Tak Khawatir Resesi, Ini Strategi yang Disiapkan Blibli (BELI)
Blibli menebar optimisme terkait proyeksi bisnisnya ke depan, khususnya di tahun depan, yang oleh sebagian pihak diramalkan cukup menantang.
IDXChannel - PT Global Digital Niaga Tbk atau lebih dikenal dengan nama Blibli, secara resmi baru saja mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan kode saham BELI, Selasa (8/11/2022).
Mengawali status barunya sebagai perusahaan tercatat (emiten), Blibli menebar optimisme terkait proyeksi bisnisnya ke depan, khususnya di tahun depan, yang oleh sebagian pihak diramalkan cukup menantang.
Menteri Keuangan Republik Indonesia (Menkeu RI), Sri Mulyani, misalnya, bahkan menyebut kondisi 2023 sebagai 'perekonomian gelap', sehingga semua pihak diharapkan dapat segera melakukan antisipasi.
"Kami optimistis bisa menghadapinya (kondisi di 2023). Kami terus mengejar optimalisasi atau efisiensi dari awal. Secara kesinambungan, Blibli, Tiket.com dan Ranch Market kita cukup solid untuk menghadapi ketidakpastian di dunia global," ujar Chief Executive Officer BELI, Kusumo Martanto, Selasa (8/11).
Menurut Kusumo, pihaknya memiliki strategis khusus dengan terus berusaha mencari rekanan kerjasama untuk suplai produk dan para pemegang merek. Hal ini sejalan dengan semangat perusahaan untuk tidak hanya membesar seorang diri, namun berkembang bersama.
"Bahkan tujuan kami IPO (Initial Public Offering/penawaran umum perdana saham) juga untuk dapat tumbuh bersama. Bukan IPO ketika sudah besar, melainkan dengan IPO kita jadi besar bersama," tutur Kusumo.
Sepanjang semester I-2022, Blibli berhasil mencatatkan processing value (TPV) sebesar Rp24,13 triliun. Nilai tersebut meningkat sebesar 89,29 persen secara tahunan dari Rp12,75 triliun di semester I-2021.
Segmen 3P retail menjadi penyumbang terbesar dengan 58,9 persen dari TPV semester I-2022. Lalu 1P retail menyumbang sebesar 19,1 persen, segmen institusi sebesar 13,9 persen dan physical stores sebesar 8,1 persen.
Sejak 2019 hingga paruh pertama tahun ini, menurut Kusumo, pihaknya juga telah melakukan efektivitas pemasaran. Rasio biaya pemasaran terhadap TPV turun dari enam persen di 2019 menjadi hanya 3,6 persen pada semester I-2022.
Efisiensi juga dilakukan pada potongan harga atau diskon promosi. Pada 2019 rasio diskon Blibli terhadap TPV sebesar 7,1 persen, yang kemudian turun menjadi hanya 2,3 persen pada semester I-2022.
Sementara itu, Chief Financial Officer BELI, Hendry, menyatakan bahwa sejak awal pihaknya telah mengarahkan bisnis model Blibli untuk lebih berfokus pada keseimbangan antara pertumbuhan dan profitabilitas. Hal ini diantaranya diwujudkan lewat ekosistem omnichannel yang sengaja oleh perusahaan.
"Melihat signal dari semester I-2022, kami sangat yakin (bisa menghadapi tantangan di 2023. Terlebih, ke depan kami juga masih akan banyak melakukan efisiensi yang kami lakukan dengan omnichannel," tegas Hendry. (TSA)