Saham PACK ARB 3 Hari Beruntun, Analis Soroti Level Rp3.000
Saham PT Abadi Nusantara Hijau Investama Tbk (PACK) kembali tergelincir pada perdagangan Rabu (2/7/2025), melanjutkan tren penurunan tajam sejak Senin (30/6).
IDXChannel – Saham PT Abadi Nusantara Hijau Investama Tbk (PACK) kembali tergelincir pada perdagangan Rabu (2/7/2025), melanjutkan tren penurunan tajam sejak Senin (30/6) setelah masuk ke papan pemantauan khusus dengan skema full call auction (FCA).
Data Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat, di sesi I FCA, saham PACK jatuh 10 persen, tepatnya 9,90 persen, atau menyentuh batas auto rejection bawah (ARB) untuk papan pemantauan khusus ke level Rp3.640 per unit.
Nilai transaksi mencapai Rp948,22 juta. Terdapat antrean jual (ask) sebanyak 94 ribu lot di harga ARB dan antran beli (bid) sebanyak 31 lot per 10.38 WIB.
Dengan ini, saham PACK tiga hari beruntun terjungkal di papan FCA, setelah ARB 10 persen pada Senin.
ARB akan berhenti saat ada cukup permintaan (buyer) di pasar untuk menahan harga agar tidak jatuh ke batas bawah. Dengan kata lain, jika antrean jual (ask) masih dominan di semua sesi, maka kemungkinan ARB bisa terus terjadi hingga tekanan jual mereda.
Di papan pemantauan khusus, likuiditas cenderung lebih rendah karena perdagangan hanya dilakukan dalam beberapa kali lelang (bukan terus-menerus). Ini bisa membuat harga lebih sulit pulih cepat, terutama jika kepercayaan investor menurun.
Pengamat pasar modal Michael Yeoh turut menyoroti pergerakan tak biasa saham PACK, yang sempat disuspensi oleh bursa karena lonjakan harga yang ekstrem.
“Suspensi pertama saham PACK terjadi pada 12 Juni 2025, dan kembali pada 13 Juni 2025 karena lonjakan harga signifikan,” ujar Michael, Rabu (2/7/2025).
Michael menambahkan, kenaikan ini mencapai sekitar 570 persen sejak awal tahun, dan melonjak 12.000 persen secara year-on-year (YoY).
Michael menilai kenaikan tajam saham PACK merupakan anomali, terutama karena terjadi di tengah kondisi pasar yang justru sedang tertekan.
“Kenaikan ini tentunya menjadi anomali di tengah kondisi bursa yang volatile dan turun,” tuturnya.
Namun menurutnya, lonjakan ini bukan terjadi tanpa alasan. Michael mengungkapkan ada rumor yang menyebut keterkaitan antara PACK dan perusahaan besar asal China, CNGR.
“Ada rumor yang mengaitkan antara CNGR dengan PACK. Diketahui CNGR merupakan afiliasi dari PT Eco Energi Perkasa (EEP) yang diketahui mengakuisisi sekitar 49 persen saham PACK, dengan harga perolehan Rp29 per saham,” katanya.
Ia menambahkan bahwa secara fundamental, kekuatan CNGR sebagai entitas global menjadi dasar spekulasi pasar terhadap skenario backdoor listing.
“CNGR sendiri memiliki aset sebesar USD100 miliar, yang artinya sekitar Rp150 triliun. Sementara di harga saat ini, PACK memiliki market cap di kisaran Rp7 triliun,” tutur Michael.
Apabila benar digunakan sebagai kendaraan backdoor listing, maka menurut Michael, akan ada aksi korporasi besar dari PACK.
“Jika CNGR melakukan backdoor listing dengan perusahaan PACK sebagai cangkang, maka otomatis PACK perlu melakukan aksi korporasi dan menambah jumlah ekuitas senilai asetnya,” Michael memberikan penjelasan lebih lanjut.
Michael menyimpulkan, hal tersebut menjadi dasar pergerakan harga saham PACK yang agresif belakangan ini. “Hal ini yang mendasari pergerakan PACK saat ini.”
Meski mengalami tekanan jual dalam tiga hari terakhir, menurutnya saham ini masih menyimpan potensi, terutama bagi investor yang memperhatikan level teknikal.
“PACK masih menarik. Titik support psikologis serta akumulasi PACK ada di 3.000,” katanya.
Ia juga memperkirakan, tekanan ARB tambahan masih akan terjadi ke depan. “Saya rasa ARB mungkin 2–3 kali lagi maksimal,” ujar Michael.
Sebagai informasi, backdoor listing adalah cara bagi perusahaan swasta untuk masuk ke pasar modal tanpa melalui proses penawaran umum perdana atau IPO. Sebagai gantinya, perusahaan tersebut mengambil alih atau bergabung dengan perusahaan publik yang sudah terdaftar di bursa.
Metode ini sering kali memicu lonjakan harga saham secara cepat, karena pasar menilai prospek bisnis perusahaan yang masuk cukup menjanjikan. Di balik aksi semacam ini, biasanya ada langkah agresif seperti perubahan arah bisnis, rencana ekspansi besar-besaran, atau akuisisi strategis yang mampu menarik perhatian investor institusi. Tak heran jika saham-saham yang terkait dengan backdoor listing sering diburu oleh para trader jangka pendek.
Sebelumnya, perusahaan asal China, CNGR Advanced Material Co. Ltd., telah menyampaikan komitmennya untuk memperkuat sektor hilirisasi mineral di Indonesia.
Komitmen ini diungkapkan dalam pertemuan antara Menteri Investasi dan Hilirisasi/BKPM Rosan Roeslani—yang juga menjabat sebagai CEO Danantara—dengan Chairman CNGR Deng Weiming dan President Director CNGR Indonesia Mr. Liao Hengxing, yang berlangsung di kantor Kementerian Investasi dan Hilirisasi/BKPM pada 5 Juni 2025. (Aldo Fernando)
Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.