MARKET NEWS

Tahan Kas Kala IHSG Volatil, Fund Lokal saatnya Masuk Pasar Saham Lagi?

Melati Kristina - Riset 05/04/2023 16:41 WIB

Manajer investasi menahan kas dengan jumlah jumbo saat IHSG sedang volatil. Namun, potensi dari IPO pada semester I membuat mereka kembali masuk market.

Tahan Kas Kala IHSG Volatil, Fund Lokal saatnya Masuk Pasar Saham Lagi? (Foto: MNC Media)

IDXChannel – Manajer investasi (fund) menahan kas jumbo di saat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang sedang volatil. Di samping itu, potensi aksi initial public offering (IPO) di semester I-2023 membuat manajer investasi kembali masuk pasar saham.

Menurut riset CGS CIMB yang diterbitkan pada Senin (3/4) dengan tajuk “Indonesia Strategy: Why the Fund Flow is in Favour of Indonesia”, manajer investasi memiliki tingkat kas yang tinggi.

Merujuk data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) per 10 Maret 2023, manajer pengelola equity fund dan balanced fund mencatatkan tingkat kas yang mencapai 14 persen, lebih tinggi dibanding rata-rata delapan tahun belakangan yang berada di angka 9 persen.

Informasi saja, equity fund merupakan jenis reksa dana saham, sedangkan balanced fund merupakan reksa dana campuran yang dialokasikan ke instrumen saham, obligasi, dan pasar uang.

Naiknya angka tersebut seiring dengan kenaikan di pasar saham global. Menurut riset tersebut, saat situasi global lebih stabil, manajer investasi dapat menggunakan lebih banyak kas.

“Menurut pandangan kami, manajer investasi akan menggunakan lebih banyak kas terutama bila valuasi pasar masuk akal ditopang oleh suku bunga yang diproyeksi bakal memuncak,” tulis riset tersebut.

Kendati demikian, stabilnya situasi pasar global diiringi dengan keputusan Bank Indonesia (BI) dalam menahan kenaikan suku bunga akan membuat manajer investasi mempertimbangkan untuk mengurangi tingkat kas mereka.

Di samping itu, dana yang disiapkan untuk IPO membuat manajer investasi kembali menyiapkan lebih banyak kas karena total IPO sepanjang semester I-2023 bisa jadi lebih kecil dari harapan mereka.

“Kami memperkirakan bahwa IPO yang akan datang secara kolektif kurang dari 1 persen dari bobot IHSG, lebih rendah dari ekspektasi pasar, yakni mencapai 2 persen hingga 3 persen dari bobot IHSG,” tulis CGS CIMB.

Di sisi lain, CGS CIMB juga memproyeksikan di tahun ini akan menjadi tahun yang baik untuk saham fundamental karena tujuh dari 10 saham teratas penggerak IHSG secara year to date (YTD) adalah MSCI Indonesia.

Deretan Saham Pilihan

CGS CIMB juga memilih saham pilihan teratas dengan mempertimbangkan faktor masuknya aliran dana dari masing-masing saham.

“Kami melihat stok bahan pokok konsumen berkapitalisasi pasar lebih besar dengan fundamental solid akan menguntungkan pada 2023,” kata riset tersebut.

Namun, CGS CIMB menilai, kebanyakan saham ini sudah dikoleksi oleh manajer investasi, seperti saham PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP), PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR), dan PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF).

Sedangkan manajer investasi juga gemar mengoleksi saham mid cap seperti PT Industri Jamu (SIDO) dan PT Mayora Indah Tbk (MYOR).

“Menurut kami saham rokok PT Wismilak Inti Makmur Tbk (WIIM) dan PT Nippon Indosari Corporindo Tbk (ROTI) juga layak untuk dilirik meski likuiditasnya terbatas,” tulis CGS CIMB.

Di sektor telko, CGS CIMB berpandangan saham PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) merupakan pilihan defensif yang menarik dan memiliki fundamental yang stabil.

“Kami juga melihat meningkatnya minat investor terhadap PT Indosat Tbk dan PT BFI Finance Tbk (BFIN) menjadikan kedua saham ini menarik,” tulis CGS CIMB.

Sedangkan, di sektor keuangan, aliran dana lokal dan asing kemungkinan telah memaksimalkan alokasi mereka di saham bank.

Namun, adanya pemangkasan kepemilikan saham di PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) pada bulan lalu karena rumor perubahan manajemen yang menyebabkan pembelian taktis jangka pendek pada saham BBNI.

“Portofolio individu dari manajer investasi yang dibatasi 10 persen membuat saham bank seolah tidak overweight, meski kepemilikan saham di bank big cap mungkin sudah mencapai lebih dari 10 persen,” tulis riset ini.

CGS CIMB juga menyebutkan saham-saham bank digital seperti PT Bank Jago Tbk (ARTO) dan PT Bank Neo Commerce Tbk (BBYB), serta saham tekno seperti PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO), PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK), dan PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) sebagai sektor paling underweight meski layak dipertimbangkan saat memuncaknya suku bunga global.

“Kami memberi rating buy atau beli pada saham GOTO, BUKA, dan BBYB, sementara kami masih memantau saat yang tepat untuk masuk ke saham ARTO,” tulis CGS CIMB.

Sedangkan, sebagai pilihan utama, CGS CIMB menunjuk BBNI dan BFIN karena berpotensi melesat saat volatilitas pasar sudah reda.

Periset: Melati Kristina

(ADF)

SHARE