MARKET NEWS

Tak Kuasa Hadapi Dolar AS, Rupiah Ditutup Melemah ke Rp16.408 per USD

Anggie Ariesta 11/03/2025 15:33 WIB

Nilai tukar (kurs) rupiah pada perdagangan hari ini ditutup melemah 41,5 poin atau 0,25 persen ke level Rp16.408 per USD.

Tak Kuasa Hadapi Dolar AS, Rupiah Ditutup Melemah ke Rp16.408 per USD. (Foto MNC Media)

IDXChannel - Nilai tukar (kurs) rupiah pada perdagangan hari ini ditutup melemah 41,5 poin atau 0,25 persen ke level Rp16.408 per USD, setelah sebelumnya di pekan lalu terjadi apresiasi. Hal ini juga sejalan dengan sentimen global dan domestik.

Pengamat mata uang Ibrahim Assuaibi mengatakan, sentimen global didominasi oleh kebijakan  proteksionis Presiden AS Donald Trump telah mengguncang pasar di seluruh dunia, dengan Trump memberlakukan dan kemudian menunda tarif pada pemasok minyak terbesar negaranya, Kanada dan Meksiko. Selain itu juga menaikkan bea atas barang-barang China.

"China dan Kanada telah menanggapi dengan tarif mereka sendiri. Selama akhir pekan, Trump mengatakan 'periode transisi' bagi ekonomi kemungkinan besar terjadi tetapi menolak untuk memprediksi apakah AS dapat menghadapi resesi di tengah kekhawatiran pasar saham tentang tindakan tarifnya," ujarnya dalam risetnya, Selasa (11/3/2025).

Menurutnya, kekhawatiran inflasi di AS, yang sudah meningkat dan memburuk, semakin memungkinkan Federal Reserve menunda penyesuaian kebijakan dalam waktu dekat.

Dari sentimen dalam negeri, Goldman Sachs Group Inc. memproyeksikan defisit APBN akan semakin melebar dan mendekati batasnya, yakni 2,9 persen pada 2025. Selain itu, Goldman Sachs menurunkan peringkat obligasi negara tenor 10 dan 20 tahun menjadi neutral, serta menurunkan peringkat saham Indonesia dari overweight menjadi market weight.

Dia menerangkan, melebarnya defisit APBN 2025 dinilai sebagai dampak dari belanja jumbo untuk program seperti program makan bergizi gratis (MBG), realokasi anggaran, pembentukan BPI Danantara, hingga perluasan kebijakan perumahan untuk masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) melalui penerbitan SBN Perumahan.

Risiko fiskal Indonesia menjadi alasan utama bank raksasa tersebut menurunkan proyeksinya atas pasar modal Indonesia. Terdapat kekhawatiran atas ketegangan perdagangan global dan pelemahan ekonomi domestik setelah Presiden Prabowo Subianto mengumumkan serangkaian kebijakan fiskal.

Alhasil, Goldman Sachs memproyeksikan defisit anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) 2025 mencapai 2,9 persen. Proyeksi itu lebih lebar dari target pemerintah, yakni defisit 2,53 persen. Proyeksi 2,9 persen dari Goldman Sachs mendekati batas maksimal defisit APBN yang ditetapkan pemerintah, yakni 3 persen.

"Berdasarkan data di atas, mata uang rupiah untuk perdagangan selanjutnya diprediksi bergerak fluktuatif dan ditutup melemah di rentang Rp16.390-Rp16.460 per USD," katanya.

(Dhera Arizona)

SHARE