MARKET NEWS

Sektor Batu Bara Dinilai Tetap Punya Peluang, Saham Ini Jadi Pilihan

TIM RISET IDX CHANNEL 09/12/2025 07:16 WIB

Prospek permintaan batu bara global dinilai masih melemah, meski pola musiman di paruh kedua tahun kerap memberikan dorongan harga.

Sektor Batu Bara Dinilai Tetap Punya Peluang, Saham Ini Jadi Pilihan. (Foto: Bukit Asam)

IDXChannel - Prospek permintaan batu bara global dinilai masih melemah, meski pola musiman di paruh kedua tahun kerap memberikan dorongan harga.

BRI Danareksa dalam riset terbarunya yang terbit pada 27 November 2025 mencatat harga batu bara Indonesia mulai bangkit sejak akhir kuartal II-2025, terutama pada produk berkalori menengah-rendah (ICI3 dan ICI4) yang naik 17 persen dan 20 persen dari posisi terendah Juni.

Harga batu bara berkalori menengah dan tinggi juga mulai pulih, meski dalam rentang yang lebih tipis.

Kenaikan harga ini terutama dipicu oleh aktivitas restocking di pelabuhan China yang mengikuti pola musiman menjelang musim dingin.

Namun, BRI Danareksa mengingatkan bahwa tingkat persediaan masih berada jauh di atas rata-rata historis, sehingga ruang penguatan harga hingga 2026 diperkirakan tetap terbatas.

Dari sisi suplai, produksi Indonesia mengalami hambatan akibat curah hujan yang lebih tinggi dari normal sepanjang semester I 2025.

Data Kementerian ESDM hingga Juli menunjukkan produksi 8 bulan pertama hanya mencapai 509 juta ton, turun 8 persen dibanding tahun sebelumnya atau 70 persen dari kuota produksi 2025.

BRI Danareksa memperkirakan produksi mulai membaik sejak September seiring normalisasi cuaca, sehingga produksi hingga kuartal III-2025 diproyeksikan berada di level 577 juta ton, tetap turun 8 persen secara tahunan.

Rencana pemerintah membatasi pertumbuhan produksi pada 2026 dipandang positif untuk menahan tekanan harga.

Sementara itu, permintaan dari dua konsumen terbesar, China dan India, masih belum menunjukkan pemulihan berarti.

Impor China sepanjang Januari-September 2025 turun 11 persen menjadi 388 juta ton karena tingginya stok dan kenaikan produksi domestik.

Meski demikian, produksi batu bara dalam negeri China mulai melambat sejak pertengahan tahun setelah pemerintah meminta pengetatan aspek keselamatan tambang.

Perlambatan ini, ditambah kebutuhan restocking musim dingin, membuat impor China turun lebih landai pada Agustus-Oktober, yakni 7 persen secara tahunan.

Permintaan India juga belum menggembirakan. Impornya dalam 10 bulan pertama 2025 tercatat turun 7,5 persen meski tekanan penurunan sudah mulai stabil dalam beberapa bulan terakhir.

Dengan kondisi tersebut, BRI Danareksa mempertahankan rekomendasi Neutral untuk sektor batu bara. Menurut riset itu, risiko penurunan harga masih datang dari lemahnya permintaan dan tingginya persediaan terutama di China, sementara efektivitas pemangkasan produksi domestik masih harus dilihat.

Walau begitu, peluang kenaikan harga dalam jangka pendek masih terbuka berkat restocking menjelang musim dingin.

Dalam jangka pendek, BRI Danareksa tetap menjagokan AADI dengan rekomendasi beli (buy) dan target harga Rp9.850. Urutan preferensi sektor yang disusun lembaga riset itu adalah AADI, disusul ADRO, UNTR, ITMG, kemudian PTBA.

BRI Danareksa juga mencatat porsi kepemilikan fund domestik di sektor batu bara meningkat sejak Agustus 2025, sementara minat investor asing masih terbatas.

Prospek harga batu bara bisa membaik jika produksi Indonesia ternyata lebih rendah dari perkiraan, atau jika China memperketat kebijakan pemangkasan produksi. Kondisi tersebut berpotensi mempersempit pasokan dan menahan tekanan harga.

Sebaliknya, peluang penguatan bisa tertahan bila musim dingin berlangsung lebih hangat dari biasanya, sehingga kebutuhan impor menurun dan permintaan melemah. (Aldo Fernando)

Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.

SHARE