MARKET NEWS

Surya Internusa (SSIA) Bidik Pendapatan Rp6 Triliun pada 2025

Rahmat Fiansyah 09/09/2025 11:40 WIB

PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA) menyebut pendapatan dan laba bersih perseroan tahun ini bakal turun dibandingkan 2024. 

PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA) menyebut pendapatan dan laba bersih perseroan tahun ini bakal turun dibandingkan 2024. (Foto: Dok. Surya Internusa)

IDXChannel - PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA) menyebut pendapatan dan laba bersih perseroan tahun ini bakal turun dibandingkan 2024. 

Pendapatan perseroan pada 2025 diproyeksikan turun 4 persen menjadi Rp6 triliun dari Rp6,25 triliun. Begitu juga dengan laba bersih yang melemah 14 persen menjadi Rp200 miliar dari Rp234 miliar.

VP of Investor Relations & Corporate Communications Surya Internusa, Erlin Budiman mengungkapkan, penurunan pendapatan dan laba bersih pada tahun ini disebabkan sejumlah faktor. Pertama, sebagian penerimaan baru akan diakui pada awal 2026 dari segmen properti, khususnya kawasan industri.

"Kemudian hospitality juga ada keterbatasan anggaran terhadap okupansi Gran Melia Jakarta. Lalu, dampak dari geopolitik pengenaan tarif (AS) juga berdampak pada kinerja kita tahun ini," kata Erlin dalam Public Expose Live 2025 secara virtual, Senin (8/9/2025).

Erlin mengatakan, kinerja perhotelan memang tertekan karena perseroan tengah merenovasi sekaligus rebranding Hotel Melia Bali menjadi Paradisus by Melia Bali. Pada 2024, kontribusi hotel yang berlokasi di Nusa Dua itu mencapai Rp484 miliar.

Dia meyakini Paradisus by Melia Bali akan memberikan dampak signifikan terhadap kinerja keuangan di masa depan.

Dari segmen kawasan industri, kata Erlin, Surya Internusa juga kedatangan sejumlah tenant global untuk Subang Metropolitan pada semester II-2025. Pada paruh pertama tahun ini, perseroan mencatat penjualan lahan 10,3 hektare (ha) dengan rincian 6,5 ha di Karawang dan 3,8 ha di luar Karawang-Subang.

Presiden Direktur Surya Internusa, Johannes Suriadjaja menambahkan, saat ini 60 persen pipeline yang akan masuk Subang Smartpolitan berasal dari sektor otomotif, terutama China.

"Otomotif itu terbesar ya, ada 60 persen daripada pipeline kita. Tapi juga ada heavy equipment (alat berat) yang menarik," katanya.

Johannes mengatakan, perseroan terus berupaya menarik tenant di berbagai sektor, termasuk consumer goods. Dia menilai, selain ekosistem yang baik, Subang Smartpolitan juga memiliki lokasi strategis karena dekat dengan jalan tol hingga Pelabuhan Patimban yang tak lama lagi beroperasi.

>

(Rahmat Fiansyah)

SHARE