MARKET NEWS

Teguk (TGUK) Ungkap Penyebab Banyak Gerainya Tutup dan Tersisa 35 Outlet

Fiki Ariyanti 08/01/2025 12:27 WIB

Manajemen PT Platinum Wahab Nusantara Tbk (TGUK) mengungkapkan sejumlah penyebab penutupan gerai sepanjang 2024.

Teguk (TGUK) Ungkap Penyebab Banyak Gerainya Tutup dan Tersisa 35 Outlet (foto mnc media)

IDXChannel - Manajemen PT Platinum Wahab Nusantara Tbk (TGUK) mengungkapkan sejumlah penyebab penutupan gerai sepanjang 2024. Kini, gerai minuman Teguk tercatat sisa 35 outlet per Oktober 2024.

Dalam materi public expose di keterbukaan informasi BEI, disebutkan terdapat pengurangan jumlah outlet menjadi 35 gerai di Oktber 2024. Sehingga perseroan dapat memangkas biaya operasional sebesar 68,9 persen.

Selain itu, ada pengurangan jumlah karyawan TGUK dari 628 orang pada Desember 2023 menjadi tersisa 88 karyawan pada Oktober 2024. 

Berdasarkan catatan di prospektus IPO TGUK pertengahan 2023, perseroan memiliki 145 gerai minuman dan makanan. Dari 145 gerai, 143 gerai di antaranya milik perseroan dan 2 gerai milik mitra.

Ratusan gerai tersebut tersebar di wilayah Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, hingga New York, Amerika Serikat (AS). 

Manajemen TGUK menjelaskan, ada beberapa tantangan di 2024 yang menyebabkan penutupan gerai. 

"Kondisi market, di mana dinamika pasar menekan kelompok menengah ke bawah yang merupakan target market TGUK. Daya beli masyarakat sangat rendah, penurunan ini sudah dirasakan di kuartal I-III (2024) dan customer sekarang merasakan membeli online menjadi lebih mahal," kata manajemen dalam hasil public expose yang dirilis di keterbukaan informasi BEI, Rabu (8/1/2025).

Tantangan tersebut, diakuinya, membuat seseorang lebih mengutamakan untuk membeli kebutuhan pokok. 

"Tantangan ini juga dialami oleh beberapa F&B lain, baik yang sejenis minuman ataun non-minuman. Hal ini menyebabkan TGUK harus melakukan efisiensi dengan cara penutupan store," tutur manajemen. 

Hingga kuartal III-2024, TGUK membukuan rugi bersih sebesar Rp20,10 miliar. Capaian ini berbanding terbalik dengan realisasi periode yang sama 2023, di mana perseroan mencetak laba Rp4,16 miliar. 

Sementara penjualan merosot dari Rp100,13 miliar pada sembilan bulan pertama 2023 menjadi Rp69,80 miliar di periode yang sama 2024.

"Ada tiga faktor yang menyebabkan hal ini (kuartal III-2024 rugi). Pertama, ada tagihan platform online yang cukup besar. Kedua, investasi di es krim, tetapi ternyata hasilnya tidak sesuai dengan yang diharapkan, serta ketiga, ada biaya akibat dari penutupan toko," ujar manajemen.

Manajemen TGUK memastikan, pada 2025, perseroan akan fokus dengan model Business to Business (B2B) dan Business to Costomer (B2C). 

"Untuk target TGUK 2025 adalah memastikan mengembalikan kondisi di awal 2023 melalui beberapa potensial growth, memaksimalkan potensial store dan island yang ada yang dibuka di beberapa public area, horeka, educational channel, dan dimaksimalkan juga TGUK yang ada di luar negeri Australia dan Amerika menjadi franchise dan hawker atau ice cream berjalan," katanya.

"Selain itu, fokus untuk B2B dan B2C. Untuk pembukaan model dine-in membutuhkan capex yang tinggi, jadi ke depan TGUK akan buka channel-channel yang potensial dengan model partnership, educational channel, dan publik transportasi channel," ujar manajemen.

Manajemen menegaskan, TGUK akan menambah gerai di kota-kota yang belum dijamah, terutama Jawa Tengah dan Jawa Timur. Dan belum ada rencana penambahan gerai di luar negeri.

"Kami punya tiga kekuatan, yakni R&D yang kuat, sehingga TGUK tidak hanya ada minuman tapi ada snack, dessert, dan food. Juga mempunyai product untuk semua target market, serta channel pemasaran yang cukup banyak," tuturnya. 

Saham TGUK hari ini masih betah di harga Rp50. Dalam setahun, saham emiten yang listing perdana di BEI pada 10 Juli 2023 itu sudah merosot 47,37 persen.

Jika dibandingkan dengan harga penawaran saham perdana (IPO) sebesar Rp110 per saham, maka harga saham TGUK hari ini sudah jeblok 54,54 persen. 

(Fiki Ariyanti)

SHARE