Siap-Siap, BRI (BBRI) Bakal Bagikan Dividen Interim untuk Pemegang Saham
Direktur Utama BBRI, Sunarso mengatakan, pembagian dividen interim harus mengikuti kebijakan yang ditetapkan Bursa Efek Indonesia (BEI).
IDXChannel - PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) berencana membagikan dividen interim untuk pemegang saham perusahaan di tahun ini.
Hanya saja, emiten perbankan pelat merah ini harus melihat prosedur pasar modal terlebih dahulu.
Direktur Utama BBRI, Sunarso mengatakan, pembagian dividen interim harus mengikuti kebijakan yang ditetapkan Bursa Efek Indonesia (BEI).
"Dividen interim, sebenarnya hari ini saya pingin bagi dividen interim, tapi kan ada prosedurnya harus minta persetujuan agar governance-nya benar. Tapi intinya kita ingin bagikan dividen interim," ucap Sunarso saat ditemui di Kementerian BUMN Jakarta, ditulis Jumat (27/10/2023).
Dividen interim dipahami sebagai mekanisme pemberian dividen dalam kurun waktu sebelum pembukuan keuangan perusahaan ditutup atau masih dalam tahun berjalan.
Terkait hal itu, Sunarso menyebut kas BBRI sudah mencapai angka jumbo, sehingga pihaknya tidak akan menahan keuntungannya sebagai laba ditahan. Dia mencatat, pada kuartal III/2033, emiten sudah membukukan laba Rp 44,21 triliun.
Sementara tahun lalu laba BRI mencapai Rp 51,4 triliun. Dari capaian tersebut sebagian besar atau senilai Rp 43 triliun dialokasikan sebagai dividen. Jumlah tersebut setara dengan 85 persen laba perusahaan.
Adapun dividen yang dibagikan tahun 2022 dibagikan ke negara sebesar Rp 23 triliun. Sementara yang dibagikan ke pemegang saham publik Rp 20 Triliun.
"Kenapa dibagikan? 85 persen dari laba itu, karena modalnya BRI sekarang kegedean," bebernya.
Sunarso mengatakan, modal yang dimiliki BBRI tak luput dari arahan menteri BUMN Erick Thohir untuk membentuk holding ultra mikro. Selain itu, melalui aksi korporasi rights issue BBRI juga meraup hingga Rp 41 triliun.
“Sekarang (setoran dividen) ke negara Rp 23 triliun dividen plus pajak Rp 12 triliun. Total satu tahun BRI setor ke negara Rp 35 triliun," kata dia.
(SAN)