Saham PACK Rebound usai ARB 3 Hari Beruntun, Analis Soroti Level Ini
Saham PT Abadi Nusantara Hijau Investama Tbk (PACK) rebound pada Senin (25/8/2025), mengakhiri penurunan tajam selama tiga hari beruntun.
IDXChannel - Saham PT Abadi Nusantara Hijau Investama Tbk (PACK) rebound pada Senin (25/8/2025), mengakhiri penurunan tajam selama tiga hari beruntun.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), pukul 10.03 WIB, saham PACK naik 1,01 persen ke Rp2.990 per unit. Nilai transaksi tercatat mencapai Rp93,83 miliar dan volume perdagangan 32,47 juta saham.
Sebelumnya, saham PACK jatuh hingga auto rejection bawah (ARB) 10 persen—khusus papan akselerasi—selama tiga hari tanpa henti pada Rabu (20/8) hingga Jumat (22/8) pekan lalu setelah investor sempat bereaksi negatif atas rencana penerbitan Obligasi Wajib Konversi (OWK) melalui mekanisme rights issue.
Pengamat pasar modal Michael Yeoh menilai pergerakan saham PACK sedang menunjukkan sinyal teknikal menarik. Ia menyoroti level permintaan yang sempat terbentuk sebelumnya.
“PACK rebound tepat dari posisi demand sebelum breakout pada semester I, yaitu di 2.850,” ujar Michael, Senin (25/8/2025). Menurut dia, pergerakan dari titik tersebut memberi indikasi penguatan jangka pendek.
“Rebound dari posisi ini mengindikasikan adanya technical rebound ke 3.500, sebagai resistance yang dibuat PACK sebelum koreksi untuk short term momentum,” imbuh Michael.
Namun, ia menekankan tanda-tanda pembalikan tren masih perlu waktu. “Untuk potensi reversal, perlu adanya area sideways dan perlawanan, yang saat ini belum bisa terjustifikasi dari hanya satu candle,” kata Michael.
Sebelumnya, Michael menjelaskan bahwa investor menilai langkah penerbitan OWK oleh PACK secara negatif.
“Investor terlihat menilai sentimen dari OWK PACK sebagai sesuatu yang negatif. Diketahui bahwa company melakukan OWK, dibandingkan rights issue,” ujar Michael, Jumat (22/8/2025).
Ia menambahkan, nilai aset yang akan disuntikkan juga di bawah harapan investor. “Selain itu, nilai aset yang di-inject sebesar Rp3 triliun, tidak sesuai ekspektasi,” kata dia.
Michael kemudian menyoroti valuasi pasar saham PACK saat ini. “Melihat market cap PACK saat ini yang berada di angka Rp5-Rp6 Triliun, maka secara teoretis harga PACK adalah 50 persen dari saat ini atau di sekitar Rp1.500,” imbuhnya.
Secara sederhana, OWK merupakan instrumen utang yang wajib dikonversi menjadi saham pada jangka waktu tertentu.
Skema ini memungkinkan perusahaan memperoleh tambahan modal tanpa menambah beban utang jangka panjang, sementara investor akan mendapat saham baru dengan hak yang sama seperti pemegang saham lain, termasuk hak suara dan dividen.
Sejatinya, sepanjang tahun ini saham PACK sudah melesat 387,80 persen, terdorong spekulasi backdoor listing setelah masuknya PT Eco Energi Perkasa (EEP) sejak akhir tahun lalu.
Backdoor listing merupakan cara perusahaan menjadi emiten di bursa tanpa melalui proses penawaran umum perdana (IPO), melainkan dengan mengakuisisi atau masuk ke perusahaan publik yang sudah tercatat.
Berdasarkan pengumuman pengambilalihan PACK oleh EEP yang telah dipublikasikan pada 24 Oktober 2024, penerima manfaat akhir dari EEP adalah Deng Weiming.
Mengutip laman Forbes.com, Deng Weiming mengepalai perusahaan asal China, CNGR Advanced Material, yang membuat komponen baterai lithium, beberapa di antaranya digunakan dalam mobil.
Pelanggannya termasuk firma produksi baterai Contemporary Amperex Technology, LG Chem yang berkantor pusat di Korea, dan Tesla yang berkantor pusat di AS.
Perubahan Arah Bisnis
PACK berencana mengubah fokus usahanya secara besar-besaran. Dari sebelumnya bergerak di industri percetakan digital untuk kemasan fleksibel, perseroan akan beralih menjadi perusahaan induk dengan konsentrasi pada sektor pertambangan mineral, terutama nikel.
Rencana perubahan kegiatan usaha tersebut akan dibawa ke Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada 25 September 2025.
Manajemen menegaskan, langkah ini bertujuan memperkuat posisi ANHI melalui anak-anak usaha yang bergerak di perdagangan mineral.
Sebagai bagian dari transformasi, ANHI juga menyiapkan penambahan modal dengan memberikan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD). Perseroan akan menerbitkan Obligasi Wajib Konversi (OWK) yang nantinya bisa dikonversi menjadi hingga 35 miliar saham baru.
Aksi korporasi ini diperkirakan akan memberi tambahan ekuitas besar, meskipun bagi pemegang saham yang tidak berpartisipasi, kepemilikan bisa terdilusi hingga 95,58 persen.
PACK menargetkan pelaksanaan dan penyelesaian PMHMETD dalam waktu maksimal 12 bulan sejak mendapat persetujuan RUPSLB hingga pernyataan pendaftaran dinyatakan efektif oleh OJK.
Dana hasil rights issue dengan OWK tersebut akan digunakan untuk mendanai akuisisi dua perusahaan nikel. Melalui anak usahanya, PT Sumber Cahaya Raya dan PT Adhi Prakarsa Raya, PACK berencana membeli masing-masing 30 persen saham PT Konutara Sejati senilai USD68,7 juta serta 34,5 persen saham PT Karyatama Konawe Utara senilai USD100,08 juta dari Denway Development Limited. Total nilai transaksi mencapai sekitar USD168,78 juta atau setara lebih dari Rp2,7 triliun.
Kedua perusahaan target itu tercatat memiliki kinerja keuangan yang solid. Pada semester I-2025, Konutara Sejati membukukan penjualan Rp331,8 miliar dengan laba bersih Rp55,5 miliar. Sementara Karyatama Konawe Utara mencatat penjualan Rp630 miliar dengan laba bersih Rp157,7 miliar.
Menurut penjelasan manajemen, nilai transaksi pembelian saham mencapai Rp2,74 triliun atau 4.384,94 persen dari ekuitas per 30 Juni 2025, sehingga dikategorikan sebagai transaksi material sesuai POJK No.17/2020.
Sehubungan dengan penggunaan dana di atas, maka PT Eco Energi Perkasa akan menjadi pembeli siaga untuk menjamin pembelian sisa saham dan/atau efek bersifat ekuitas lainnya yang tidak dilaksanakan oleh pemegang saham Perseroan dalam rangka PMHMETD sesuai dengan ketentuan POJK No. 32/2015.
Penilai independen Kusnanto & Rekan menyatakan rencana perubahan usaha maupun akuisisi tersebut layak secara bisnis dan wajar dari sisi valuasi. Manajemen PACK pun optimistis langkah ini akan berdampak positif pada kinerja jangka panjang serta memperbaiki struktur permodalan perseroan. (Aldo Fernando)