MARKET NEWS

Suku Bunga The Fed Diproyeksi Naik 25 Bps, Rupiah Tertekan ke Rp15.022

Anggie Ariesta 26/07/2023 15:45 WIB

Kurs rupiah turun 24 poin ke Rp15.022 pada perdagangan Rabu (26/7/2023).

Suku Bunga The Fed Diproyeksi Naik 25 Bps, Rupiah Tertekan ke Rp15.022 (Foto MNC Media)

IDXChannel - Nilai tukar Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) kembali ditutup melemah pada perdagangan Rabu (26/7/2023). Kurs rupiah turun 24 poin ke Rp15.022 dari penutupan sebelumnya di Rp14.098.

Pengamat Pasar Uang, Ibrahim Assuaibi mengatakan, dolar AS mendapat dorongan di hari Selasa ketika data menunjukkan kepercayaan konsumen AS naik ke level tertinggi dua tahun pada Juli karena inflasi turun, sementara ekonomi menunjukkan ketahanan meskipun suku bunga lebih tinggi.
 
“Federal Reserve AS menyelesaikan pertemuan penetapan kebijakan dua hari di akhir sesi ini dan secara luas diperkirakan akan mengesahkan kenaikan seperempat poin, yang akan menjadi kenaikan ke-11 dalam 12 pertemuan kebijakan terakhirnya,” ujar Ibrahim dalam risetnya, Rabu (26/7/2023). 
 
Namun, ada ketidakpastian mengenai apakah bank sentral akan berusaha menaikkan suku lagi di akhir tahun atau apakah kenaikan ini menandai akhir dari siklus pengetatan yang agresif. 

Dengan demikian, komentar dari Ketua Jerome Powell setelah keputusan tersebut akan dipelajari dengan seksama untuk petunjuk pemikiran para pembuat kebijakan.
 
Selain itu, Bank Sentral Eropa juga secara luas diperkirakan akan menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin lebih lanjut ketika bertemu pada hari Kamis, tetapi para pedagang mulai mempertanyakan apakah bank sentral ini mampu menaikkan lagi tahun ini mengingat bukti bangunan dari perlambatan ekonomi.
 
Survei Purchasing Manager hari Senin menunjukkan, aktivitas manufaktur yang memburuk di zona euro, sementara Ifo Jerman hari Selasa menyarankan semangat bisnis di ekonomi terpenting kawasan itu memburuk pada bulan Juli untuk bulan ketiga berturut-turut.
 
“Goldman Sachs pada hari Selasa memangkas perkiraan pertumbuhan 2023 untuk zona euro, menyusul data aktivitas ekonomi yang lebih lemah,” jelas Ibrahim. 

Dari sentimen domestik, Lembaga Pemeringkat Rating and Investment Information, Inc. (R&I) meningkatkan outlook Indonesia menjadi positif dari sebelumnya stabil, dan mempertahankan Peringkat Republik Indonesia pada BBB+ (dua level di atas tingkat terendah Investment Grade).

Keputusan ini didukung oleh kinerja ekonomi Indonesia yang tetap kuat dan ketahanan ekonomi yang terjaga di tengah ketidakpastian ekonomi global, inflasi, dan defisit fiskal yang kembali dalam target lebih cepat dari perkiraan, stabilitas keuangan yang terjaga, serta tren penurunan rasio utang Pemerintah. 

“Peningkatan outlook Indonesia menunjukkan keyakinan kuat pemangku kepentingan internasional atas stabilitas makroekonomi dan prospek ekonomi jangka menengah Indonesia yang tetap terjaga, di tengah ketidakpastian ekonomi global dan pasar keuangan yang meningkat,” kata Ibrahim. 

Bank Indonesia (BI) akan terus mencermati perkembangan ekonomi dan keuangan global dan domestik, merumuskan dan melaksanakan langkah-langkah yang diperlukan untuk memastikan terjaganya stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan, serta terus memperkuat sinergi dengan Pemerintah untuk mendukung percepatan transformasi ekonomi menuju ekonomi yang lebih inklusif dan berkelanjutan.

Di samping itu, pemerintah memproyeksikan pertumbuhan PDB akan berada pada kisaran 5,0%-5,3% pada 2023. Kebijakan struktural yang ditempuh pemerintah terkait perbaikan lingkungan bisnis, pembangunan infrastruktur, dan penguatan sumber daya manusia menjadi faktor penting dalam pencapaian target pertumbuhan jangka menengah.

R&I menyampaikan, pertumbuhan ekonomi Indonesia akan tetap solid pada 2023, meski sedikit tertahan pada paruh kedua. R&I memperkirakan, ekonomi Indonesia akan tumbuh pada kisaran 5% untuk tahun 2024 dan beberapa tahun selanjutnya.

Setelah melemah hari ini, untuk perdagangan besok (27/7), mata uang Rupiah diprediksi bergerak fluktuatif, namun ditutup melemah di rentang Rp15.010-15.080 per USD.

(FAY)

SHARE