MARKET NEWS

Sektor Tambang Hadapi Tantangan, Simak Proyeksi Saham UNTR, DEWA, dan PTRO

Cahya Puteri Abdi Rabbi 28/07/2025 10:33 WIB

Sektor pertambangan diproyeksi menghadapi sejumlah tantangan ke depan seiring dengan ekspektasi penurunan produksi batu bara nasional.

Sektor Tambang Hadapi Tantangan, Simak Proyeksi Saham UNTR, DEWA, dan PTRO. Foto: iNews Media Group.

IDXChannel - Sektor pertambangan diproyeksi menghadapi sejumlah tantangan ke depan seiring dengan ekspektasi penurunan produksi batu bara nasional dan proyeksi harga batu bara yang cenderung soft di kisaran USD100–130 per ton. 

Di mana kedua faktor tersebut berpotensi berdampak negatif terhadap permintaan jasa pertambangan.

Stockbit Sekuritas menilai, pertambangan nikel menjadi mesin pertumbuhan atau growth engine baru, namun perbedaan skala dengan batu bara membuatnya sulit untuk mengompensasi potensi penurunan bisnis secara keseluruhan. 

Dengan konteks tersebut, investor disarankan untuk bisa fokus pada emiten–emiten yang prospek pertumbuhannya berasal dari level perusahaan (company–specific drivers) seperti PT Darma Henwa Tbk (DEWA) dan PT Petrosea Tbk (PTRO). 

"Sementara itu, kami melihat prospek PT United Tractors Tbk (UNTR) sulit untuk lepas dari dinamika sektornya secara umum, mengingat skalanya yang besar,” tulis Stockbit Sekuritas dalam risetnya, Senin (28/7/2025).

Berdasarkan data dari Kementerian ESDM, produksi batu bara nasional berpotensi turun 11 persen year on year pada 2025 ke level 739,5 juta ton, lebih rendah 19 persen dibandingkan RKAB 2025 di level 917 juta ton. 

“Kami mengekspektasikan penurunan produksi batu bara dapat berlanjut pada 2026, seiring respons dari pemerintah terhadap permintaan China dan India yang masih cenderung lemah,” tulis riset tersebut.

Sementara itu, harga batu bara yang soft berpotensi menekan stripping ratio. Di sisi lain, meski memiliki prospek pertumbuhan yang lebih cerah dan tarif penambangan (mining fee) yang lebih tinggi, total volume overburden dari nikel hanya setara 10 persen total volume overburden batu bara akibat perbedaan skala produksi (700 juta ton vs 300 juta ton secara tahunan) dan level striping ratio (5–10x vs. 1–3x).

Kinerja saham DEWA diproyeksi positif didorong transformasi bisnis alias peralihan ke eksekusi in–house dan potensi penambahan kontrak dari grup afiliasi.

Laba bersih DEWA diperkirakan dapat tumbuh 216 persen CAGR pada periode 2024–2028. Sementara itu, meski harga sahamnya telah reli 84 persen sejak awal 2025, DEWA diyakini masih memiliki potensi upside jika berkaca dari PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) yang merupakan sister company DEWA yang harga sahamnya juga diperdagangkan secara premium, yakni berdasarkan proyeksi laba bersih 2–3 tahun ke depan. 

Pada harga Rp204 per saham per 22 Juli 2025, DEWA diperdagangkan dengan valuasi 15,8x P/E 2025F dan 7,9x P/E 2026F. Dengan memperhitungkan potensi kinerja 2–3 tahun ke depan, DEWA dinilai dapat diperdagangkan di level Rp270 per saham atau setara 6,7x P/E 2028F.

Kemudian, kinerja PTRO juga diproyeksi positif. Masuknya PTRO ke dalam grup Barito mendorong perseroan untuk berfokus kembali pada bisnis inti, yakni layanan EPC dan jasa kontraktor pertambangan. 

“Kami estimasikan laba bersih PTRO dapat tumbuh 66 persen CAGR pada 2024–2028F, didorong oleh peningkatan kontribusi kontrak eksternal baru dan penugasan proyek EPC dari entitas afiliasi untuk memperkuat nilai ekonomi dalam ekosistem grup,” tulis riset tersebut. 

Dari sisi valuasi, PTRO saat ini diperdagangkan pada level yang jauh lebih premium dibandingkan peers–nya, baik secara P/E, P/BV, maupun EV/EBITDA. Valuasi PTRO dinilai baru terlihat menarik jika dibandingkan dengan emiten–emiten grup Barito yang lain. Karena faktor tersebut, pergerakan saham PTRO akan terpengaruh signifikan dengan pergerakan saham–saham lain di Grup Barito, tidak hanya dari prospek kinerja. 

Di sisi lain, kinerja UNTR diproyeksi netral dengan bisnis inti terkait batu bara yang memiliki tantangannya masing-masing di tengah kontribusi bisnis non-inti (logam dan mineral) yang belum signifikan.

UNTR diperkirakan mengalami penurunan kinerja dalam beberapa tahun mendatang. Adapun, laba bersih UNTR secara tahunan diproyeksi akan turun 10,9 persen / 3,9 persen pada 2025/2026F. 

Meski valuasi (5,1x 1–Year Forward P/E dan 0,88x P/BV) dan potensi dividen (dividend yield 8,3 persen) cukup atraktif, Stockbit Sekuritas cenderung netral terhadap UNTR mengingat prospek kinerja ke depan dan belum adanya katalis positif dalam waktu dekat. 

(NIA DEVIYANA)

SHARE