MARKET NEWS

Saham PACK Kembali Jatuh 10 Persen di Papan FCA, Sampai Kapan?

TIM RISET IDX CHANNEL 01/07/2025 10:19 WIB

Saham PT Abadi Nusantara Hijau Investama Tbk (PACK) kembali tergelincir pada perdagangan Selasa (1/7/2025), melanjutkan penurunan tajam pada Senin (30/6).

Saham PACK Kembali Jatuh 10 Persen di Papan FCA, Sampai Kapan? (Foto: Freepik)

IDXChannel – Saham PT Abadi Nusantara Hijau Investama Tbk (PACK) kembali tergelincir pada perdagangan Selasa (1/7/2025), melanjutkan penurunan tajam pada Senin (30/6) usai masuk papan pemantauan khusus yang menggunakan skema full-call auction (FCA).

Menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI), pada sesi I FCA, saham PACK jatuh 10 persen, tepatnya 9,82 persen, atau menyentuh batas auto rejection bawah (ARB) untuk papan pemantauan khusus ke level Rp4.040 per unit.

Nilai transaksi mencapai Rp817,29 juta. Terdapat antrean jual (ask) sebanyak 98 ribu lot di harga ARB dan antrean beli (bid) sebanyak 3 lot per 10.03 WIB.

Dengan ini, saham PACK dua hari beruntun terjungkal di papan FCA, setelah ARB 10 persen pada Senin.

ARB akan berhenti saat ada cukup permintaan (buyer) di pasar untuk menahan harga agar tidak jatuh ke batas bawah.

Dengan kata lain, jika antrean jual (ask) masih dominan di semua sesi, maka kemungkinan ARB bisa terus terjadi hingga tekanan jual mereda.

Di papan pemantauan khusus, likuiditas cenderung lebih rendah karena perdagangan hanya dilakukan dalam beberapa kali lelang (bukan terus-menerus). Ini bisa membuat harga lebih sulit pulih cepat, terutama jika kepercayaan investor menurun.

Sebelumnya, bursa dua kali melakukan suspensi (penghentian sementara perdagangan) PACK sepanjang bulan ini PACK, yakni 12 Juni 2025 dan 17 Juni 2025 hingga 30 Juni 2025.

Pengamat pasar modal Michael Yeoh baru-baru ini menjelaskan, PACK melakukan backdoor listing melalui PT Eco Energi Perkasa yang terafiliasi dengan CNGR, perusahaan asal China, yang memproduksi komponen baterai litium, beberapa di antaranya digunakan dalam mobil.

Menurutnya, rumor yang beredar menyebut CNGR bakal membawa aset besar sekitar USD10 miliar atau setara Rp160 triliun. “Sementara saat ini, market cap dari PACK hanya sebesar Rp6,5 triliun. Maka, logikanya, jika proses ini terjadi, PACK tidak berada di angka saat ini,” katanya, Rabu (11/6/2025) lalu.

Ia menilai, untuk mengakomodasi aksi korporasi ini, PACK diperkirakan perlu melakukan rights issue dalam jumlah besar. “Maka dari itu bisa dipastikan PACK memerlukan right issue yang cukup besar nilainya untuk memenuhi ekuitas dari aksi korporasi ini,” tuturnya.

Informasi saja, backdoor listing adalah metode bagi perusahaan swasta untuk memasuki pasar modal tanpa melalui proses Initial Public Offering (IPO). Sebaliknya, perusahaan tersebut melakukannya lewat akuisisi atau merger dengan perusahaan publik yang sudah melantai di bursa. Fenomena ini kerap menimbulkan lonjakan harga saham yang cepat, karena prospek bisnis perusahaan yang diakuisisi dinilai lebih menjanjikan.

Biasanya, di balik aksi ini terdapat manuver agresif seperti perubahan bisnis, ekspansi, atau akuisisi baru yang mampu menarik minat investor besar. Tak heran jika saham-saham backdoor listing sering menjadi incaran para trader jangka pendek.

Sebelumnya, perusahaan asal China, CNGR Advanced Material Co. Ltd., menyatakan komitmennya untuk memperkuat industri hilirisasi mineral di Indonesia.

Hal ini disampaikan dalam pertemuan antara Menteri Investasi dan Hilirisasi/BKPM, Rosan Roeslani, yang juga menjabat sebagai CEO Danantara, Chairman CNGR, Deng Weiming, dan President Director CNGR Indonesia, MR. Liao Hengxing, di Kementerian Investasi dan Hilirisasi/BKPM, Jakarta, pada 5 Juni 2025.

Mengutip unggahan Rosan di akun Instagram miliknya, pada 5 Juni 2025, pertemuan tersebut membahas rencana strategis pengembangan PT Kawasan Industri Tekno Hijau Konasara, serta sejumlah tantangan implementasi proyek hilirisasi di sektor logam dan energi baru terbarukan.

Menurut penjelasan Rosan, CNGR saat ini telah membangun fasilitas industri di kawasan Morowali dan Weda Bay, dengan total investasi mencapai Rp42,4 triliun hingga akhir 2024, serta menyerap lebih dari 6.600 tenaga kerja Indonesia.

“Rencana investasi CNGR diharapkan dapat memperkuat ekosistem hilirisasi nasional sesuai Peta Jalan Hilirisasi Investasi Strategis, yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Indonesia,” demikian kata Rosan. (Aldo Fernando)

Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.

>

SHARE