MARKET NEWS

Saham PACK dan NOBU Jatuh Pekan Ini, Apa yang Terjadi?

TIM RISET IDX CHANNEL 06/07/2025 12:55 WIB

Dua saham yang tengah jadi sorotan karena aksi korporasi, PACK dan NOBU, kompak jadi top losers sepekan.

Saham PACK dan NOBU Jadi Pecundang Sepekan, Apa yang Terjadi? (Foto: Freepik)

IDXChannel – Dua saham yang tengah jadi sorotan karena aksi korporasi, PT Abadi Nusantara Hijau Investama Tbk (PACK) dan PT Bank Nationalnobu Tbk (NOBU), kompak masuk daftar top losers sepekan, usai dihantam tekanan jual signifikan.

Saham PACK anjlok 28,77 persen dalam sepekan, ditutup di level Rp3.540 per unit pada Jumat (4/7/2025) lalu seiring tumbang usai masuk ke papan pemantauan khusus dengan skema full call auction (FCA).

Pergerakan liar saham PACK dipengaruhi statusnya di papan pemantauan khusus. Likuiditas saham di FCA cenderung rendah karena perdagangan hanya dilakukan melalui beberapa sesi lelang, bukan secara kontinu.

Pengamat pasar modal Michael Yeoh turut menyoroti pergerakan tak biasa saham PACK, yang sempat disuspensi oleh bursa karena lonjakan harga yang ekstrem.

“Suspensi pertama saham PACK terjadi pada 12 Juni 2025, dan kembali pada 13 Juni 2025 karena lonjakan harga signifikan,” ujar Michael, Rabu (2/7/2025).

Michael menambahkan, kenaikan ini mencapai sekitar 570 persen sejak awal tahun, dan melonjak 12.000 persen secara year-on-year (YoY).

Michael menilai kenaikan tajam saham PACK merupakan anomali, terutama karena terjadi di tengah kondisi pasar yang justru sedang tertekan. “Kenaikan ini tentunya menjadi anomali di tengah kondisi bursa yang volatile dan turun,” tuturnya.

Namun menurutnya, lonjakan ini bukan terjadi tanpa alasan. Michael mengungkapkan ada rumor yang menyebut keterkaitan antara PACK dan perusahaan besar asal China, CNGR.

“Ada rumor yang mengaitkan antara CNGR dengan PACK. Diketahui CNGR merupakan afiliasi dari PT Eco Energi Perkasa (EEP) yang diketahui mengakuisisi sekitar 49 persen saham PACK, dengan harga perolehan Rp29 per saham,” katanya.

Ia menambahkan, secara fundamental, kekuatan CNGR sebagai entitas global menjadi dasar spekulasi pasar terhadap skenario backdoor listing.

“CNGR sendiri memiliki aset sebesar USD100 miliar, yang artinya sekitar Rp150 triliun. Sementara di harga saat ini, PACK memiliki market cap di kisaran Rp7 triliun,” tutur Michael.

Apabila benar digunakan sebagai kendaraan backdoor listing, maka menurut Michael, akan ada aksi korporasi besar dari PACK.

“Jika CNGR melakukan backdoor listing dengan perusahaan PACK sebagai cangkang, maka otomatis PACK perlu melakukan aksi korporasi dan menambah jumlah ekuitas senilai asetnya,” Michael memberikan penjelasan lebih lanjut.

Michael menyimpulkan, hal tersebut menjadi dasar pergerakan harga saham PACK yang agresif belakangan ini. “Hal ini yang mendasari pergerakan PACK saat ini.”

Bagi investor ritel, saham PACK memang menawarkan daya tarik tersendiri. Selain peluang keuntungan besar dari volatilitas harga yang tinggi, skenario backdoor listing kerap dianggap sebagai 'jalan pintas' menuju potensi kenaikan harga yang signifikan.

Apalagi, investor ritel kerap terpikat oleh narasi besar seperti rencana ekspansi, perubahan bisnis, atau keterlibatan perusahaan asing berskala besar. Situasi inilah yang membuat saham-saham seperti PACK tetap diburu, meski risikonya tak kecil.

Sebagai informasi, backdoor listing adalah cara bagi perusahaan swasta untuk masuk ke pasar modal tanpa melalui proses penawaran umum perdana atau IPO. Sebagai gantinya, perusahaan tersebut mengambil alih atau bergabung dengan perusahaan publik yang sudah terdaftar di bursa.

Sementara, saham NOBU tergelincir 25,00 persen pekan ini, diparkir di angka Rp600 per unit pada Jumat.

Sebelumnya, dalam keterbukaan informasi pada Selasa (1/7/2025), NOBU mengumumkan rampungnya proses akuisisi saham oleh Hanwha Life Insurance Co., Ltd. Perusahaan asuransi jiwa asal Korea Selatan itu mengakuisisi 2,99 miliar saham atau sekitar 40 persen dari total saham yang beredar di Nobu Bank.

Saham tersebut dibeli dari sejumlah pemegang saham, di antaranya PT Putera Mulia Indonesia, PT Cakrawala Sentosa, PT Star Pacific Tbk, PT Inti Anugerah Pratama, PT Ciptadana Capital, PT Lenox Pasifik Investama Tbk (LPPS), dan PT Multipolar Tbk (MLPL).

Proses akuisisi ini disahkan melalui Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) Nobu Bank dan dituangkan dalam akta pada 30 Juni 2025. Kementerian Hukum dan HAM RI juga telah menerima pemberitahuan perubahan data perseroan terkait transaksi ini.

Hanwha Life merupakan salah satu perusahaan asuransi jiwa terbesar di Korea Selatan, yang berdiri sejak 1946 dan tercatat di Bursa Korea sejak 2010. Fokus utama bisnisnya adalah asuransi jiwa individu.

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah memberikan seluruh persetujuan yang dibutuhkan, mulai dari rencana akuisisi hingga penetapan Hanwha Life sebagai pemegang saham pengendali baru di Nobu Bank.

Transaksi ini resmi tuntas per 30 Juni 2025, setelah seluruh persyaratan hukum dan perizinan terpenuhi. (Aldo Fernando)

Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.

SHARE