Sudah 25 Tahun Melantai di BEI, Simak Sejarah Saham BHIT
Selain berinvestasi, tentu saja para investor ingin memahin sejarah saham BHIT atau kode emiten milik perusahaan PT MNC Asia Holding Tbk.
IDXChannel – Selain berinvestasi, tentu saja para investor ingin memahin sejarah saham BHIT atau kode emiten milik perusahaan PT MNC Asia Holding Tbk. PT MNC Asia Holding Tbk (BHIT), sebelumnya bernama PT MNC Investama Tbk merupakan perusahaan induk dari beberapa anak perusahaan dan bergerak di bidang investasi. Perusahaan mulai beroperasi secara komersial pada tahun 1989.
Menurut anggaran dasar perusahaan, bidang usaha BHIT meliputi industri, pertambangan, pengangkutan, pertanian, konstruksi (pemborongan), jasa dan perdagangan.
Fokus utama PT MNC Asia Holding Tbk saat ini adalah perusahaan investasi yang berbasis di Indonesia, yang utamanya bergerak di sektor media. Perusahaan membagi portofolionya menjadi empat sektor yakni Media, Layanan Keuangan, Real Estat, dan Investasi Sekuritas.
Bisnis media yang dikelola oleh PT Global Mediacom Tbk terdiri dari media berbasis konten dan periklanan, media berbasis langganan dan media online (online media) seperti MNC Media, RCTI, MNCTV, GTV, iNews.
Pada tanggal 28 Oktober 1997, BHIT menerima pernyataan efektif dari BAPEPAM-LK untuk mencatatkan saham BHIT sebanyak 123.000.000 saham dengan nilai nominal Rp500 sampai dengan Rp700 per saham. Saham ini telah dicatatkan di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 24 November 1997.
Laporan Keuangan BHIT
PT MNC Asia Holding Tbk (MNC Group atau BHIT) membukukan laba bersih sebesar Rp619,4 miliar pada kuartal III 2022, naik 23,5 persen dari Rp501,5 miliar pada kuartal II 2022.
Hal tersebut ditopang oleh laba bersih triwulanan MNC Group, dimana laba bersih perseroan pada triwulan III tahun 2022 sebesar Rp3,580 triliun, yang berasal dari kontribusi sektor media sebesar Rp2,682 triliun dan sektor jasa keuangan sebesar Rp666,5 miliar dan Rp231,5 miliar dari sektor lainnya.
Sementara itu, omzet MNC Group dari Januari hingga September 2022 sebesar Rp11,9 triliun. Pendapatan tertinggi berasal dari iklan non-digital sebesar Rp3,542 triliun, diikuti TV berbayar dan broadband sebesar Rp2,110 triliun. (SNP)