MARKET NEWS

Sektor Unggas Overweight Jelang Nataru, Begini Prospek JPFA dan CPIN

Dinar Fitra Maghiszha 06/12/2025 12:50 WIB

Sektor unggas diproyeksikan tetap solid menjelang periode Natal 2025 dan Tahun Baru 2026.

Sektor Unggas Overweight Jelang Nataru, Begini Prospek JPFA dan CPIN (JPFA)

IDXChannel - Sektor unggas diproyeksikan tetap solid menjelang periode Natal 2025 dan Tahun Baru 2026 (Nataru). Analis menilai hal ini didorong permintaan akhir tahun dan prospek stabilisasi biaya pakan.

CGS Internasional Sekuritas Indonesia menyematkan rating 'Overweight' terhadap sektor ini menyusul ekspektasi pemulihan permintaan di akhir tahun.

Analis CGS International Sekuritas Jason Chandra menilai penyaluran bantuan langsung tunai (BLT) periode Oktober-Desember dapat mendorong daya beli.

"Kami mempertahankan rekomendasi Overweight untuk sektor ini karena kami memperkirakan permintaan konsumen akan terus pulih pada 4Q25F, seiring percepatan penyaluran bantuan sosial," ujarnya dalam Consumer Stapels, Sabtu (6/12/2025).

Adapun sektor unggas dinilai masih diperdagangkan pada valuasi yang menarik yaitu dengan estimasi price to earning ratio (P/E) sebesar 17x pada full year 2026, 

"Ini berada pada kisaran -1 hingga dari rata-rata 5 tahun terakhir," kata Jason.

Riset tersebut juga menegaskan bahwa sentimen penguatan harga broiler industri sepanjang kuartal IV tetap menjadi penopang utama kinerja emiten unggas.

Di sisi lain, pasokan jagung dari program stabilisasi pemerintah dan proyeksi produksi bungkil kedelai global yang tinggi dinilai mampu meredam kenaikan biaya pakan pada awal 2026.

Sebagai catatan, program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) dari Kementerian Pertanian telah menyalurkan 51  ribu ton jagung dengan harga Rp5.500/kg.

Angka ini dinilai lebih rendah 8 persen dibandingkan rata-rata harga November 2025, untuk mendukung petani lokal dan masih memiliki sekitar 42 ribu ton di persediaan.

Dua emiten yang menjadi sorotan adalah PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA), dan PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN). Jason menilai pemulihan penjualan CPIN akan berlangsung lebih bertahap karena jumlah inventory days masih belum sepenuhnya kembali normal.

Sementara itu, JPFA dinilai memiliki potensi lebih besar untuk menangkap momentum permintaan unggas pada akhir tahun. 

"Kami menyukai JPFA karena fokusnya pada pengembangan bisnis consumer foods serta efisiensi biaya, yang diperkirakan mulai terealisasi dalam beberapa tahun ke depan," katanya.

Dari sisi saham, Jason merekomendasi ADD untuk CPIN dan target harga Rp6.800 per saham. Hingga Jumat (5/12/2025), saham berakhir di level Rp4.770 per saham.

Sementara JPFA juga direkomendasi ADD dengan target harga Rp2.500 per saham. Harga JPFA akhir pekan ini sebesar Rp2.640 per saham, telah melebihi target analis.

(Nur Ichsan Yuniarto)

SHARE