MARKET NEWS

Saham Tesla Naik di Tengah Guncangan Krisis Perbankan, Ini Pendorongnya

Maulina Ulfa - Riset 28/03/2023 10:15 WIB

aham perusahaan milik Elon Musk tersebut ditutup naik 0,74% atau 1,40 poin pada perdagangan reguler di bursa Wall Street, Senin (27/3).

Saham Tesla Naik di Tengah Guncangan Krisis Perbankan, Ini Pendorongnya. (Foto: MNC Media)

IDXChannel – Saham Tesla (TSLA) menguat di awal pekan ini. Saham perusahaan milik Elon Musk tersebut ditutup naik 0,74% atau 1,40 poin pada perdagangan reguler di bursa Wall Street, Senin (27/3) waktu AS.

Beberapa faktor melambungnya saham Tesla dikarenakan laporan Barclays melihat tanda-tanda bullish untuk kinerja kuartal pertama perusahaan produsen EV tersebut.

Potensi Penjualan Meningkat

Dalam sebuah catatan Senin, (27/3) analis Barclays, Dan Levy memproyeksikan Tesla telah melakukan pengiriman 425.000 kendaraan listrik secara global hanya di sepanjang Q1 2023.

Angka ini mengalahkan perkiraan konsensus sebanyak 420.000 kendaraan. Levy juga melihat beberapa kenaikan produksi yang terjadi sepanjang kuartal pertama tahun ini.

"Kami melihat laju produksi kemungkinan menyiratkan beberapa kenaikan, yang kami asumsikan akan menjadi 430.000 unit di kuartal ini," kata Levy dikutip Yahoo Finance, Selasa (28/3).

Levy menulis bahwa Investor Day Tesla pada 1 Maret lalu, eksekutif Tesla menyiratkan Tesla telah melampaui produksi EV sekitar 275.000 yang diproduksi selama dua bulan pertama Q1.

Secara total, perusahaan disebut telah memproduksi hingga 4 juta kendaraan sejak awal tahun. Mengingat, perkiraan sebelum Q1 produksi EV Tesla telah mencapai sekitar 3,725 juta unit.

Dengan situasi yang membaik di China, dan kapasitas pabrik raksasanya di Berlin dan Austin meningkat, Levy mengatakan 430.000 kendaraan yang diproduksi sangat mungkin dapat dijangkau.

Di awal tahun, beberapa analis mengungkapkan kekhawatiran tentang masalah permintaan Tesla, dengan produksi diproyeksi akan melebihi pengiriman.

Hal ini merupakan buntut pemotongan harga jual Tesla baik yang di jual di dalam negeri maupun di luar negeri, serta efek disahkannya Undang-Undang Pengurangan Inflasi di AS.

Namun, meningkatkan stok EV mungkin telah menjadi ‘norma baru’ bagi Tesla.

“Titik data telah muncul yang menunjukkan peningkatan stok di Eropa, dan juga untuk Model S/X di AS. Oleh karena itu, kami berharap hasil bersihnya adalah agar inventaris tetap 'meningkat', setidaknya relatif terhadap standar Tesla, dan produksi kemungkinan setidaknya sama dengan pengiriman, dan lebih mungkin melebihi pengiriman, "imbuh Levi.

Ke depan, menurut Levy, Tesla mungkin akan lebih banyak melakukan potongan harga karena perusahaan harus bersaing dengan pembuat mobil tradisional yang masuk ke pasar EV. Namun, Levy dan Barclays merasa Tesla dapat mengatasi pemotongan harga ini lebih baik daripada produsen lain.

“Kami percaya pemotongan harga kemungkinan akan menjadi inti bagi Tesla dalam membuka volume tambahan, terutama karena Tesla meningkatkan kapasitas produksi lebih lanjut,” kata Levy.

Menurut Levy, margin kotor Tesla mungkin akan tertekan oleh faktor-faktor seperti pemotongan harga dan potensi hilangnya kredit pajak akibat UU Pengurangan Inflasi untuk beberapa model unit. Namun, jika dilihat dari faktor produksi, Tesla akan memperoleh keuntungan dari harga bahan baku baterai yang diproyeksi akan lebih murah ke depan.

Barclays memberikan overweight rating pada saham Tesla, bersama dengan target harga USD275 yang menyiratkan kenaikan 44% untuk saham tersebut.

Tesla akan melaporkan angka penjualan dan pengiriman Q1 pasca 1 April mendatang, yang akan menjadi laporan besar bagi investor untuk diperhatikan.

Sejauh ini, secara year to date (ytd), saham Tesla telah terbang 77,44% dan menjadi salah satu yang berkinerja cukup bagus di tengah gonjang-ganjing perbankan AS. (ADF)

SHARE