Saham Vale (INCO) Turun Empat Hari Beruntun, Ada Apa?
Saham emiten nikel PT Vale Indonesia Tbk (INCO) terkoreksi pada Jumat (12/7/2024), melanjutkan tekanan jual signifikan akhir-akhir ini.
IDXChannel – Saham emiten nikel PT Vale Indonesia Tbk (INCO) terkoreksi pada Jumat (12/7/2024), melanjutkan tekanan jual signifikan akhir-akhir ini.
Menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI), saham INCO melemah 1,32 persen ke Rp3.750 per saham. Nilai transaksi tercatat mencapai Rp76,65 miliar dan volume perdagangan 20,33 juta saham.
Penurunan ini membuat saham INCO berkubang di zona merah selama empat hari tanpa henti.
Karenanya, kinerja emiten yang 34 persen sahamnya dikuasai BUMN Holding Industri Pertambangan PT Mineral Industri Indonesia (Persero) atau MIND ID ini sudah melemah 7,18 persen dalam sepekan dan minus 8,46 persen dalam sebulan.
Sepanjang 2024 alias year to date (YtD), saham INCO turun tajam 11,51 persen dan dalam setahun sudah jauh 41,38 persen.
Secara teknikal, saham INCO—yang mengalami downtrend berat—menembus area support penting 3.970-3.950 pada Kamis (11/7) dan kini berpeluang menguji level support selanjutnya di level 3.600-3.550.
INCO sendiri baru rampung menggelar rights issue pada akhir Juni lalu. Ini sekaligus menandai penyelesaian transaksi pembelian sekitar 14 persen saham INCO oleh MIND ID dari Vale Canada Limited dan Sumitomo Metal Mining Co., Ltd.
Dalam prospektusnya di keterbukaan informasi BEI, pada 10 Juni lalu, perseroan menawarkan maksimal 603.445.814 saham baru dengan nilai nominal Rp25 per saham atau sebanyak-banyaknya 5,73 persen dari modal ditempatkan dan disetor penuh setelah PMHMETD I.
Harga pelaksanaan senilai Rp3.050 per saham, sehingga jumlah dana yang akan diterima perseroan dalam rangka PMHMETD I ini sebanyak-banyaknya Rp1,84 triliun.
Perihal dana yang dihimpun dari hasil rights issue tersebut, setelah dikurangi dengan biaya-biaya emisi, akan digunakan perseroan untuk beberapa hal, mulai dari belanja modal (capex) hingga modal kerja.
Kinerja Lemah
Menyoal kinerja keuangan, INCO membukukan pendapatan bersih USD229,9 juta (Rp3,65 triliun) selama kuartal I-2024, turun 36,7 persen secara tahunan (YoY) dari USD363,18 juta pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Laba bersih INCO mencapai USD6,19 juta (Rp98,2 miliar), anjlok 96,3 persen YoY.
Melihat laporan keuangan kuartal I-2024 INCO, Ciptadana Sekuritas menilai, kinerja perusahaan lebih lemah dari yang diperkirakan.
Ciptadana pun menurunkan proyeksi laba untuk tahun fiskal 2024 hingga 2026 sebesar 33,7 persen menjadi USD73 juta, USD59 juta, dan USD61 juta.
Ciptadana mempertahankan rating hold dengan target harga lebih rendah, yakni Rp4.000 per saham.
Sementara, analis UOB Kay Hian dalam risetnya pada 4 Juli 2024 menyebut, laba Vale Indonesia mungkin meningkat di kuartal II-2024 karena harga nikel yang lebih tinggi.
Menurut amatan UOB, produsen nikel tersebut kemungkinan akan membukukan EBITDA dan laba bersih kuartal II-2024 yang lebih tinggi seiring harga nikel di London Metal Exchange (LME) yang naik tipis pada kuartal tersebut.
Selain itu, kata UOB, perusahaan yakin mereka dapat meningkatkan efisiensi dan menjaga cash cost (biaya tunai; biaya produksi) di bawah USD10.000/ton pada 2024.
Namun, broker tersebut memangkas perkiraan laba bersih setelah pajak pada 2024 dan 2025 untuk Vale Indonesia masing-masing sebesar 25,0 persen dan 6,7 persen, untuk mencerminkan penyesuaian asumsi harga nikel, bahan bakar, dan batu bara.
UOB menurunkan target harga INCO menjadi Rp3.800 dari Rp4.300, dengan tetap menyematkan peringkat hold. (ADF)
Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.