MARKET NEWS

The Fed Beri Sinyal Pangkas Suku Bunga, Rupiah Hari Ini Ditutup Bergairah

Anggie Ariesta 01/08/2024 16:15 WIB

Nilai tukar (kurs) Rupiah pada perdagangan hari ini ditutup menguat 23 poin atau 0,14 persen ke level Rp16.237 setelah sebelumnya di Rp16.260 per USD.

The Fed Beri Sinyal Pangkas Suku Bunga, Rupiah Hari Ini Ditutup Bergairah. (Foto MNC Media)

IDXChannel - Nilai tukar (kurs) Rupiah pada perdagangan hari ini ditutup menguat 23 poin atau 0,14 persen ke level Rp16.237 setelah sebelumnya di Rp16.260 per USD. Berdasarkan data Bloomberg, Rupiah sempat dibuka pada level Rp16.264 per USD.

Pengamat pasar uang Ibrahim Assuaibi mengatakan, penguatan dolar AS dipengaruhi oleh Ketua Federal Reserve Jerome Powell mengisyaratkan pemotongan suku bunga dapat dilakukan paling cepat pada September jika inflasi tetap sesuai dengan ekspektasi.

“Powell yang berbicara pada konferensi pers setelah keputusan Fed untuk tidak mengubah suku bunga acuannya, menyalakan harapan investor untuk pemotongan suku bunga pada bulan September dengan menyatakan bahwa para pembuat kebijakan semakin yakin bahwa inflasi terus mendekati target 2 persen,” kata Ibrahim dalam risetnya, Kamis (1/8/2024).

Dari sentimen domestik, aktivitas manufaktur nasional tercatat mengalami kontraksi setelah bertahan di level ekspansi selama 34 bulan berturut-turut.

Purchasing Manager's Index (PMI) manufaktur Indonesia pada Juli 2024 kini berada di level 49,3 atau turun 1,4 poin dari bulan sebelumnya. Berdasarkan laporan S&P Global, PMI manufaktur tercatat terkontraksi di bawah level 50 terakhir kali pada Agustus 2021 saat masa pandemi.

Kala itu, PMI manufaktur Indonesia berada di level 43,7. Setelah itu, kinerja manufaktur terus berekspansi. Kondisi operasional manufaktur pada Juli 2024 terkontraksi disebabkan tingkat output dan permintaan baru turun pada tingkat sedang.

Ibrahim menuturkan, faktor utama yang menjadi penyebab penurunan indeks PMI manufaktur yaitu permintaan pasar yang menurun drastis, sehingga penjualan merosot untuk pertama kali dalam satu tahun terakhir. Hal ini diikuti dengan ekspor yang masih melemah dan penundaan pengiriman barang.

Laporan S&P Global juga menunjukkan produsen memilih untuk sedikit mengurangi aktivitas pembelian mereka pada Juli yang menandai penurunan pertama sejak Agustus 2021.

"Volume susunan staf juga dikurangi dengan penurunan paling tajam selama hampir tiga tahun. Ditemukan banyak laporan bahwa kontrak karyawan tidak diperbarui," kata dia.

Sementara itu inflasi harga input berkurang pada Juli meski masih tinggi. Kenaikan umum pada harga bahan baku ditambah dengan nilai tukar yang buruk mendorong biaya inflasi pada periode survei terkini.

Produsen menanggapinya dengan menaikkan biaya secara maksimal selama tiga bulan. Dalam 12 bulan mendatang, kepercayaan diri tentang masa depan mencapai level tertinggi sejak Februari.

Perusahaan percaya diri volume penjualan akan membaik dan kondisi pasar akan menguat pada tahun mendatang.

Berdasarkan data di atas, mata uang Rupiah untuk perdagangan berikutnya diprediksi bergerak fluktuatif, namun kembali ditutup menguat di rentang Rp16.180-Rp16.260 per USD.

(Dhera Arizona)

SHARE