MARKET NEWS

TAPG Raup Laba Rp1,69 Triliun di Semester I-2025, Meroket 75 Persen

Rahmat Fiansyah 29/07/2025 18:29 WIB

PT Triputra Agro Persada Tbk (TAPG) mencetak performa impresif pada paruh pertama tahun ini.

PT Triputra Agro Persada Tbk (TAPG) mencetak performa impresif pada paruh pertama tahun ini. (Foto: iNews Media Group)

IDXChannel - PT Triputra Agro Persada Tbk (TAPG) mencetak performa impresif pada paruh pertama tahun ini. Emiten sawit milik konglomerat TP Rachmat itu membukukan laba bersih Rp1,69 triliun pada semester I-2025.

TAPG mencatat pertumbuhan laba bersih hingga 75 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar Rp966 miliar. Lonjakan produksi Tandan Buah Segar (TBS) dan CPO dan kenaikan harga jual CPO menjadi katalis kinerja TAPG. 

Pendapatan TAPG meningkat 35 persen menjadi Rp5,5 triliun. Hal ini sejalan dengan produksi TBS dan CPO yang tumbuh dua digit masing-masing 14 persen (1,55 juta ton) dan 12 persen (486 ribu ton). 

Tanaman sawit yang memasuki usia matang dan cuaca yang mendukung menjadi penyebab utama kenaikan produksi. Di samping itu, harga CPO juga terus meningkat, didukung oleh ketatnya suplai minyak nabati.

Perseroan menilai, lonjakan produksi pada kuartal II-2025 terjadi setelah area-area yang terdampak hujan deras pada tahun lalu kembali berproduksi. Sementara, produksi CPO asal Malaysia mulai melambat setelah tumbuh kencang pada dua bulan awal.

Sementara itu, TAPG juga terus berupaya mengendalikan biaya di tengah kenaikan harga pupuk. Beban pokok produksi tercatat naik 23 persen menjadi Rp3,5 triliun, terutama akibat kenaikan harga pupuk hingga 40 persen dan kenaikan harga TBS di level plasma 32 persen.

Selain itu, TAPG juga mencatat Oil Extraction Rate (OER) yang cukup stabil di level 23 persen. Indikator tersebut menunjukkan seberapa efisien minyak yang diekstraksi dari TBS sawit.

Untuk kuartal III-2025, TAPG masih optimistis dengan harga CPO seiring dengan kenaikan harga minyak kedelai dan harga minyak mentah akibat kebijakan biodiesel AS. Selain itu, berbagai faktor eksternal juga menjadi tantangan mulai dari minyak kedelai yang akan memasuki musim panen hingga kebijakan tarif Donald Trump.

>

(Rahmat Fiansyah)

SHARE