MARKET NEWS

Suku Bunga The Fed Belum Jinak, Ini Efek Rambatannya ke RI

Atikah Umiyani/MPI 27/07/2023 15:43 WIB

The Federal Reserve (The Fed) diproyeksikan akan kembali menaikkan suku bunga acuannya dua sampai tiga kali hingga akhir 2023. Ini efeknya ke Indonesia?

Suku Bunga The Fed Belum Jinak, Ini Efek Rambatannya ke RI (Foto MNC Media)

IDXChannel - Bank Sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed) sudah mengerek suku bunga acuan sebesar 25 bps. Dan diproyeksikan akan kembali menaikkan suku bunga lagi dua sampai tiga kali hingga akhir 2023.

Hal itu disampaikan Ekonom sekaligus Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios), Bhima Yudhistira usai The Fed kembali menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 5,25-5,5%.

"Ya jadi ancaman kenaikan (suku bunga) The Fed ini berarti masih ada ruang mereka akan menaikkan lagi misalnya dua sampai tiga kali lagi di akhir 2023 atau pada semester II nanti," jelasnya kepada MNC Portal Indonesia, Kamis (27/7/2023).

Menurut Bhima, kenaikan suku bunga The Fed ini menjadi indikasi, inflasi di negara maju masih akan cukup tinggi.

Menurutnya, hal itu kemudian akan berpengaruh terhadap devisa ekspor yang masuk. Sebab, negara-negara maju yang menjadi mitra dagang Indonesia masih menghadapi masalah tekanan ekonomi domestik, inflasi serta konsumsi domestik, termasuk misanya permasalahan tenaga kerja.

Bhima menambahkan, masalah kedua yaitu terkait arus modal keluar di portofolio yang juga harus diantisipasi karena akan dapat melemahkan nilai tukar rupiah.

"Jadi kalau The Fed-nya terus agresif dan konsisten menaikkan suku bunga, sementara Bank Indonesia masih menahan suku bunganya, ya akan terjadi flight-to-quality, akan mencari imbal hasil yang lebih menarik di mata investor global, sehingga akan ada pergeseran keluar," jelasnya.

Bhima juga berpendapat, apabila The Fed terus menaikkan suku bunga, maka biaya modal akan menjadi lebih mahal dan itu akan menggangu realisasi investasi, khususnya Foreign Direct Investment atau FDI.

"Jadi mereka akan wait and see dulu kapan suku bunga turunnya, mau bikin pabrik juga bunganya mahal. Nah, ini jadi hal yang kurang begitu baik bagi pemulihan ekonomi terutama menjelang pemilu 2024. Sudah wait and see karena pemilu ini ditambah adanya suku bunga masih akan tinggi," tukasnya.

(FAY)

SHARE