Tambah Portofolio Bisnis Non Batu Bara, UNTR Anggarkan Dana hingga Rp16 Triliun
PT United Tractors Tbk (UNTR) akan terus menambah portofolio bisnis non batu bara dengan menyiapkan anggaran jumbo.
IDXChannel - PT United Tractors Tbk (UNTR) akan terus menambah portofolio pertambangan mineral. Hal itu sejalan dengan target perseroan untuk meningkatkan pendapatan dari segmen non batu bara.
Direktur UNTR, Iwan Hadiantoro mengatakan, dalam lima tahun terakhir, perseroan konsisten menambah portofolio di segmen pertambangan mineral, seperti nikel, perak dan bauksit. Tak hanya itu, UNTR juga tengah melakukan studi untuk menambah portofolio mineral lithium.
“Sementara untuk EBT (Energi Baru Terbarukan), kami terus kembangkan di Pembangkit Listrik Tenaga Minihidro (PLTM), Solar Photovoltaic (Solar PV) dan geothermal,” kata Iwan dalam konferensi pers di Menara Astra, Jakarta, Jumat (25/4/2025).
Untuk menambah portofolio bisnis non batu bara, UNTR menganggarkan dana sebesar USD500 juta sampai dengan USD1 miliar. Jika dihitung dengan asumsi kurs Jisdor Bank Indonesia (BI) per 24 April 2025 sebesar Rp16.884 per USD, maka nilai tersebut setara dengan Rp8,44 triliun hingga Rp16,88 triliun.
Iwan mengungkapkan, saat ini, perseroan tengah dalam penjajakan penambahan aset di tambang mineral. Namun dia belum membeberkan secara rinci mengenai rencana tersebut.
“Sehingga nanti di 2030, kami bisa seimbangkan kontribusi pendapatan batu bara dan non batu bara. Kalau ada akuisisi lagi, kami akan lakukan keterbukaan informasinya,” ujar Iwan.
Sebagai informasi, saat ini, kontribusi pendapatan dari segmen batu bara perseroan mencapai 65 persen, sedangkan dari segmen non batu bara sebesar 35 persen. Adapun, peningkatan kontribusi pendapatan juga akan dipengaruhi oleh harga komoditas.
Meski demikian, perseroan optimistis dapat mencapai target untuk menyeimbangkan kontribusi pendapatan batu bara dan non batu bara.
Cetak Laba Rp19,5 Triliun di 2024
Perihal kinerja, UNTR membukukan pendapatan bersih sebesar Rp134,4 triliun atau naik sebesar 5 persen dari Rp128,6 triliun pada periode yang sama di 2023. Secara rinci, sebesar Rp58 triliun berasal dari segmen kontraktor penambangan, tumbuh 8 persen lebih tinggi dari tahun 2023
Kemudian, sebesar Rp37,3 triliun berasal dari segmen mesin konstruksi atau 2 persen lebih tinggi dari 2023; sebesar Rp26 triliun dari segmen pertambangan batu bara termal dan metalurgi atau 15 persen lebih rendah dari 2023; serta sebesar Rp9,9 triliun berasal dari segmen pertambangan emas dan mineral lainnya atau 90 persen lebih tinggi dari 2023.
Sementara itu, laba bersih perseroan turun sebesar 5 persen dari Rp20,6 triliun menjadi Rp19,5 triliun, terutama disebabkan oleh laba kotor yang lebih rendah dari bisnis pertambangan batu bara termal dan metalurgi, serta peningkatan beban bunga.
(Fiki Ariyanti)