MARKET NEWS

Sempat Sentuh USD274 per Ton, Harga Batu Bara Terjungkal di Akhir Pekan

Dinar Fitra Maghiszha 27/02/2022 10:45 WIB

Harga batu bara mulai mengalami koreksi cukup dalam pada akhir pekan yang berakhir pada Minggu (27/2/2022).

Sempat Sentuh USD274 per Ton, Harga Batu Bara Terjungkal di Akhir Pekan

IDXChannel - Harga batu bara mulai mengalami koreksi cukup dalam pada akhir pekan yang berakhir pada Minggu (27/2/2022).

Reli beruntun sepekan terakhir membuat si 'batu hitam' terjerat tekanan jual  dari investor yang mendapat berkah keuntungan batu bara.

Alhasil pada sesi terakhir di pasar ICE Newcastle, Jumat (25/2/2022), harga batu bara kontrak Maret 2022 turun -7,20% di USD251,50 per ton, setelah sempat menyentuh level tertingginya hingga USD274,00 per ton. Kendati koreksi, kinerja kontrak ini masih menguat 25,03% dalam lima hari terakhir.

Sementara untuk kontrak April 2022, harga batu bara merosot -10,55% di USD220,95 per ton, setelah sempat merangsek hingga USD250,00 per ton. Performa sepekan tampak masih menguat 21,50%.

Untuk kontrak Mei 2022, harga batu bara terjungkal -10,77% di USD203,45 per ton, setelah sempat menembus USD228 per ton. Adapun dalam lima hari terakhir, kontrak ini masih menguat 21,46%.

Seperti diketahui, sanksi ekonomi Amerika Serikat dan Eropa terhadap Rusia baru-baru ini menjadi berkah bagi komoditas batu bara. Sebab, pemakaian energi fosil akan kembali dipertimbangkan apabila pasokan energi gas, minyak , dan batu bara dari Rusia terputus.

Indonesia sebagai salah satu eksportir baru bara terbesar dunia juga dinilai bakal mendapat benefit dari kenaikan harga komoditas 'batu hitam' tersebut.

"Kita tahu bahwa Indonesia adalah salah satu negara terbesar untuk ekspor nikel, kemudian batu bara, kemudian timah, ini akan menopang ekonomi makro Indonesia," kata Pengamat Keuangan Ibrahim Assuaibi, kepada MNC Portal Indonesia, beberapa waktu lalu, Kamis (24/2).

Ketika sanksi negara adidaya membuat pasokan komoditas dari Rusia terputus, maka perusahaan di Eropa kemungkinan akan cenderung beralih dan mencari alternatif komoditas energi lain, termasuk batu bara di tengah upaya mereka menggencarkan pemakaian energi baru terbarukan (EBT).

Selain itu, pelaku pasar di tingkat global dinilai masih berhati-hati dalam memperdagangkan batu bara dari Rusia setelah sanksi dijatuhkan.

"Sepertinya beberapa perusahaan milik negara China menjauh dari batu bara Rusia untuk saat ini," kata seorang trader yang berbasis di Korea Selatan, dilansir SPGlobal, Kamis (24/2).

Sebagai informasi, Rusia adalah pemasok terbesar kedua batu bara ke China setelah Indonesia. Menurut Platts Analytics, impor batu bara China dari Rusia mencapai 26,69 juta metrik ton pada Januari - September 2021.

(NDA)

SHARE