MARKET NEWS

Shutdown dan Kekhawatiran Gelembung AI Uji Wall Street Pekan Depan

Nia Deviyana 09/11/2025 06:00 WIB

Kekhawatiran terhadap valuasi yang mahal pada saham-saham yang terkait dengan kecerdasan buatan (AI) masih menjadi sentimen yang membebani pasar.

Shutdown dan Kekhawatiran Gelembung AI Uji Wall Street Pekan Depan. Foto: AP.

IDXChannel - Wall Street pekan depan memasuki momen krusial di mana investor akan mencari petunjuk terkait kondisi ekonomi Amerika Serikat (AS) di tengah penutupan pemerintahan (government shutdown).

Sementara itu, kekhawatiran terhadap valuasi yang mahal pada saham-saham yang terkait dengan kecerdasan buatan (AI) masih menjadi sentimen yang membebani pasar.

Melansir Investing, indeks S&P 500 (.SPX) berakhir dengan penurunan mingguan pada Jumat (7/11/2025), setelah mencatat tiga pekan kenaikan berturut-turut. 

Indeks acuan tersebut kini turun sekitar 2,4 persen dari rekor penutupan tertingginya pada 28 Oktober, meskipun secara umum laporan kinerja kuartal III perusahaan-perusahaan besar AS menunjukkan hasil yang kuat.

"Investor kini menilai apakah pelemahan pasar saham ini sekadar aksi ambil untung (profit taking) dan penyesuaian sehat setelah reli panjang, atau justru awal dari penurunan yang lebih tajam," ujar Kepala Strategi Pasar di Ameriprise Financial, Anthony Saglimbene.

Kekhawatiran bahwa pasar saham tengah berada dalam "gelembung AI" membuat Wall Street tetap waspada.

Di sisi lain, serangkaian laporan pada Kamis menunjukkan memburuknya kondisi pasar tenaga kerja AS. Data dari perusahaan analitik tenaga kerja Revelio Labs menunjukkan 9.100 pekerjaan hilang pada Oktober, sementara rencana PHK oleh perusahaan AS melonjak menjadi lebih dari 153.000, menurut Challenger, Gray & Christmas, firma penempatan tenaga kerja global. 

Federal Reserve Chicago memperkirakan tingkat pengangguran AS kemungkinan naik pada Oktober ke level tertinggi dalam empat tahun.

Data tersebut muncul sehari setelah laporan ADP National Employment Report menunjukkan bahwa lapangan kerja sektor swasta bertambah 42.000 pada Oktober.

"Laporan PHK dari Challenger, ditambah dengan tidaknya tersedia data ketenagakerjaan resmi pemerintah, menimbulkan tanda bahaya mengenai apakah pasar tenaga kerja benar-benar telah stabil," kata Kepala Ekonom Pasar di Spartan Capital Securities New York, Peter Cardillo.

Pekan depan seharusnya menjadi periode yang padat data ekonomi, dengan rencana rilis laporan pemerintah mengenai indeks harga konsumen (CPI), indeks harga produsen (PPI), dan penjualan ritel. Namun, rilis-rilis tersebut kemungkinan akan tertunda akibat penutupan pemerintahan.

Sebagai gantinya, investor akan mencari petunjuk kondisi ekonomi dari laporan sekunder, termasuk indeks optimisme usaha kecil yang akan dirilis Selasa oleh National Federation of Independent Business (NFIB).

(NIA DEVIYANA)

SHARE