MARKET NEWS

Tak Hanya BlackRock dan Vanguard, TLKM dan ASII Juga Nyangkut di GOTO

Maulina Ulfa - Riset 17/10/2023 17:35 WIB

Penurunan tajam saham emiten e-commerce dan jasa ride-hailing PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) menghebohkan pasar.

Tak Hanya BlackRock dan Vanguard, TLKM dan ASII Juga Nyangkut di GOTO. (Foto: MNC media)

IDXChannel - Penurunan tajam saham emiten e-commerce dan jasa ride-hailing PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) ke level terendah sepanjang masa (all time low/ATL) sejak pekan lalu menghebohkan pasar. Ini karena GOTO merupakan salah satu emiten yang memiliki jumlah investor terbesar di bursa.

Pada Jumat (13/10/2023), harga saham GOTO ditutup terjun 8,22 persen secara harian ke posisi Rp67 per saham, setelah sempat menembus Rp66 per saham pada perdagangan intraday.

Harga saham GOTO terus menembus level ATL baru pada lanjutan perdagangan sesi I, Senin (16/10). Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), sekitar pukul 10.10 WIB, saham GOTO anjlok 19,4 persen secara harian ke Rp54 per saham.

Angka ini mendekati level gocap alias Rp50 per saham. Nilai transaksi mencapai Rp524,99 miliar dan volume perdagangan 8,70 miliar saham.

Pada perdagangan Selasa (17/10), saham GOTO masih melemah meskipun sempat terangkat. Pada penutupan perdagangan, saham GOTO turun 1,52 persen di level Rp65 per saham. Dengan ini, saham GOTO sudah memerah selama sepekan lebih.

Praktis, kini saham GOTO anjlok 28,57 persen sejak awal tahun (year to date/YtD) atau terjun bebas hingga 75,76 persen sejak melantai pada 11 April 2022.

TLKM hingga ASII Juga Nyangkut di GOTO

Tidak hanya investor ritel, sejumlah investor kakap juga terjebak di saham ini. Sebut saja, emiten telekomunikasi BUMN Telkom Indonesia Tbk (TLKM) dan Grup Astra PT Astra International Tbk (ASII) yang diketahui berinvestasi pada perusahaan ini.

Informasi saja, investasi TLKM ke GOTO dijalankan melalui Telkomsel. Kala itu, TLKM sebenarnya masuk dengan harga lebih murah, Rp270 per lembar saham, dibanding beberapa investor lainnya seperti Google, Temasek Singapura hingga AIDA Uni Emirat Arab, yang masuk dengan harga Rp375 per lembar.

TLKM via Telkomsel menyuntikkan investasi di Gojek senilai USD150 juta dalam bentuk obligasi konversi tanpa bunga senilai Rp 2,11 triliun pada 16 November 2020.

Berselang satu tahun, pada 18 Mei 2021, Telkomsel kembali menandatangani perjanjian pembelian saham untuk memesan 29.708 lembar saham konversi atau sebesar USD150 juta atau setara Rp 2,11 triliun dan 59.417 lembar saham tambahan dari opsi pembelian saham atau senilai USD300 juta atau setara Rp 4,29 triliun.

Laba bersih Telkom Indonesia (TLKM) tahun 2022 tertekan 18,46 persen menjadi Rp 27,68 triliun, hal ini salah satunya disebabkan oleh kerugian investasi di GOTO.

Dalam risalah laporan keuangan tersebut, juga dijelaskan tentang nilai wajar aset dan liabilitas keuangan, di mana per 31 Desember 2022, terdapat aset keuangan berupa investasi jangka panjang dalam bentuk saham pada GOTO sebesar Rp2,16 triliun dan pada PT Global Sukses Solusi Tbk. sebesar Rp13 miliar. Jika ditotalkan jumlahnya Rp2,17 miliar. (Lihat tabel di bawah ini.)

Mengutip laporan keuangan perusahaan, keuntungan atau kerugian investasi yang belum direalisasikan (realize/unrelized gain) cukup mencolok. Pada 2021, TLKM meraup untung Rp 3,43 triliun, sedangkan pada 2022 menjadi rugi Rp 6,44 triliun. Artinya ada gap sebesar nyaris Rp 10 triliun dari capaian tahun sebelumnya.

Memasuki 2023, TLKM membukukan unrealized gain senilai Rp451 miliar dari investasinya pada saham GOTO pada paruh pertama tahun ini.

Dalam laporan keuangan tersebut, disebutkan juga investasi TLKM memiliki nilai wajar dengan menggunakan nilai pasar saham GOTO sebesar Rp110 per saham.

Tak hanya TLKM, nasib serupa juga dialami PT Astra International Tbk (ASII).

Sebagai informasi, ASII mulai mendanai Gojek sejak 2018. Pada Februari 2018 Astra menyuntikkan dana sebesar USD150 juta. Hingga 17 April 2023, total ASII telah menyuntikkan dana sebesar USD250 juta pada GOTO.

ASII juga mencetak penurunan laba bersih 4 persen menjadi Rp17,4 triliun di semester pertama tahun ini, dibandingkan periode sama tahun lalu Rp 18,1 triliun.

Namun, laba Astra pada periode itu naik 20 persen menjadi Rp 17,4 triliun dari Rp 14,4 triliun, sebelum penyesuaian nilai wajar investasi di GOTO dan Hermina.

Berdasarkan laporan keuangan Astra per Juni 2023, pendapatan ASII naik 13 persen menjadi Rp162 triliun semester I-2023, dibandingkan periode sama 2022 sebesar Rp 143 triliun. Artinya, lonjakan pendapatan ini harusnya bisa menopang laba bersih ASII selama enam bulan 2023.

Namun, investasi ASII di GOTO membuat laba bersih perusahan masuk jajaran big cap ini turun. Adapun laba bersih per saham dasar mencapai Rp 431, turun dari Rp 449, sedangkan laba per saham sebelum penyesuaian investasi di GOTO Rp 428, naik dari Rp 357.

Per Juni 2023, penyesuaian nilai wajar investasi ASII di GOTO dan Hermina ambles 96 persen menjadi Rp130 miliar, dibandingkan periode sama 2022 Rp 3,7 triliun. (Lihat tabel di bawah ini.)

Sebagai informasi, investor kakap lainnya yang ikut ‘nyangkut’ di saham GOTO ada beberapa. Sebut saja raksasa investasi Amerika Serikat (AS), BlackRock, Inc yang memiliki 2,08 persen saham GOTO per 30 September 2023.

Kemudian, raksasa AS lainnya The Vanguard Group, Inc yang menggenggam 2,75 persen saham GOTO per 31 Agustus 2023.

Selanjutnya, Charles Schwab Investment Management, Inc yang memiliki 0,093 persen saham per 30 September 2023, HSBC Global Asset Management (UK) Limited sebesar 0,097 persen saham per 30 September 2023, UBS Asset Management AG sebanyak 0,083 persen per 31 Agustus 2023.

Nama lainnya, WisdomTree Asset Management, Inc 0,063 persen per 30 September 2023, Amundi Asset Management SAS 0,063 persen per 29 September 2023, State Street Global Advisors, Inc sebanyak 0,14 persen hingga 30 September lalu, Mellon Investments Corporation sebesar 0,06 persen per 30 September.

Manajer investasi besar AS lainnya JP Morgan Asset Management juga menggenggam sebagian kecil saham GOTO, sebesar 0,01 persen hingga 30 September 2023.

Harga Saham Dianggap Kemahalan

Di awal melakukan penawaran umum perdana atau initial public offering (IPO), harga saham GOTO dinilai terlalu mahal oleh sebagian analis.

Harga saham penawaran final GOTO kala itu dibanderol Rp338 per lembar saham. Dalam paparan riset Algo Research, Price-to-Sales (PS) GOTO seharusnya berada di sekitar Rp19/saham.

Algo menggunakan perhitungan dengan membandingkan PS antara perusahaan pesaing GOTO seperti Grab hingga SEA Group.

“Jika kita menetapkan valuasi PS rata-rata, ini berarti GOTO seharusnya berada di sekitar Rp19/saham menggunakan kelipatan Grab, dan sekitar Rp9/saham menggunakan kelipatan SEA. Tentu saja di Indonesia minimalnya adalah Rp50/saham untuk saham-saham di indeks utama namun bisa diperdagangkan di bawah harga minimum tersebut di over the counter,” tulis riset Algo.

Sebagai informasi, Price-to-Sales (PS) dapat digunakan untuk mengukur penilaian karena menangkap pertumbuhan penjualan yang biasanya digunakan oleh investor ventura untuk menentukan penilaian.

GOTO memiliki PS sebesar 53x, Grab 11x, dan SEA 2,2x. Ini menunjukkan nilai PS GOTO hampir 5x lebih mahal dibandingkan Grab dan sekitar 25x lebih mahal dibandingkan SEA.

Meski demikian, investor yang berminat berinvestasi di GOTO cukup besar. Per 30 September 2023, GOTO memiliki 333.112 investor.

Dari total 1,2 triliun saham GOTO, sebanyak 70,20 persen dimiliki oleh masyarakat non-warkat (scriptless) dan masyarakat warkat 0,24 persen. Artinya, mayoritas saham GOTO dikuasai investor dengan kepemilikan di bawah 5 persen.

Dari jumlah tersebut, bisa diasumsikan, ratusan ribu investor terjebak dalam kondisi merugi (di atas kertas) di GOTO saat ini. (ADF)

SHARE