Sederet Bukti Tangguhnya Pasar Modal RI Melawan Resesi
Ini bukti pasar modal Indonesia tangguh melawan resesi maupun ketidakpastian ekonomi global.
IDXChannel - Geliat aktivitas pasar modal Indonesia terus mengalami pertumbuhan dari waktu ke waktu, melewati tantangan krisis multidimensi, dari pandemi hingga lonjakan inflasi.
Sejumlah pengamat membeberkan, sederet bukti betapa pasar modal Indonesia masih cukup kebal merespons ketidakpastian ekonomi global.
Tren surplus neraca perdagangan sejak Mei 2020 dinilai akan berlanjut pada tahun depan, sebagai efek beruntun lonjakan harga komoditas yang menjadi penyangga ketahanan ekonomi.
"Trade balance kita selalu surplus selama setahun belakangan ini, membuat kita tidak terlalu gelap. Selama harga (komoditas) ini masih bertahan ke depan, rasanya sulit Indonesia menuju resesi," kata Fund Manager Trimegah Asset Management, Augustinus Gerald Windoe dalam Stockbit Talk, dikutip Kamis (1/12/2022).
Para pengamat lain justru menilai ada penurunan neraca tahun depan, dipicu proyeksi inflasi yang melandai.
Praktisi Pasar Modal, Thomas William menyebut, dampaknya tidak akan terlalu besar bagi pasar modal.
"Necara tahun depan memang diproyeksikan menurun dari tahun ini, tapi tidak akan mencapai resesi. Kinerja saham dan harganya kemungkinkan tidak akan sesuai fear yang ada di market saat ini," kata Thomas.
Kinerja IHSG saat Resesi 2020-2021
Berdasarkan catatan historis, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pernah melewati masa-masa resesi pada periode 2020-2021. Saat itu, Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia mengalami kontraksi selama empat kuartal sejak kuartal II-2020 hingga kuartal I-2021.
Artinya, Indonesia mengalami resesi selama dua kali, terutama setelah Indonesia mengumumkan kasus virus corona untuk pertama kalinya sejak 2 Maret 2020. Covid-19 yang menggila, membuat mobilitas dan aktivitas ekonomi tersendat.
Kendati IHSG hingga 31 Maret 2020 sempat anjlok sebesar 27,95% (ytd). Namun penurunan itu lambat laun berkurang hingga akhir 2020 mencapai minus 5,09% (ytd). Performa indeks pada akhir kuartal I-2021 lantas meningkat 0,11% (ytd).
Apabila mengacu periode terjadinya kontraksi PDB dalam tiga kuartal terakhir 2020 (1 April 2020-31 Desember 2020), IHSG justru tumbuh 31,73% dengan range di 4.393,67-6.195,15, ditutup di level 5.979,07.
Sepanjang 2021, IHSG terus mengalami pertumbuhan dengan persentase mencapai 10,08% (ytd) ditutup di level 6.581,48. Sementara hingga Rabu (30/11), indeks masih menghijau 7,59% (ytd), meskipun 'tersengal-sengal' menjaga area psikologisnya di level 7.000-an.
(FAY)