Sektor Properti Tersendat, Apa Harapan di Sisa 2025?
Analis mencatat penjualan pemasaran sektor properti masih lesu pada kuartal II-2025. Bagaimana prospeknya di sisa 2025?
IDXChannel – Analis mencatat penjualan pemasaran sektor properti masih lesu pada kuartal II-2025. Bagaimana prospeknya di sisa 2025?
Berdasarkan riset Sucor Sekuritas pada 4 September 2025, total marketing sales dari emiten yang mereka pantau hanya mencapai Rp10,8 triliun, turun 12 persen secara tahunan dan turun 1 persen secara kuartalan.
Hanya segelintir pengembang yang mencatat pertumbuhan positif, seperti Summarecon Agung (SMRA) yang naik 42 persen, Bumi Serpong Damai (BSDE) naik 1 persen, Alam Sutera Realty (ASRI) naik 5 persen, Jaya Real Property (JRPT) naik 4 persen, dan Agung Podomoro Land (APLN) naik 35 persen.
Menurut Sucor, perlambatan ini mencerminkan pelemahan musiman sekaligus penurunan kepercayaan konsumen. Indeks Keyakinan Konsumen (IKK/CCI) Juni 2025 tercatat 117,8, lebih rendah dibanding Juni 2024 yang mencapai 123,3. Kondisi ini menandakan kehati-hatian masyarakat dalam membelanjakan uang untuk barang dan jasa bernilai besar.
Memasuki semester II-2025, Sucor Sekuritas melihat peluang perbaikan terbatas seiring pemangkasan suku bunga acuan menjadi 5,00 persen pada Agustus 2025 serta kemungkinan pelonggaran lebih lanjut hingga akhir tahun.
Perpanjangan insentif Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah (PPN DTP) 100 persen untuk pembelian rumah siap huni hingga akhir 2025 juga diperkirakan mendukung penyerapan unit. Meski demikian, kata Sucor, pemulihan penjualan dinilai tetap lambat akibat daya beli yang rapuh dan sikap konsumen yang lebih berhati-hati.
Sucor Sekuritas juga menyoroti memburuknya kualitas aset sektor properti. Kredit bermasalah (NPL) untuk pinjaman real estat naik menjadi 3,19 persen pada Juni 2025 dari 2,64 persen setahun sebelumnya.
Kondisi ini mendorong perbankan bersikap lebih konservatif dalam menyalurkan kredit pemilikan rumah (KPR), sehingga memperketat likuiditas. Pertumbuhan kredit pemilikan rumah pun melambat menjadi 8 persen secara tahunan, turun dari 11 persen pada Juni 2024.
Tekanan ini juga tercermin pada kinerja keuangan pengembang besar. Laba gabungan empat pengembang utama, tidak termasuk SMRA, turun menjadi Rp3,7 triliun pada semester I-2025 atau turun 13 persen dibanding periode sama tahun lalu.
Sucor memperkirakan laba tahun penuh 2025 hanya mencapai Rp7,4 triliun, anjlok 25 persen secara tahunan, seiring lemahnya permintaan rumah dan konsumsi masyarakat yang lesu.
Dengan mempertimbangkan kondisi tersebut, Sucor Sekuritas mempertahankan rekomendasi neutral untuk sektor properti.
Valuasi sektor sejatinya dinilai cukup menarik dengan diskon 75 persen terhadap RNAV, tetapi visibilitas laba masih terbatas. Dari sisi pilihan saham, PWON tetap menjadi unggulan berkat porsi pendapatan berulang yang mencapai 80 persen sehingga mampu memberikan stabilitas laba di tengah penjualan primer yang melemah dan situasi makro yang berhati-hati. (Aldo Fernando)
Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.