Skandal Keselamatan Toyota Terjadi Lagi, Intip Dampaknya terhadap Astra (ASII)
Toyota Motors Co dilaporkan kembali terlibat skandal sertifikasi standar keselamatan pada beberapa mobil produksi di Jepang.
IDXChannel - Toyota Motors Co dilaporkan kembali terlibat skandal sertifikasi standar keselamatan pada beberapa mobil produksi di Jepang. Produk terbaru dengan merek Toyota Yaris Cross disebut menjadi salah satu model yang terdampak skandal ini.
Melansir Kyodonews, Kementerian Transportasi Jepang bakal menggeledah kantor pusat Toyota terkait dugaan penyimpangan sertifikasi. Temuan serupa juga ditemukan pada Honda Motor Co., Mazda Motor Co., Suzuki Motor Co., dan Yamaha Motor Co.
Sebelumnya, Kementerian Transportasi Jepang menginstruksikan 85 produsen mobil dan pemasok suku cadang untuk menyelidiki, apakah sertifikasi telah diperoleh dengan benar menyusul serangkaian skandal di perusahaan Toyota Group.
Pada akhir 2023 lalu Toyota juga terjerat skandal yang sama. Manipulasi uji keselamatan tabrakan yang dilakukan Daihatsu Motor Co. Ltd Jepang, unit bisnis Toyota Motors terungkap di penghujung tahun lalu.
Menanggapi skandal terbaru ini, Marketing Director PT Toyota Astra Motor (TAM) Anton Jimmi Suwandy menegaskan Yaris Cross yang dipasarkan di Jepang dan Indonesia berbeda. Hal itu mulai dari basis yang digunakan hingga proses produksi yang dilakukan masing-masing pabrikan.
“Tidak (terdampak), karena modelnya berbeda. Hanya penamaannya yang sama. Produksinya juga berbeda,” kata Anton saat dikonfirmasi oleh MNC Portal Indonesia melalui pesan singkat, Selasa (4/6/2024).
Untuk diketahui, penjualan mobil Astra Indonesia memang terus mengalami penurunan sepanjang 2024. Penjualan April menjadi yang terendah sepanjang tahun ini, hanya sebesar 26.908 unit, menurun 33,45 persen.
Penurunan ini bahkan mendekati level terendah pada Mei 2022 yang hanya sebesar 23.318 unit. (Lihat grafik di bawah ini.)
Mengutip data yang dipublikasikan Astra, Selasa (14/5/2024), segmen mobil LCGC mengalami penurunan penjualan pada April 2024 menjadi 7.926 unit. Padahal sebulan sebelumnya tercatat 12.070 unit terjual.
Namun, secara total pada periode Januari-April 2024, penjualan mobil ASII mencapai 146.570 unit. Sedangkan untuk segmen LCGC sebanyak 44.331 unit.
Secara keseluruhan, pendapatan bersih konsolidasian Grup pada kuartal pertama tahun 2024 adalah sebesar Rp81,2 triliun, menurun 2% dibandingkan dengan kuartal pertama tahun 2023.
Laba bersih perseroan yang tidak termasuk penyesuaian nilai wajar atas investasi di GoTo dan Hermina, sebesar Rp8,1 triliun alias 5 persen lebih rendah dibandingkan dengan kuartal pertama 2023.
Jika memperhitungkan penyesuaian nilai wajar tersebut, maka laba bersih perusahaan menurun 14 persen menjadi Rp7,5 triliun.
“Penurunan kinerja ini merefleksikan penurunan kinerja dari bisnis alat berat dan pertambangan serta otomotif Grup,” kata Astra dalam laporan kuartalannya.
Secara keseluruhan, penjualan mobil secara nasional menurun 24 persen menjadi 215 ribu unit pada kuartal pertama 2024. Pada periode yang sama, penjualan mobil Astra menurun 20 persen menjadi 120.000 unit.
Tak hanya mobil, penjualan sepeda motor secara nasional juga menurun 5 persen menjadi 1.735.000 unit pada kuartal pertama 2024.
Penjualan sepeda motor PT Astra Honda Motor menurun 8% menjadi 1.324.000 unit dan pangsa pasar menurun dari 79% menjadi 76%.
Melihat situasi ini, sejumlah sekuritas melihat saham ASII dalam taraf tertentu akan terpengaruh sentimen lemahnya kinerja penjualan.
Untuk diketahui, saham PT Astra Internasional Tbk (ASII) tertekan 18,82 persen secara year to date (YTD). Kini, saham ASII dibanderol Rp4.530 per saham pada 4 Juni 2024 pukul 11.59 WIB.
Investment Analyst Stockbit Sekuritas Michael Owen Kohana, dalam sebuah catatan, mengatakan skandal ini akan berdampak pada ASII, meskipun terbatas.
“Meski demikian, sentimen negatif berpotensi muncul dari kekhawatiran calon pembeli terhadap standar keamanan produk Toyota. Sebelumnya, Daihatsu Jepang — yang masih satu grup dengan Toyota — juga sempat menghentikan pengiriman semua kendaraannya karena skandal uji keselamatan pada akhir 2023,” kata Michael dikutip Selasa (4/6).
Sebelumnya, BRI Danareksa Sekuritas mengingatkan kondisi makro yang lebih lemah dan memperkirakan penjualan kendaraan roda dua Astra akan turun mulai 24 Mei 2024 dan seterusnya, dan memperkirakan penjualan roda empat akan semakin melemah.
BRI Danareksa menurunkan perkiraan FY24F atau proyeksi kinerja keuangan tahun fiskal 2024 untuk volume penjualan roda dua dan roda empat ASII menjadi 4,5 juta dan 473 ribu unit alias 6 persen dan 21 persen di bawah asumsi sebelumnya.
“Perkiraan volume penjualan baru kami menyiratkan penurunan penjualan yoy sebesar 7 persen untuk roda dua dan16 persen untuk roda empat pada tahun fiskal 2024. Kami juga memangkas perkiraan pendapatan sebesar 18 persen untuk roda dua dan 21 persen untuk roda empat untuk segmen otomotif,” tulis BRI Danareksa Sekuritas dalam catatannya.
BRI Danareksa Sekuritas juga mempertahankan peringkat Hold saham ASII dengan harga saham untuk taking profit di level Rp5.100 karena prospek pertumbuhan yang lebih menantang meskipun valuasi saham murah.
Senada, Mirae Sekuritas memperkirakan saham ASII akan terbebani pendapatan bersih dan laba bersih pada kuartal I-2024 yang turun, sejalan dengan penurunan sektor otomotif dan kinerja bisnis alat berat dan pertambangan.
“Kami mempertahankan target harga di Rp6.050 per saham dengan rekomendasi trading Buy. Kami mempertahankan asumsi penilaian karena penjualan mobil pada 1Q24 tetap sesuai dengan perkiraan kami,” tulis analis Mirae Assets sekuritas.
Sementara menurut analisis Macquarie Sekuritas, penjualan kendaraan roda empat Astra dalam empat bulan pertama 2024 dipengaruhi oleh pendekatan wait-and-see konsumen akibat pemilu.
Selain itu, adanya kendala daya beli untuk segmen konsumen berpendapatan menengah.
“Namun, kami melihat adanya ruang untuk peningkatan bertahap mulai bulan Mei. GAIKINDO Indonesia International Auto Show (GIIAS) pada 18-28 Agustus juga akan menjadi katalisator lainnya,” tulis riset Macquarie Sekuritas. (ADF)