MARKET NEWS

Saham RAJA hingga MEDC Bertenaga saat Harga Minyak Melesat

TIM RISET IDX CHANNEL 03/06/2025 10:23 WIB

Saham emiten sektor minyak dan gas (migas) cenderung naik pada perdagangan Selasa (3/6/2025) pagi seiring kenaikan komoditas energi global.

Saham RAJA hingga MEDC Bertenaga saat Harga Minyak Melesat. (Foto: Freepik)

IDXChannel – Saham emiten sektor minyak dan gas (migas) cenderung naik pada perdagangan Selasa (3/6/2025) pagi seiring kenaikan komoditas energi global.

Data Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat, saham PT Rukun Raharja Tbk (RAJA) melambung 7,35 persen ke Rp2.630 per unit. Anak usaha RAJA, PT Raharja Energi Cepu Tbk (RATU) juga meningkat 3,02 persen.

Saham PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) juga terkerek 1,61 persen, sedangkan PT Elnusa Tbk (ELSA) mendaki 0,41 persen.

Investment Analyst Stockbit Hendriko Gani menilai, pada Selasa (3/6/2026), kenaikan harga minyak mentah berpotensi memberikan sentimen positif jangka pendek untuk emiten-emiten terkait.

Harga minyak mentah menguat pada Senin (2/5) setelah OPEC+ memutuskan untuk mencabut pemangkasan produksi sebanyak 411.000 barel per hari pada Juli. Kenaikan harga lebih didorong oleh risiko geopolitik, terutama terkait konflik Rusia-Ukraina dan negosiasi nuklir Amerika Serikat (AS)-Iran.

Kontrak berjangka (futures) minyak WTI ditutup melejit 2,8 persen menjadi USD62,52 per barel, sedangkan Brent mendaki 2,9 persen menjadi USD64,63 per barel, meski sempat menyentuh level tertinggi intraday di USD63,88 dan USD65,76.

Analis Kpler, Homayoun Falakshahi, dikutip Dow Jones Newswires, menilai permintaan musiman yang kuat mampu menyerap sebagian besar peningkatan produksi ini dalam waktu dekat.

Falakshahi menyebut, ekspor OPEC+ turun pada Mei, yang menunjukkan lonjakan produksi justru lebih banyak dikonsumsi domestik. "Inilah salah satu alasan mengapa harga naik hari ini. Keputusan OPEC+ ini tidak terlalu bearish dalam jangka pendek," ujarnya.

Kebakaran hutan di Alberta, provinsi penghasil minyak Kanada, juga mengganggu produksi. Reuters menghitung, kebakaran telah memengaruhi sekitar 7 persen total produksi minyak mentah Kanada pada Senin.

Dua operator proyek pasir minyak termal di selatan Fort McMurray mengevakuasi pekerja dan menghentikan produksi sebagai langkah pencegahan.

"Api di Alberta kini mulai berdampak," kata analis Again Capital di New York, John Kilduff.

Kenaikan harga minyak juga mendapat dorongan dari melemahnya dolar AS (DXY), yang jatuh pada Senin di tengah kekhawatiran bahwa ancaman tarif baru Trump dapat merusak pertumbuhan ekonomi dan memicu inflasi. Mata uang yang lebih lemah membuat komoditas berbasis dolar seperti minyak lebih murah bagi pembeli yang menggunakan mata uang lain.

Selain itu, menurut analis Rystad Energy, Jorge Leon, persepsi meningkatnya risiko geopolitik setelah serangan drone Ukraina ke wilayah Rusia akhir pekan lalu turut mendukung harga.

Sementara, sinyal beragam dari perundingan nuklir AS-Iran membuat pelaku pasar tetap waspada.

Seorang diplomat Iran pada Senin mengatakan, dikutip dari Reuters, Teheran siap menolak proposal AS untuk mengakhiri sengketa nuklir yang sudah berlangsung puluhan tahun. Delegasi kedua negara memang sempat mencatat kemajuan setelah putaran kelima pembicaraan di Roma bulan lalu.

OPEC+ memutuskan pada Sabtu untuk menaikkan produksi 411.000 barel per hari pada Juli, kenaikan ketiga berturut-turut dengan jumlah yang sama, sebagai upaya merebut kembali pangsa pasar dan menghukum anggota yang produksi melebihi kuota.

Sumber Reuters yang dekat dengan pembahasan OPEC+ menyebutkan kelompok ini bisa saja membahas kenaikan produksi yang lebih besar.

Para trader minyak mengatakan, kenaikan 411.000 barel per hari itu sudah diperhitungkan sebelumnya oleh pasar Brent dan WTI.

Analis senior di Price Futures Group, Phil Flynn, mengatakan investor sebenarnya memperkirakan OPEC+ bakal menaikkan produksi lebih besar lagi. "Saya kira mereka salah posisi," ujarnya.

Analis Goldman Sachs memperkirakan OPEC+ menambah lagi 410.000 barel per hari pada Agustus.

"Fundamental pasar minyak saat ini relatif ketat, data aktivitas global yang masih kuat, serta dukungan musiman pada permintaan minyak di musim panas menunjukkan perlambatan permintaan yang diperkirakan tidak cukup tajam untuk menghentikan kenaikan produksi pada pertemuan 6 Juli mendatang," demikian kata analis bank itu dalam catatannya.

Analis Morgan Stanley juga menyebutkan mereka memperkirakan OPEC+ terus menambah 411.000 barel per hari setiap bulan hingga total tambahan 2,2 juta barel per hari pada Oktober mendatang. (Aldo Fernando)

Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.

SHARE