MARKET NEWS

Tergerus Inflasi, Begini Nasib Saham Bank Big Caps dan Bank Digital

Anggie Ariesta 17/10/2022 16:40 WIB

Sejalan dengan pelemahan IHSG, saham-saham perbankan pun masih terus terkoreksi.

Tergerus Inflasi, Begini Nasib Saham Bank Big Caps dan Bank Digital (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sampai penutupan sesi I hari ini melanjutkan pelemahan yang terjadi selama sepekan lalu. Sementara pada Jumat pekan lalu, IHSG berakhir turun 0,96% ke level 6.814,53. 

Dikutip dari IDX 2nd Session Closing, Senin (17/10/2022), terdapat dua faktor utama yang menekan pasar saham yakni risiko inflasi tinggi di berbagai negara. 

Dimana pelaku merespon angka inflasi di AS yang nyatanya masih lebih tinggi dari ekspektasi. Faktor kedua yakni net inflow yang lesu akibat hengkangnya dana asing, dimana investor asing mencatat net sell Rp1,17 triliun di pasar reguler.

Sentimen-sentimen tersebut juga diprediksi masih menekan IHSG di sepanjang pekan ini. Selain itu, para pelaku pasar juga akan mencermati Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia yang akan digelar 19-20 Oktober 2022 mendatang.

Sejalan dengan pelemahan IHSG, saham-saham perbankan pun masih terus terkoreksi. Namun sejumlah analis tetap merekomendasikan investor memanfaatkan koreksi harga ini melalui akumulasi atau cicil saham bank berkapitalisasi besar.

Kalangan analis memproyeksikan perkembangan fundamental bank-bank besar akan semakin baik sampai dengan akhir tahun. Bahkan perolehan laba bersih emiten bank sepanjang tahun 2022 ini diprediksi tertinggi sepanjang masa atau all time high.

Meski demikian analis mengingatkan potensi kenaikan suku bunga The Fed yang berpotensi memberikan penurunan pada harga.

Direktur Samuel Sekuritas Suria Darma memproyeksikan laba bersih empat bank besar kemungkinan akan mencatat all time high tahun ini walaupun sudah terjadi kenaikan suku bunga. Keempat bank tersebut adalah Bank BCA, Bank Mandiri, Bank BRI dan Bank BNI.

Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus juga menyarankan untuk mulai melakukan cicil beli saham BBCA, BMRI, BBNI dan BBRI.

Namun Nico juga mengingatkan agar pembelian jangan dilakukan dalam jumlah yang banyak dulu karena masih potensi untuk terkoreksi lagi.

Suria menambahkan tren kenaikan suku bunga mungkin lebih berpengaruh bagi bank yang lebih kecil, yang umumnya lebih bergantung pada deposito ketimbang dana CASA.

Jika dilihat kinerja sepanjang tahun emiten bank digital kompak tertekan. Seperti saham Bank Jago (ARTO) yang terkoreksi 68,59% sejak awal tahun hingga penutupan hari Jumat lalu menjadi di level 5.025. Selanjutnya saham Allo Bank (BBHI) turun 58,38% menjadi 1.675.

Vice President Infovesta Utama Wawan Hendrayana menilai valuasi bank digital memang mahal. Sementara kenaikan harga saham bank digital pada tahun 2021 lalu terjadi akibat ekspektasi investor yang memproyeksikan kinerja bank digital akan melesat karena ditopang jangkauan layanan bank digital.

Namun di tahun ini fokus investor mulai bergeser ke sektor energi yang menjadi primadona saat krisis geopolitik. Di sisi lain, pembukaan aktivitas ekonomi dan pertumbuhan ekonomi membuat bank konvensional lebih menarik bagi investor.

(DES)

SHARE