Sering Dikaitkan dengan Pasar Modal Domestik, Apakah Fenomena Sell in May and Go Away?
Berdasarkan pencarian data selama 20 tahun, kenaikkan di bulan Mei hingga Oktober itu selalu lebih rendah jika dibandingkan dari akhir tahun hingga awal tahun.
IDXChannel - Menjelang bulan Mei investor pasar modal biasanya akan sering mendengar maupun membaca informasi mengenai fenomena Sell in May and Go Away. Fenomena yang terjadi di pasar saham luar negeri tersebut sering kali dikaitkan dengan pergerakan pasar modal domestik.
Diketahui, pada bulan Mei investor pasar modal cenderung melakukan aksi jual guna menghindari terjadinya penurunan kinerja pasar modal pada bulan Mei hingga Oktober. Meski demikian, tidak serta fenomena Sell in May and Go Away ini terjadi pada setiap tahun.
Pengamat pasar modal Oktavianus Audi menjelaskan, berdasarkan pencarian data selama 20 tahun, kenaikkan di bulan Mei hingga Oktober itu selalu lebih rendah jika dibandingkan dari akhir tahun hingga awal tahun berikutnya.
“Secara history 20 tahun terakhir memang betul kenaikkan di bulan Mei sampai dengan Oktober itu selalu lebih rendah dibandingkan akhir tahun sampai awal tahun berikutnya. Biasanya memang seperti itu. Dan kalau di-average rata-rata 0,8% kenaikkan di Mei sampai dengan Oktober,” jelasnya dalam acara Market Opening IDX Channel, Jumat (30/4/2021).
Dengan adanya kondisi tersebut, artinya para investor memang sedikit keluar pada bulan Mei sampai dengan Oktober.
Akan tetapi, kata Audi, di akhir tahun para investor akan mulai membeli saham lagi atau saham yang dimiliki mulai naik kembali.
Sementara itu, dia mengatakan, pada tahun 2020 kondisi yang terjadi malah berlawan arah. Di mana, pada bulan Mei 2020 pasar saham Indonesia mulai recovery.
“Menurut saya tahun ini dengan tahun 2020 memang agak sedikit berbeda. Saya pikir, jika ini bisa terjadi pun kemungkinan besar hanya tren jangka pendek saja, mungkin hanya sampai Mei dengan Oktober saja,” kata dia. (TIA)