Saham Perbankan RI Merah Berjamaah, Khawatir Kebangkrutan Silicon Valley Bank?
Saham bank mini hingga big cap Tanah Air dibuka memerah pada Senin (13/3) merespon bangkrutnya Silicon Valley Bank.
IDXChannel – Sejumlah saham perbankan, dari bank ‘mini’ hingga bank big cap Tanah Air dibuka memerah pada Senin (13/3) di tengah sentimen kebangkrutan Silicon Valley Bank (SVB).
Menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Senin (13/3) pukul 10.11 WIB, saham PT Bank Neo Commerce Tbk (BBYB) ambles hingga 4 persen menjadi Rp600/saham.
Menyusul BBYB, saham PT Bank Oke Indonesia Tbk (DNAR) dan PT Bank JTrust Indonesia Tbk (BCIC) turut terkontraksi masing-masing hingga 2,72 persen dan 2,59 persen.
Selain itu, saham PT Bank Bumi Arta Tbk (BNBA) dan PT Bank MNC International Tbk (BABP) juga terkoreksi masing-masing sebesar 2,35 persen dan 2 persen.
Sementara, BEI mencatat, saham bank digital PT Bank Aladin Syariah Tbk (BANK) dan PT Allo Bank Indonesia Tbk (BBHI) turut ikut melemah pada pembukaan perdagangan sesi I, Senin (13/3).
Menurut data BEI di periode yang sama, saham BANK terkoreksi hingga 0,40 persen ke level Rp1.240/saham. Sedangkan, saham bank digital BBHI juga melemah 0,31 persen menjadi Rp1.605/saham.
Selain perbankan mini, bank-bank big cap juga mencatatkan penurunan harga saham pada sesi I, Senin (13/3).
Adapun, saham PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) merosot hingga 1,96 persen menjadi Rp1.250/saham.
Sedangkan, saham big four PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) juga ikut memerah.
Melansir data BEI pada periode yang sama, saham BBRI turun 0,83 persen menjadi Rp4.780/saham. Disusul dengan saham BMRI dan BBNI yang masing-masing melemah 0,48 persen dan 0,28 persen.
Sentimen Kebangkrutan Silicon Valley Bank
Merosotnya perbankan digital dalam negeri tak lepas dari sentimen kebangkrutan Silicon Valley Bank.
Asal tahu saja, regulator perbankan California menutup Silicon Valley Bank, pada hari Jumat (10/3) dan menunjuk Federal Deposit Insurance Corporation (FDIC) sebagai penerima untuk disposisi asetnya nanti.
Bank yang berbasis di Santa Clara tersebut menduduki peringkat ke-16 terbesar di Amerika Serikat (AS) pada akhir tahun lalu, dengan aset sekitar USD209 miliar.
Bangkrutnya Sillicon Valley Bank tentunya menimbulkan kekhawatiran bagi sektor perbankan AS hingga global.
Tercatat, bank-bank AS telah kehilangan lebih dari USD100 miliar nilai pasar saham selama dua hari terakhir. Di sisi lain, bank-bank Eropa kehilangan sekitar USD50 miliar nilai lainnya, menurut perhitungan Reuters.
Pemberi pinjaman AS First Republic Bank (FRC.N) dan Western Alliance (WAL.N) mengatakan likuiditas dan simpanan mereka tetap kuat, dalam upaya menenangkan investor karena saham mereka jatuh.
Sedangkan, Commerzbank Jerman (CBKG.DE) turut mengeluarkan pernyataan khusus untuk meyakinkan investor.
Tak hanya perbankan AS hingga Eropa, bangkrutnya Silicon Valley Bank juga berdampak bagi saham-saham perbankan Asia, walaupun penurunannya yang lebih ringan dibanding perbankan AS.
Bloomberg melaporkan, MSCI Asia Pacific Financials Index jatuh hingga 2,6 persen, lebih ringan dari penurunan Indeks Bank KBW di AS yang mencapai 8,1 persen.
Sementara, Kepala Investasi Kamet Capital Partners Pte. Kerry Goh turut menyebutkan, bangkrutnya Silicon Valley Bank juga berpengaruh bagi perbankan di Indonesia.
“Saya paling khawatir dengan bank-bank baru di Indonesia yang memberikan pinjaman kepada perusahaan start up unggulan dalam ekosistem fintech yang tidak terdanai dengan baik,” kata Kerry Goh dikutip dari Bloomberg, Jumat (10/3).
Periset: Melati Kristina
(ADF)
Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.