Sektor Siklikal Bakal Tangguh Kala IHSG Volatil, Saatnya Akumulasi Saham Ini?
Saham sektor siklis diprediksi bakal tangguh di saat IHSG cenderung melemah hingga akhir 2023.
IDXChannel – Saham emiten siklikal diprediksi menjadi saham yang tangguh di tengah kemungkinan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang melemah hingga akhir tahun. Terlebih, sektor ini ditopang oleh sentimen pra pemilu yang mendorong belanja konsumen.
Melansir riset RHB Sekuritas bertajuk “Market Strategy: Time to Switch to Cyclical Stocks?” yang dirilis pada Senin (22/5), IHSG diperkirakan berada di level 7.450 poin.
Sementara, hingga Mei 2023, IHSG sudah jatuh hingga 3 persen seiring dengan aksi net sell atau jual bersih investor asing meski sejumlah emiten melaporkan kinerja kuartal I-2023 yang sedikit di atas konsensus.
“Kami yakin, penurunan IHSG belakangan disebabkan oleh ex-date dividen setelah pembayaran dividen jumbo dari perrusahaan perbankan hingga batu bara,” tulis riset tersebut.
Sedangkan, pada kuartal II-2023, sejumlah sektor terutama siklis diperkirakan akan melaporkan pendapatan lebih rendah secara kuartalan (qoq) diikuti dengan turunnya aktivitas pembelian di pasar sehingga harga saham diproyeksi akan turun akibat cyclical downtrend di bulan Mei.
Kendati demikian, mengingat pertumbuhan pendapatan di kuartal I-2023 yang kuat, RHB Sekuritas optimistis, kinerja apik tersebut akan terus berlanjut hingga semester II-2023.
“Kami mengharapkan IHSG tidak akan mengalami penurunan tajam seiring dengan potensi pertumbuhan pendapatan hingga semester II-2023 yang kuat,” kata RHB Sekuritas.
Sementara, perekonomian Indonesia yang terus membaik disertai peningkatan kinerja perusahaan hingga semester II-2023 di tengah koreksi IHSG yang signifikan, merupakan saat yang tepat bagi investor untuk mengakumulasi saham.
RHB Sekuritas menilai, di bulan Mei dan Juni, sektor defensif seperti bank big cap, konsumen, hingga telekomunikasi bakal lebih unggul saat pasar sedang volatil seperti saat ini.
Namun demikian, hingga semester II-2023 mendatang, sektor siklis seperti otomotif, ritel, semen, dan pertambangan logam diprediksi lebih kuat.
“Menurut pandangan kami, pasar kemungkinan mendukung pertumbuhan sektor siklis lebih cepat, mengingat kenaikan upah minimum, tingkat inflasi yang rendah, hingga peningkatan belanja konsumen akan menguntungkan produsen mobil hingga ritel,” tulis riset tersebut.
Adapun, RHB Sekuritas juga melaporkan adanya kenaikan laba pada kuartal I-2023 hingga 18,10 persen di atas ekspektasi dari perusahaan-perusahaan yang berada dalam pengamatan sekuritas tersebut.
“Terutama didorong oleh kinerja yang kuat dari sektor perbankan, konsumen, otomotif, dan pertambangan logam yang mendominasi perusahaan-perusahaant tersebut,” kata RHB Sekuritas.
Di samping itu, meningkatnya pengeluaran konsumen menjelang pemilu turut mendorong kinerja sektor ini.
Saham Pilihan Sektor Siklis
Selain memproyeksi sektor siklis bakal tangguh di akhir 2023, RHB Sekuritas juga menyebutkan saham-saham pilihan di sektor ini.
Di sektor otomotif, RHB Sekuritas memilih PT Astra International Tbk (ASII) dan PT Astra Otoparts Tbk (AUTO) sebagai pilihan utama.
“Kami memperkirakan laba bersih di kuartal I-2023 terus menguat hingga semester II-2023, seiring produsen mobil yang diuntungkan dari peningkatan belanja konsumen hingga kenaikan upah minimum nasional yang mendorong belanja konsumen,” tulis riset tersebut.
Selain itu, pada kuartal II-2023, profit margin diprediksi bakal meningkat sejalan dengan pergerakan rupiah terhadap USD yang menguat rata-rata Rp15.090/USD pada April hingga pertengahan Mei.
Selanjutnya, di sektor semen, RHB Sekuritas memilih PT Indocement Tunggal Perkasa Tbk (INTP) seiring dengan volume penjualan yang naik 3,70 persen year on year (yoy) mengungguli pasar berkat kontribusi pabrik Bosowa Maros yang mulai beroperasi.
“Harga batu bara yang menurun disertai dengan penurunan biaya bahan bakar hingga biaya listrik dapat menguntungkan perusahaan ini,” tulis RHB Sekuritas.
Terakhir, di sektor tambang logam, RHB Sekuritas memilih PT Vale Indonesia Tbk (INCO) sebagai pilihan teratas.
Menurut RHB Sekuritas, INCO mencatatkan pertumbuhan output yang lebih kuat dan permintaan bijih nikel yang relatif stabil.
Meskipun komoditas nikel sedang downtrend, RHB Sekuritas menilai harga nikel saat ini cenderung stabil.
“Sejumlah perusahaan tambang logam terlibat dengan pengembangan nikel untuk kendaraan listrik (electric vehicle/EV) dan meningkatkan jumlah pabrik untuk industri baja yang dapat membuahkan hasil di tahun-tahun mendatang,” kata RHB Sekurtas.
Kinerja Saham Menghijau
Selain punya potensi menarik, saham-saham di atas juga memiliki kinerja yang melesat sepanjang year to date (YTD).
Melansir data Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Senin (22/5), saham AUTO melejit hingga 41,10 persen, disusul saham induknya, ASII yang terkerek hingga 15,79 persen. Sedangkan, saham INTP juga menguat 4,04 persen sepanjang 2023. (Lihat grafik di bawah ini.)
Berbeda nasib dengan saham-saham di atas, saham INCO justru merosot pada periode ini. BEI mencatat, sepanjang 2023, saham INCO merosot hingga 10,56 persen.
Periset: Melati Kristina
(ADF)
Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.