Sentuh ATH, Saham Amman Mineral (AMMN) Terbang 20 Persen, Ada Apa?
Saham emiten tambang tembaga dan emas, PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN) meroket hingga auto reject atas (ARA) pada penutupan sesi I, Senin (27/5/2024).
IDXChannel – Saham emiten tambang tembaga dan emas, PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN) meroket hingga auto reject atas (ARA) pada penutupan sesi I, Senin (27/5/2024).
Menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI), saham emiten yang terafiliasi dengan Grup Salim tersebut terbang 19,91 persen ke Rp12.650 per saham. Nilai transaksi tercatat mencapai Rp717,75 miliar dan volume perdagangan 60,11 juta saham.
Dengan ini, saham AMMN kembali menyentuh level tertinggi sepanjang masa (all-time high/ATH).
Kapitalisasi pasar (market cap) AMMN mencapai Rp917,36 triliun, berada di posisi ketiga besar, di bawah BREN (Rp1.505,09 triliun) dan BBCA (Rp1.150 triliun).
Sebelumnya, AMMN mengumumkan agenda penting untuk bulan depan.
Perseroan dijadwalkan menggelar Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) pada 6 Juni 2024 dan berlangsung di Soehanna Hall The Energy Building, SCBD, Lot 11A, Jl. Jend. Sudirman Kav. 52-53, Jakarta Selatan.
Dari keterbukaan informasi BEI, Rabu (15/5), ada lima mata acara yang akan dibahas dan dimintai persetujuan para pemegang saham AMMN pada RUPS tersebut.
Acara pertama, persetujuan laporan tahunan perseroan untuk tahun buku 2023 yang telah ditelaah oleh Dewan Komisaris Perseroan, termasuk pengesahan laporan keuangan konsolidasian perseroan dan entitas anak untuk tahun buku yang berakhir pada 31 Desember 2023 yang telah diaudit oleh kantor akuntan publik.
Mata acara kedua, persetujuan atas penetapan penggunaan laba bersih perseroan untuk tahun buku 2023. Ketiga, persetujuan atas penunjukkan akuntan publik dan/atau kantor akuntan publik yang akan melakukan audit lapkeu konsolidasian 2023.
Keempat, persetujuan atas penetapan remunerasi (gaji atau honorarium dan tunjangan lainnya) bagi anggota Direksi dan Dewan Komisaris Perseroan untuk tahun buku 2024.
Serta mata acara terakhir, penyampaian laporan realisasi penggunaan dana hasil penawaran umum perdana saham (IPO) perseroan.
Sementara, kontrak berjangka (futures) tembaga hanya naik 0,25 persen ke USD10.517 per ton pada Senin, usai memerah 4 hari beruntun.
Harga tembaga berjangka (futures) di London Metal Exchange (LME) bahkan sempat anjlok 4,05 persen pada perdagangan Kamis (23/5) pekan lalu. Penurunan ini membuat harga tembaga mundur dari harga tertinggi sepanjang masa yang dicapai pada 21 Mei lalu.
Permintaan impor China yang merupakan konsumen tembaga terbesar di dunia, tetap pada tingkat yang rendah meskipun pasokan bijih tembaga cukup terbatas dan volume pengolahan tembaga yang rendah di industri penyulingan besar negara tersebut.
Hal ini meningkatkan persediaan dan mendorong harga pengiriman dari gudang tembaga menjadi lebih rendah dibandingkan harga LME untuk pertama kalinya sejak pendataan dimulai pada 2017. Ini menunjukkan rendahnya permintaan fisik tembaga dari negara tersebut.
Namun, pertaruhan spekulatif terhadap harga tembaga membuat kinerja komoditas logam ini tetap naik 25 persen sepanjang tahun ini. Ini karena peran penting tembaga dalam elektrifikasi dalam penyimpanan energi skala jaringan dan infrastruktur pusat data.
Sebelumnya, Beijing meluncurkan langkah-langkah kebijakan untuk menopang ekonomi dalam negeri yang berkaitan dengan industri dan perekonomian.
ICSG memperkirakan pasar tembaga akan berakhir dengan surplus pada 2024 dan 2025, sementara rendahnya permintaan China sebelumnya meningkatkan persediaan nasional ke level tertinggi dalam empat tahun.
Analis Morgan Stanley dalam sebuah catatan Selasa (21/5) pekan lalu memperkirakan, harga tembaga diperkirakan akan mengalami beberapa volatilitas jangka pendek setelah melonjak ke rekor tertinggi dalam beberapa sesi terakhir, meskipun logam merah diperkirakan masih akan naik lebih tinggi tahun ini.
Pasokan tambang baru yang rendah, karena tingginya biaya untuk berkomitmen pada proyek-proyek baru mendorong para penambang raksasa melakukan aktivitas M&A dibandingkan proyek-proyek baru. Langkah ini ditandai dengan upaya kedua perusahaan raksasa tambang berbasis Australia, BHP untuk membeli Anglo American.
Analis Morgan Stanley memperkirakan kenaikan harga tembaga sebesar USD13.125 per ton untuk tembaga LME. (ADF)
Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.