Sikapi Upaya Kimia Farma (KAEF) Optimalisasi Pabrik, Begini Komentar Analis
salah satu langkah yang bisa ditempuh untuk merespons perubahan tersebut diantaranya dengan melakukan penataan ulang atas jaringan pabrik yang ada saat ini.
IDXChannel – Upaya PT Kimia Farma Tbk (KAEF) untuk menata bisnis hulu dengan mengoptimalkan kapasitas terpakai pabrik dinilai menjadi sentimen positif di tengah neraca keuangan perusahaan yang tengah minus.
Pandangan tersebut disampaikan oleh Senior Analyst Certified Securities Analyst (CSA) Research Institute, Reza Priyambada.
Menurut Reza, setiap perusahaan pasti memiliki tantangan yang harus dihadapi di masing-masing industri yang digeluti. Guna menjawab tantangan tersebut, perusahaan pun dituntut untuk dapat beradaptasi secara dinamis melalui perubahan dan sejumlah langkah inovasi.
"Artinya, dengan adanya upaya-upaya perubahan, berbenah diri, lalu membuat satu inovasi atau terobosan untuk memaksimalkan kinerja ke depan, ini artinya mereka agile (lincah) dalam menghadapi tantangan di market. Ini tentu bagus," ujar Reza, kepada idxchannel, Jumat (24/6/2024).
Kemampuan dan kesadaran untuk berubah tersebut, menurut Reza, merupakan salah satu kebutuhan yang tak lagi terelakkan dalam kondisi dewasa ini.
Dalam industri farmasi, misalnya, Reza mencontohkan dengan adanya perbedaan kondisi pasar yang sangat mencolok antara saat terjadinya pandemi COVID-19 lalu dengan situasi pascapandemi seperti saat ini.
Reza menjelaskan bahwa tantangan utama di industri farmasi saat pandemi COVID-19 dulu adalah bagaimana bisa meningkatkan kapasitas produksi semaksimal mungkin, seiring kondisi pasar yang sedang terjadi anomali, dengan lonjakan permintaan yang jauh melebihi ekspektasi.
"Tapi ketika masa-masa COVID-19 berakhir, saat kondisi pasca-pandemi seperti sekarang, apakah masih mau menggunakan pendekatan seperti saat pandemi dulu? Kan tidak mungkin. Sehingga perubahan pasti harus dilakukan," tutur Reza.
Reza menjelaskan salah satu langkah yang bisa ditempuh untuk merespons perubahan tersebut diantaranya dengan melakukan penataan ulang atas jaringan pabrik yang ada saat ini.
"Logikanya kenapa kita punya banyak mobil kalau yang dipakai hanya beberapa saja? Termasuk juga pabrik. Sedangkan kita tahu, setiap pabrik itu pasti ada beban biaya yang harus ditanggung, mulai dari manpower, pasokan listrik, belum lagi kita bicara soal aset tanahnya, bangunannya, perpajakannya dan lain-lain. Sehingga untuk kinerja produksi yang lebih efisien, penutupan beberapa pabrik memang harus dilakukan," ungkap Reza.
Dalam hal ini, pihak karyawan menurut Reza juga tidak bisa menutup mata bahwa perusahaan memang dituntut untuk senantiasa melakukan perubahan, agar dapat tetap bertahan dalam persaingan industri yang semakin ketat.
Di lain pihak, demi perubahan tersebut, komitmen perusahaan untuk memenuhi seluruh hak karyawan yang terdampak sesuai dengan ketentuan yang berlaku, juga perlu untuk diapresiasi.
Namun demikian, meski telah berkomitmen untuk memenuhi seluruh hak karyawan yang terdampak, Reza berharap manajemen Kimia Farma juga dapat lebih bijaksana dalam mengelola para pegawai yang berpotensi terdampak atas rasionalisasi pabrik.
Solusi yang bisa diupayakan adalah dengan mengakomodir SDM dari pabrik-pabrik yang ditutup ke sejumlah pabrik yang masih dipertahankan dan bakal ditingkatkan utilitasnya.
Jika pun opsi tersebut tidak memungkinkan, Kimia Farma juga bisa memberikan pendampingan dan pelatihan keterampilan yang diperlukan bagi para karyawan terdampak untuk dapat terjun ke dunia wirausaha.
"Termasuk juga membuka opsi kerjasama bagi karyawan terdampak untuk tetap berkecimpung di ekosistem industri farmasi, dengan menjadi mitra binaan, misal dengan membuka usaha apotek atau klik kesehatan, yang produknya dipasok oleh pihak Kimia Farma. Opsi-opsi kreatif seperti ini juga diperlukan agar lebih solutif," kata Reza. (TSA)