3±1% pada tahun 2023 dan 2,5±1% di 2024," ujar Perry.

Adapun kebijakan makro juga diperkuat efektifitas implementasi kebijakan insentif likuiditas makroprudensial (KLM) dengan menurunkan rasio penyangga likuiditas makroprudensial (PLM) untuk mendorong kredit pembiayaan lebih lanjut bagi pertumbuhan ekonomi nasional. 

Ketika suku bunga acuan bank sentral naik, maka suku bunga yang ditawarkan oleh bank-bank juga cenderung naik.

Ini dapat mengakibatkan kredit kendaraan bermotor menjadi lebih mahal, yang pada gilirannya dapat mengurangi daya beli konsumen.

Kondisi ini dapat berdampak negatif pada penjualan kendaraan bermotor karena mungkin  lebih sedikit orang yang cenderung mampu membiayai pembelian kendaraan baru.

Kenaikan suku bunga juga dapat membuat pembiayaan kendaraan bermotor dengan kredit menjadi lebih mahal. Apalagi sekitar 70-75 persen pembelian kendaraan roda empat dilakukan menggunakan skema kredit.

Perusahaan otomotif juga dapat dipengaruhi oleh suku bunga, terutama dalam hal investasi dan produksi. Jika suku bunga naik, biaya pinjaman untuk perusahaan otomotif bisa menjadi lebih tinggi, yang dapat mempengaruhi rencana investasi dan ekspansi produksi. (ADF)

Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.

SHARE