MARKET NEWS

Saham TBS Energi (TOBA) Terbang Belasan Persen, Ada Apa?

TIM RISET IDX CHANNEL 01/08/2025 11:51 WIB

Saham PT TBS Energi Utama Tbk (TOBA) melambung pada perdagangan sesi I, Jumat (1/8/2025).

Saham TBS Energi (TOBA) Terbang Belasan Persen, Ada Apa? (Foto: Freepik)

IDXChannel – Saham PT TBS Energi Utama Tbk (TOBA) melambung pada perdagangan sesi I, Jumat (1/8/2025).

Menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI), saham TOBA melesat 12,33 persen ke Rp1.230 per unit hingga penutupan sesi I. Nilai transaksi tercatat mencapai Rp208,1 miliar dan volume perdagangan 177,5 juta saham.

Lonjakan ini disertai dengan volume transaksi yang tetap solid, mencerminkan antusiasme pasar terhadap emiten energi terintegrasi ini. Dengan ini, saham TOBA meningkat 64,00 persen dalam sebulan belakangan.

TOBA kini berada dalam jalur tren naik kuat (strong bullish momentum) setelah sebelumnya sempat tertahan di area Rp1.100-Rp1.195.

Secara teknikal, TOBA membentuk candlestick bullish solid tanpa ekor bawah yang berarti, mengindikasikan dominasi penuh dari sisi buyer. Saham ini berhasil keluar dari zona konsolidasi sempit dan mengkonfirmasi breakout di atas level psikologis Rp1.200.

Jika saham mampu bertahan di atas Rp1.210 selama beberapa sesi ke depan, potensi kenaikan menuju Rp1.300 hingga Rp1.400 terbuka lebar.

Namun, koreksi masih wajar terjadi dan akan tetap sehat selama harga tidak turun di bawah Rp1.105.

TOBA tengah menjalani momentum transformasi dari perusahaan berbasis batu bara menuju energi baru dan terbarukan (EBT), sekaligus memperluas fokus ke bisnis pengelolaan limbah (waste management). Sejumlah analis mencermati langkah strategis ini dalam kaitannya dengan kinerja keuangan TOBA pada semester I-2025.

Perseroan sejatinya telah memulai transisi ini sejak beberapa tahun lalu, ketika menetapkan target netral karbon pada 2030. Langkah-langkah yang diambil mencakup pengembangan bisnis motor listrik, penjualan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) berbahan bakar batu bara, serta investasi di pembangkit listrik tenaga mini-hidro (PLTM) dan tenaga surya (PLTS). TOBA juga berinvestasi pada perusahaan pengelolaan limbah medis.

Salah satu langkah paling monumental yang menyedot perhatian publik adalah akuisisi perusahaan pengelolaan limbah asal Singapura, yakni Sembcorp Environment Pte. Ltd. dan Sembcorp Enviro Facility Pte. Ltd.

Sembcorp Environment Pte. Ltd. diakuisisi pada Maret 2025 dan Sembcorp Enviro Facility Pte. Ltd. dua bulan setelahnya. Total nilai transaksi diperkirakan mencapai SGD414 juta. Perseroan menyampaikan bahwa langkah tersebut merupakan bagian dari upaya untuk memperkuat kehadiran dan kemampuan TOBA di sektor pengelolaan limbah serta jasa lingkungan secara regional.

Analis menyambut baik aksi korporasi tersebut karena menegaskan positioning TOBA sebagai perusahaan energi terdepan yang semakin ramah lingkungan. Perubahan ini juga ‘menyelamatkan’ TOBA dari bisnis batu bara yang sangat bergantung pada siklus, cuaca, fluktuasi harga komoditas dan ekstraktif.

“Bisnis pengelolaan limbahitu bukan hanya soal mengatasi atau mengurangi limbah, juga soal produksi energi. Semoga revisi Perpres pengelolaan limbahyang akan dirilis bisa mengatur harga energi yang dihasilkan dari pengelolaan limbah dan skema pembayaran yang terintegrasi,” kata analis MNC Sekuritas, Rudy Setiawan.

Menurut Rudy, jika revisi peraturan pengelolaan limbah ini resmi diberlakukan, maka TOBA akan diuntungkan karena bisnis model Sembcorp di Singapura sudah teruji dan berhasil. Terutama dalam hal pengumpulan sampah, proses pemilahan hingga skema pembayaran yang dikenakan ke pelanggan/konsumen.

“Bisnis model Sembcorp tinggal di duplikasi. Prospeknya tentu menjanjikan mengingat kondisi Indonesia yang sudah masuk fase darurat sampah dan pemerintahnya berkomitmen tinggi untuk menjadikan masalah ini sebagai prioritas nasional,” katanya. 

Berdasarkan catatan Rudy, segmen pengelolaan limbah yang belum lama dikonsolidasikan ke bisnis TOBA akibat akuisisi, berkontribusi sebesar 35 persen dari total pendapatan di semester I-2025. Di sisi lain, segmen ini juga memberikan kontribusi ke total laba kotor TOBA sebanyak 65 persen.

“Ini menunjukkan bahwa bisnis pengelolaan limbah punya skala dan profitabilitas yang baik, sehingga diharapkan transformasi bisnis yang berjalan mulus akan menciptakan nilai ekonomi yang juga signifikan bahkan lebih besar dari model bisnis sebelumnya dalam periode waktu yang lebih singkat,” ujarnya.

Memang di fase awal transformasi besar-besaran seperti sekarang ini, terdapat dampak ke kinerja keuangan. Karena, bagaimanapun, penjualan batu bara masih menjadi penyumbang revenue terbesar.  Namun dalam periode menengah ke panjang hasilnya akan lebih positif karena eksposur TOBA ke fluktuasi harga komoditas menjadi lebih terbatas.

Pada semester I-2025, TOBA mencatatkan pendapatan konsolidasi sebesar USD172 juta atau menurun 31 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Sementara Perseroan membukukan rugi bersih USD115,3 juta di semester I tahun ini dari sebelumnya untung USD40,5 juta.

Salah satu pemicunya, penurunan penjualan batu bara dari sebelumnya 1,7 juta ton pada Juni 2024 menjadi 0,7 juta ton pada Juni 2025. Harga jual nya pun menyusut dari USD83 per ton menjadi hanya USD52,9 per ton pada kurun waktu yang sama. 

Senada dengan Rudy, analis NH Korindo Sekuritas, Leonardo Lijuwardi, juga menjelaskan bahwa kinerja tersebut memang tidak terlepas dari kondisi pasar komoditas yang tertekan. Namun sebenarnya kinerja semester I juga menandai fase awal transformasi bisnis TOBA.

“Beberapa kenaikan beban ataupun kerugian sebenarnya merupakan konsekuensi logis dari aksi korporasi yang dilakukan. Adanya aksi divestasi PLTU dan akuisisi aset untuk sektor pengelolaan limbah memiliki dampak akuntansi. Namun sebenarnya ini bukan berarti bisnis memburuk melainkan fase awal dari transformasi,” kata Leo.

Lebih lanjut, Ia menjelaskan bahwa dalam hal membaca laporan keuangan TOBA di semester I-2025 terutama tentang kerugian yang dialami serta kenaikan atau penurunan pos pada neraca tidak bisa dilihat dengan kacamata kuda melainkan ada konteks penyesuaian di sana.

“Bukan fundamentalnya memburuk, melainkan penyesuaian untuk mencerminkan perubahan dari sisi model bisnis. Ini merupakan hal yang lazim dialami oleh perusahaan tidak hanya di sektor energi tetapi untuk industri manapun mengalami fluktuasi di awal transformasi,” imbuh Leo.

Dengan transformasi bisnis ini, pendapatan dari segmen batu bara TOBA menjadi berkurang. Perseroan tidak lagi bertumpu pada bisnis pertambangan, trading batu bara dan pembangkit listrik tetapi juga memiliki segmen lain seperti kendaraan listrik dan pengelolaan limbah.

Pada semester I-2025, kontribusi pendapatan dari bisnis sustainable TOBA mencapai 36 persen dari tahun-tahun sebelumnya yang biasanya di bawah 10 persen. (Aldo Fernando)

Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.

SHARE