MARKET NEWS

Sektor Konsumsi Primer Masih Suram, Intip Prospek Saham MYOR

Fiki Ariyanti 23/06/2024 16:01 WIB

Pelemahan daya beli masyarakat saat ini secara langsung akan berdampak kepada kinerja mayoritas para produsen consumer goods dalam negeri. 

Sektor Konsumsi Primer Masih Suram, Intip Prospek Saham MYOR (foto mnc media)

IDXChannel - Pelemahan daya beli menjadi salah satu isu yang penting bagi outlook ekonomi Indonesia sepanjang 2024. Ditambah dengan melonjaknya masyarakat kelas menengah seiring naiknya tingkat pendapatan per kapita domestik.

Pelemahan daya beli masyarakat saat ini secara langsung akan berdampak kepada kinerja mayoritas para produsen consumer goods dalam negeri. 

"Kami telah mengidentifikasi beberapa emiten consumer goods yang kami cover, terlihat adanya perlambatan pertumbuhan penjualan pada keseluruhan emiten, bahkan dengan penurunan sales yang makin lebar jaraknya," ucap Analis Saham Panin Sekuritas, Andhika Audrey dalam risetnya, Jakarta, Minggu (23/6). 

Menurutnya, efek Pemilu tidak terasa pada kuartal I-2024, bahkan euforia festive season yang datang lebih awal tidak mendongkrak pertumbuhan sales dari emiten-emiten tersebut, 

"Penopang dari produsen consumer goods ini terdapat pada peningkatan marjin kotor yang disebabkan oleh normalisasi harga bahan baku," ujarnya.

"Namun ketika bahan baku agriculture semakin berfluktuatif, khususnya cokelat dan gula yang masing-masing telah naik sekira 200 persen dan 15 persen, sehingga diestimasikan beberapa dari produsen consumer goods akan melakukan pricing adjustment atau gramasi salah satunya MYOR apabila marjin perseroan mulai terancam," Andhika menambahkan.

Dia menerangkan, pelemahan tidak hanya terjadi di dalam negeri, namun secara umum terjadi pada wilayah ASEAN, khususnya daya beli terhadap produk  Fast Moving Consumer Goods (FMCG).

Menurut laporan Kantar World Panel dalam Kantar Asia Pulse kuartal I-2024 tercatat peningkatan value spend pada FMCG di level 3,5 persen (kuartal I-2023 sebesar 3 persen). Namun jika dibedah secara regional pada wilayah ASEAN, terdapat penurunan signifikan untuk produk FMCG dan sejenisnya. 

"Kami berpendapat bahwa keadaan ekonomi hingga politik yang kurang stabil berdampak langsung kepada spending masyarakat terhadap FMCG dan sejenisnya," kata Andhika.

Masih menurut laporan Kantar World Panel bahwa masyarakat dalam berbelanja kebutuhan dasar seringkali mengorbankan alokasi yang digunakan untuk menabung dan kebutuhan tersier lainnya, sehingga dapat diartikan bahwa disposable income mereka cenderung terbatas. 

Sementara itu, naiknya value dari spending kebutuhan dasar mayoritasnya karena kenaikan harga dan peningkatan volume yang terbatas.

"Kami merekomendasikan NEUTRAL untuk sektor konsumsi primer, dengan top-picks MYOR. Kami melihat sektor barang konsumsi primer masih tetap tertekan sepanjang 2024," tutur Andhika.

"Dengan beberapa faktor penyebab di antaranya pelemahan daya beli masih menjadi isu yang kuat, khususnya di kalangan menengah kebawah (middle-low), beberapa inisiasi regulasi dari pemerintah dikatakan menekan daya beli masyarakat," jelasnya. 

Selain itu, sambungnya, harga bahan pokok yang merangkak naik menyebabkan disposable income dari masyarakat menjadi terbatas, pelemahan Rupiah yang signifikan yang diiringi oleh relatif tingginya suku bunga Bank Indonesia (BI)menjadikan beban langsung para emiten meningkat yang akan bertranslasi kepada hasil gross margin Perseroan.

Namun patut dicermati potensi peningkatan perputaran ekonomi daerah (grassroot area) pada Pilkada serentak 2024 dengan anggaran lebih dari Rp35 triliun. 

"Sejalan dengan ini kami merekomendasikan NEUTRAL untuk sektor konsumsi primer dan merekomendasikan BUY untuk MYOR sebagai top-picks dengan target harga Rp3.300 (implied P/E 21,4x di 2024)," kata Andhika.

(FAY)

SHARE