Tertekan Sentimen Konflik Israel-Palestina, Rupiah Rawan Melemah
Dengan kekhawatiran tersebut, tren permintaan dolar AS sebagai salah satu aset yang diyakini aman, terbukti meningkat.
IDXChannel - Konflik perseteruan Israel Palestina diperkirakan bakal menjadi sentimen negatif yang dapat menekan pergerakan rupiah di sepanjang hari ini, Selasa (17/10/2023).
Menurut Pengamat Pasar Uang, Ariston Tjendra, konflik Gaza tersebut telah banyak membuat pelaku pasar berbenah dan melakukan mitigasi risiko. Salah satunya dengan memindahkan dananya ke aset safa haven. Tak terkecuali dolar AS.
"Rencana serangan darat Israel dikhawatirkan dapat memicu negara-negara lain untuk melibatkan diri. Dengan demikian, konflik semakin meluas," ujar Ariston, Selasa (17/10/2023).
Dengan kekhawatiran tersebut, tren permintaan dolar AS sebagai salah satu aset yang diyakini aman, terbukti meningkat.
Di lain pihak, ekspektasi pelaku pasar terhadap kebijakan suku bunga tinggi Bank Sentral AS, The Fed, guna menekan inflasi, juga turut mempengaruhi kemungkinan pelemahan rupiah.
Saat ini, Ariston menilai kondisi perekonomian AS masih terlihat cukup solid. Dengan demikian, The Fed diyakini memiliki ruang yang cukup dan situasi yang mendukung guna kembali menaikkan suku bunganya.
Data indeks manufaktur di kawasan New York AS pada Oktober 2023 dirilis lebih baik dari ekspektasi, meski terjadi kontraksi, yaitu -4,6 dari perkiraan -7,0.
Selain itu, pelaku pasar juga berekspektasi laporan pendapatan perusahaan terbuka di AS akan positif di kuartal III/2023.
Melihat sentimen dalam negeri, data neraca bulan September 2023 memperlihatkan surplus yang melebihi ekspektasi pasar, yaitu USD3,42 miliar, dari perkiraan USD2,27 miliar.
Menurut Ariston, hal tersebut seharusnya mampu memberikan sentimen positif dan membantu penguatan rupiah. Namun, biasanya sentimen eksternal lebih kuat dibandingkan sentimen internal. (TSA)