Teguk (TGUK) Rugi Rp82 Miliar di 2024, Penjualan Minuman Anjlok 97 Persen
PT Platinum Wahab Nusantara Tbk (TGUK) mencetak kinerja terburuk dalam lima tahun terakhir.
IDXChannel - PT Platinum Wahab Nusantara Tbk (TGUK) mencetak kinerja terburuk dalam lima tahun terakhir. Untuk pertama kalinya, pemilik gerai minuman Teguk itu mengalami rugi bersih pada tahun lalu.
Dalam laporan keuangan auditan 2024 yang diterbitkan Sabtu (7/6/2025), TGUK mencatatkan rugi Rp81,7 miliar. Sejak 2020, TGUK selalu untung hingga akhirnya rugi di 2024.
Kerugian itu terjadi lantaran penjualan Teguk terus merosot sementara beban produksi dan beban usaha sulit dikendalikan. Penjualan TGUK pada 2024 tercatat Rp71,2 miliar, turun 46 persen dari 2023 yang sebesar Rp132 miliar. Angka penjualan itu merupakan yang terendah dalam lima tahun terakhir.
Segmen minuman yang menjadi tulang punggung bisnis anjlok 97 persen hingga tersisa Rp3,6 miliar. Padahal di 2023, segmen ini mencatat penjualan Rp121 miliar. TGUK selama ini dikenal menjual produk minuman mulai dari boba hingga thai tea.
Saat segmen minuman, TGUK mencatat penjualan makanan justru naik tajam hingga 470 persen dari Rp12 miliar pada 2023 menjadi Rp68 miliar pada 2024. Perseroan menggenjot aneka makanan pada tahun lalu seperti mie goreng, cuanki, hingga roti bakar.
Di tengah anjloknya penjualan, beban pokok penjualan (COGS) TGUK meroket 42 persen menjadi Rp87 miliar. Kenaikan ini disebabkan lonjakan persediaan, terutama di awal tahun.
Alhasil, perseroan mencetak rugi kotor Rp16 miliar, berbanding terbalik dibandingkan 2023 yang masih mencatat laba kotor Rp72 miliar.
Beban usaha TGUK juga hanya turun tipis sehingga menekan kondisi keuangan perusahaan. Beban usaha masih didominasi komisi penjualan untuk platform online meski jumlahnya turun hampir 50 persen. Namun, beberapa pos seperti iklan dan promosi serta perlengkapan rumah tangga tampak naik.
Setelah dikurangi beban pajak dan keuangan, bottomline TGUK rugi Rp81,7 miliar dengan rugi per saham Rp32,69.
Dari sisi neraca, TGUK mengalami kondisi yang mengkhawatirkan. Aset lancar perusahaan yang berdiri pada 2018 itu turun 90 persen dari Rp81 miliar menjadi Rp8 miliar.
Per 31 Desember 2024, posisi kas Teguk hanya Rp2 miliar, turun jauh dibandingkan akhir 2023 sebesar Rp35 miliar. Persediaan juga turun tajam tersisa Rp1 miliar dari Rp24 miliar akibat penurunan nilai stok barang. Uang muka bahan baku anjlok menjadi Rp3 miliar dari Rp21 miliar.
Liabilitas TGUK melesat 66 persen akibat kenaikan utang usaha menjadi Rp37 miliar. Ekuitas merosot 46 persen menjadi Rp96 miliar efek dari kerugian. Imbasnya, saldo laba juga berbalik defisit Rp57 miliar padahal di 2023 masih positif Rp25 miliar.
(Rahmat Fiansyah)