Sukses Hadapi Pandemi, GRP Tak Khawatir Ancaman Resesi Tahun Depan
Kalau pun ada tantangan dan hambatan di lapangan, GRP optimistis pemerintah bakal segera mencarikan solusinya.
IDXChannel - Dengan tahun ini hanya menyisakan beberapa hari saja, kalangan pelaku pasar dan dunia usaha pun mulai mengalihkan perhatiannya terhadap beragam peluang dan juga tantangan yang ada di tahun depan.
Meski perekonomian nasional sejauh ini diklaim dalam kondisi baik dan cukup kokoh dibanding negara-negara lain, namun sebagian pihak masih tetap mempertimbangkan potensinya resesi di level global pada 2023 mendatang.
Kekhawatiran tersebut menjalar ke berbagai sektor industri. Tak terkecuali para pelaku industri baja nasional. Dikhawatirkan, kondisi resesi bakal berpeluang menekan permintaan baja secara keseluruhan, terutama dari pasar ekspor.
Namun, proyeksi ini ditanggapi dingin oleh PT Gunung Raja Paksi Tbk (GGRP), yang notabene merupakan salah satu pelaku utama industri baja Tanah Air. Dalam pandangan GRP, pasar baja di tahun depan masih cukup positif dan kondusif.
"Kami sih masih yakin (industri baja 2023) bakal tetap positif dan cukup menjanjikan. Market kami lihat juga masih relatif bagus. Tidak ada worry yang gimana-gimana gitu," ujar Direktur Utama GRP, Abednedju Giovano Warani Sangkaeng, Rabu (28/12/2022).
Keyakinan tersebut, menurut Abednedju, didasarkannya pada pengalaman dan rekam kinerja perusahaan selama pandemi COVID-19 berlangsung dalam dua tahun terakhir. Abednedju mengklaim, selama periode tersebut, kinerja GRP masih tetap mampu dipertahankan di wilayah positif.
"Soal ada challenge di pasar, itu sih sudah biasa. Namanya juga bisnis, tidak bisa kita berharap selalu lancar-lancar saja. Tapi so far bahkan saat pandemi pun (kinerja) kami tetap positif. Jadi kalau kita bicara kondisi sekarang, apa yang perlu dikhawatirkan?" tutur Abednedju.
Pernyataan tersebut, Abednedju menjelaskan, bukan disampaikannya dalam makna sombong dan abai dengan potensi kendala yang oleh sebagian pihak diperkirakan bakal terjadi di tahun depan. Ancaman utama tentu datang dari potensi terjadinya resesi global.
"Kami bukannya over confidence. Namun logikanya, dengan pasar yang stuck seperti saat pandemi saja kami mampu bertahan, apalagi sekarang di mana perekonomian sudah mulai pulih. Pasar sudah menggeliat lagi. Jadi secara demand (tahun depan) justru lebih bagus (dibanding saat pandemi)," ungkap Abednedju.
Terlebih, lanjut Abednedju, keyakinannya itu dilandaskan pada karakter dasar industri baja yang disebutnya sebagai mother of industry. Klaim itu, merujuk pada fakta bahwa bisnis yang digelutinya itu menghasilkan beragam produk baja yang dibutuhkan oleh industri-industri lain.
"Coba sebutkan industri apa yang tidak butuh pasokan baja? Tidak ada. Semua (industri) properti, otomotif, manufaktur dan sebagainya, pasti butuh baja. Jadi (posisi) kami ini di hulu, yang kemudian menggerakkan industri yang lain, sehingga disebutnya mother of industry," tutur Abednedju.
Karena merupakan hulu dari bergeraknya kinerja industri, maka Abednedju sangat yakin pemerintah akan memastikan sektor baja nasional dapat berjalan dengan baik. Kalau pun ada tantangan dan hambatan di lapangan, GRP optimistis pemerintah bakal segera mencarikan solusinya.
"Itulah kenapa kami nggak worry. Faktanya kondisi pasar menurut kami masih sangat jauh lebih baik dibanding saat pandemi. Proyek-proyek infrastruktur sudah jalan lagi. Perekonomian mulai pulih dan menggeliat lagi. Ini yang jadi dasar (keyakinan dan optimistis) kami," tegas Abednedju. (TSA)