MARKET NEWS

Ternyata Banyak yang Merugi, Intip 'Jeroan' Empat Saham di Bawah Gocap

TIM RISET IDX CHANNEL 19/08/2022 10:56 WIB

Harga sejumlah saham di papan akselerasi tercatat berada di bawah gocap atau Rp50/saham. Lantas, bagaimana 'jeroan' saham-saham tersebut?

Ternyata Banyak yang Merugi, Intip 'Jeroan' Empat Saham di Bawah Gocap. (Foto: MNC Media)

IDXChannel – Harga sejumlah saham di papan akselerasi tercatat berada di bawah gocap atau Rp50/saham. Lantas, bagaimana 'jeroan' saham-saham yang masuk ke dalam kategori tersebut?

Sebagaimana diketahui, ada tiga kategori papan di Bursa Efek Indonesia (BEI), yakni utama, pengembangan, dan akselerasi.

Untuk kedua papan yang disebut pertama, batas terbawah harga saham adalah Rp50/saham. Sementara, untuk papan akselerasi, harga suatu saham bisa mencapai Rp1/saham.

Tidak seperti papan utama dan pengembangan, papan akselerasi sendiri diperuntukkan khusus untuk perusahaan-perusahaan dengan aset skala kecil dan menengah (UKM).

Saat ini, mengacu pada data di website BEI, ada sebanyak 23 saham emiten yang tercatat di papan akselerasi. Emiten-emiten tersebut pun memiliki latar industri yang beragam, seperti restoran, pariwisata, dan furnitur.

Saham-saham di Bawah Gocap

Dari 23 saham di papan akselerasi, saat ini ada 4 saham yang diperdagangkan di bawah gocap dengan likuiditas yang rendah alias sepi diperdagangkan.

Sebut saja, saham PT Fimperkasa Utama Tbk (FIMP), PT Boston Furniture Industries Tbk (SOFA), dan PT Planet Properindo Jaya Tbk (PLAN), dan PT  Oscar Mitra Sukses Sejahtera Tbk (OLIV).

Menurut data BEI, Jumat (19/8/2022), pukul 10.19 WIB, harga saham FIMP tercatat sebesar Rp49/saham.

Emiten yang melantai di bursa sejak 9 April 2021 ini sudah ‘berputar-putar’ di kisaran gocap sejak awal Juli tahun lalu. Harga penawaran perdana (IPO) FIMP sendiri sebesar Rp125/saham.

Kinerja keuangan terakhir yang dilaporkan FIMP adalah per 31 Desember 2021 yang mana perusahaan membukukan rugi Rp934,71 juta dan arus kas (cash flow) operasi negatif Rp12,32 miliar.

Dengan rugi tersebut, perhitungan valuasi berdasarkan price-earnings ratio (PER)—yang membandingkan harga saham dengan laba per saham—tidak bisa dilakukan.

Namun, apabila menggunakan rasio perbandingan harga saham dibandingkan dengan nilai buku, angka price-book value (PBV) FIMP sebesar 0,67 kali. Saham dengan angka PBV di bawah 1 cenderung dianggap murah.

Walaupun, sebagai catatan, rasio PBV hanya salah satu indikator awal untuk menilai suatu saham. Selain itu, angka PBV rendah tidak serta-merta membuat suatu saham emiten menarik dan memiliki prospek pertumbuhan yang menjanjikan ke depan.

Kemudian, saham SOFA yang saat ini berada di angka Rp38/saham menjadi yang terendah di bursa saat ini. Hari ini saja, saham SOFA hanya mencatatkan transaksi Rp18,96 juta dan volume 498 ribu saham.

Melantai pada 7 Juli 2020 di harga Rp100/saham, semenjak itu harga saham SOFA sudah ‘terjun bebas’ 62,00%.

Seperti FIMP, SOFA juga membukukan rugi. Per semester I 2022, rugi bersih perusahaan mencapai Rp2,26 miliar, membengkak dari rugi periode yang sama tahun 2021 yang sebesar Rp502,56 juta. Cash flow perusahaan juga minus Rp339,82 juta.

Alhasil, PER SOFA  juga negatif alias tidak bisa dikalkulasi. Sementara, PBV SOFA sebesar 1,52 kali atau sedikit lebih mahal tinimbang industri yang sebesar 1,33 kali.

Selanjutnya, saham PLAN saat ini berada di harga Rp39/saham, terendah kedua di bursa. Nilai tranksasi saham PLAN sangat kecil, hanya Rp24 juta dan volume hanya 631 ribu saham.

Dibandingkan saat IPO di harga Rp112/saham, harga saham PLAN sudah ambruk 65,18%.

Tak berbeda dengan FIMP dan SOFA, pada tahun penuh (full year) 2021, PLAN membukukan rugi bersih Rp994,75 juta. Padahal, pada 2020, perusahaan ini sukses mencetak laba bersih Rp399,94 juta.

Karena merugi, PER PLAN negatif, sedangkan rasio PBV 0,54 kali.

Terakhir, saham OLIV yang baru listing pada 17 Mei 2022 di harga penawaran Rp100/saham, saat ini harganya sudah di angka Rp45/saham.

Setelah sempat menyentuh Rp123/saham pada 28 Juli lalu, saham OLIV terjun bebas setelah sering mengalami penurunan hingga batas auto rejection bawah (ARB) khusus papan akselerasi 10%.

Informasi saja, BEI memberlakukan aturan batas auto rejection atas (ARA) dan ARB untuk papan akselerasi dengan kenaikan atau penurunan sebesar 10%.

Soal kinerja keuangan, OLIV membukan laba bersih Rp236,65 juta pada tahun penuh 2020. Sementara, mengacu pada prospektus IPO perusahaan, selama 10 bulan 2021, perusahaan membukukan laba bersih Rp525,08 juta. (ADF)

Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.

SHARE