Saham TOBA dan OASA Terbang, Tersengat Sentimen Perpres Pengelolaan Sampah
Saham PT TBS Energi Utama Tbk (TOBA) dan PT Maharaksa Biru Energi Tbk (OASA) melesat pada Selasa (26/8/2025).
IDXChannel – Saham PT TBS Energi Utama Tbk (TOBA) dan PT Maharaksa Biru Energi Tbk (OASA) melesat pada Selasa (26/8/2025), seiring sentimen positif dari rencana pemerintah mempercepat program waste-to-energy (WtE).
Kebijakan ini diproyeksikan mendorong pertumbuhan industri pengelolaan sampah menjadi energi listrik di Indonesia, sekaligus membuka peluang bagi kedua perusahaan untuk memperluas bisnis energi bersih mereka.
Menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI), pukul 11.14 WIB, saham TOBA meningkat 8,73 persen ke posisi Rp1.245 per unit, sedangkan OASA melonjak 16,50 persen ke Rp240 per unit.
Kedua saham ini tengah dalam tren bullish. TOBA terbang 211,56 persen sepanjang 2025 (YtD), sedangkan OASA melejit 70,21 persen dalam periode yang sama.
Manuver TOBA
Sebelumnya, TOBA dikenal sebagai perusahaan energi yang erat kaitannya dengan bisnis batu bara. Namun dalam beberapa tahun terakhir, Perseroan mulai merombak model bisnisnya secara menyeluruh dengan berinvestasi di sektor-sektor masa depan dan memposisikan diri sebagai perusahaan yang berfokus pada keberlanjutan (sustainability-centered business).
Beberapa segmen bisnis ‘masa depan’ yang kini tengah diperkuat TOBA mencakup kendaraan listrik, energi baru dan terbarukan (EBT), serta pengelolaan limbah yang diubah menjadi sumber energi.
Di segmen kendaraan listrik, TOBA hadir sebagai penyedia ekosistem motor listrik melalui merek Electrum, yang tidak hanya mengembangkan kendaraan listrik tetapi juga membangun infrastruktur penukaran baterai.
Perseroan masuk ke bisnis ini sejak 2021 melalui kemitraan dengan Gojek (GoTo Group). Seiring waktu, kerja sama tersebut diperluas dengan menyasar ekosistem kendaraan listrik untuk berbagai lini bisnis, termasuk sektor logistik.
Di segmen EBT, TOBA mulai memperluas portofolionya ke pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) dan pembangkit listrik tenaga mini hidro (PLTM) sejak 2023. Pembangkit mini hidro yang berlokasi di Lampung dengan kapasitas 6 MW telah mulai beroperasi sejak Januari 2025.
Sementara itu, proyek PLTS yang dibangun di Batam menargetkan kawasan industri sebagai pasar utama dan saat ini masih dalam tahap konstruksi dengan kapasitas 46 MWp. TOBA memiliki partisipasi sebesar 49 persen di kedua proyek pembangkit ini.
Langkah transformasi TOBA ke arah bisnis berkelanjutan juga mencakup sektor pengelolaan limbah. Perseroan memulainya dengan menggarap limbah medis, dan kini telah merambah ke pengelolaan limbah secara umum. Menariknya, TOBA tidak hanya mengumpulkan limbah, tetapi juga mengolahnya menjadi sumber energi.
Ekspansi di sektor ini dimulai dengan akuisisi Asia Medical Enviro Services (AMES), perusahaan pengelola limbah medis berbasis di Singapura yang menguasai sekitar 50 persen pangsa pasar pada Agustus 2023.
Selanjutnya pada Desember 2023, TOBA juga mengakuisisi perusahaan asal Indonesia yang memiliki model bisnis pengelolaan limbah B3 medis, B3 komersial serta limbah domestik bernama ARAH Environmental. Perusahaan ini beroperasi di 15 Provinsi dan melayani lebih dari 5.000 pelanggan medis, industrial dan domestik.
Paling anyar, adalah akuisisi perusahaan pengelolaan limbah berbasis di Singapura bernama Sembcorp Environment Pte. Ltd. serta Sembcorp Enviro Facility Pte. Ltd. pada Maret 2025 dan Mei 2025.
“Langkah strategis ini patut diapresiasi, karena berbeda dengan perusahaan yang bisnisnya berbasis batubara lain, TOBA tidak hanya melakukan diversifikasi ke sektor yang ESG dan sustainability related, tetapi mereka merombak ulang model bisnis. Ini adalah transformasi yang bold,” ujar analis NH Korindo Sekuritas, Leonardo Lijuwardi, beberapa waktu lalu.
Menurutnya, masuknya TOBA ke bisnis pengelolaan limbah ini akan menjadi katalis jangka panjang untuk kinerja Perseroan. Pasalnya model bisnis ini sangat relevan untuk kondisi Indonesia yang sudah masuk pada fase darurat sampah.
“Marketnya ada dan besar di kita [Indonesia] karena kita negara dengan populasi terbesar ke-4 dunia. Sampah dan limbah jadi persoalan nyata. Pemerintah coba cari solusi dan game changer-nya nanti adalah Perpres Sampah. TOBA menjadi perusahaan yang menjadi beneficiary dari regulasi ini nantinya,” imbuh Leonardo.
Lebih lanjut, Leonardo juga melihat, Perpres sampah akan menjadi katalis positif untuk TOBA ke depan. Ia berharap bahwa Perpres yang kabarnya akan segera diluncurkan tersebut mampu memberikan payung hukum yang jelas tentang proses koleksi, pemisahan, pengolahan sampah atau limbah hingga aspek pembayaran atau payment.
“TOBA telah menyiapkan infrastruktur yang kuat dan lengkap. Bisnis pengelolaan limbah domestik ada lewat AMES dan ARAH. Mereka juga akuisisi Sembcorp berbasis di Singapura yang notabene sudah sangat maju dalam pengelolaan limbah. Artinya mereka menyiapkan ini dengan matang. Kapabilitas dan transfer of knowledge maupun teknologi dapat terjadi secara smooth dan mereka siap untuk menjadi pemain utama nasional maupun regional,” tuturnya.
OASA
Mengutip Antara, pada 16 Agustus 2025, OASA terus mengembangkan bisnis pengolahan sampah berbasis waste-to-energy (WTE) di Indonesia, menghadirkan solusi energi bersih sekaligus mendukung ketahanan energi dan kelestarian lingkungan.
Direktur Utama OASA, Bobby Gafur Umar, menyatakan arus investasi global di sektor energi bersih semakin seimbang dengan energi fosil, sehingga menciptakan iklim pendanaan yang kondusif untuk proyek WTE di Indonesia.
Perusahaan menegaskan posisinya sebagai pemain utama industri WTE melalui RUPST dan RUPSLB pada 15 Agustus lalu, termasuk keberhasilan pemenangan proyek pengolahan sampah di Tangerang Selatan dan ITF Jakarta Barat dengan kapasitas total 3.100 ton sampah per hari.
Melalui unit usaha PT Indoplas Energi Hijau, OASA akan membangun fasilitas PLTSa/PSEL di Cipeucang, Tangerang Selatan, bekerja sama dengan China Tianying Inc. Bobby optimistis industri WTE akan tumbuh pesat seiring rencana pemerintah memperluas kapasitas pembangkit energi baru dan terbarukan (EBT), yang tercatat mencapai 42,6 GW dari total target 69,5 GW dalam RUPTL 2025–2034.
OASA juga tengah menjajaki peluang pengolahan sampah di kota-kota lain untuk mendukung pemerintah daerah membenahi sistem persampahan. Pihaknya menunggu terbitnya revisi Perpres yang diharapkan mempercepat dan memperluas industri PLTSa/PSEL di seluruh Indonesia, dengan target nasional menjangkau 33 kota.
Melansir dari Antara, Senin (25/8/2025), Presiden Prabowo Subianto meminta Kementerian Koordinator Bidang Pangan mempercepat penyelesaian program waste to energy, dengan target maksimal 18 bulan.
Menteri Koordinator Bidang Pangan Zulkifli Hasan menjelaskan, proyek ini bertujuan menyelesaikan masalah pengelolaan sampah yang tertunda selama satu dekade. Kontrak proyek telah ditandatangani, dan saat ini tinggal menunggu keluarnya Peraturan Presiden (Perpres) dalam satu hingga dua hari ke depan.
Sebelumnya, administrasi proyek diperkirakan memakan waktu enam bulan dan pembangunan fisik 18 bulan. Namun, Presiden mendorong percepatan agar proyek dapat selesai lebih cepat dari rencana awal dua tahun. (Aldo Fernando)
Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.