The Fed Tahan Suku Bunga, Rupiah Hari Ini Berakhir ke Rp16.406 per USD
Nilai tukar rupiah terhadap USD ditutup melemah pada akhir perdagangan Kamis (19/6/2025), terdepresiasi 93,5 poin atau sekitar 0,57 persen ke level Rp16.406.
IDXChannel - Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS atau USD ditutup melemah pada akhir perdagangan Kamis (19/6/2025), terdepresiasi 93,5 poin atau sekitar 0,57 persen ke level Rp16.406 per USD.
Menurut Pengamat Pasar Uang Ibrahim Assuaibi, pejabat senior AS sedang mempersiapkan serangan potensial terhadap Iran dalam beberapa hari mendatang, disusul persiapan tersebut menandakan bahwa Washington mungkin memposisikan diri untuk terlibat langsung dalam konflik Israel-Iran.
“Meskipun rencana masih belum pasti, beberapa pejabat menunjuk akhir pekan sebagai kemungkinan waktu untuk bertindak,” ujarnya dalam risetnya, Kamis (19/6/2025).
Laporan Wall Street Journal sebelumnya mengatakan Presiden AS Donald Trump memberi tahu para pembantu seniornya pada Selasa malam bahwa dia telah menyetujui rencana untuk menyerang Iran tetapi menghentikan tindakan tersebut untuk melihat apakah Teheran akan mundur dari ambisi nuklirnya.
Federal Reserve mempertahankan suku bunga kebijakan utamanya tetap pada 4,25–4,50 persen pada hari Rabu, mempertahankan ekspektasi untuk dua kali pemotongan suku bunga seperempat poin akhir tahun ini.
The Fed memproyeksikan laju pelonggaran yang lebih lambat ke depannya, memperkirakan suku bunga akan turun menjadi 3,6 persen pada 2026, naik dari perkiraan sebelumnya sebesar 3,4 persen. Untuk 2027, dia melihat suku bunga pada 3,4 persen, direvisi naik dari 3,1 persen.
Dari dalam negeri, pencairan gaji ke-13 ASN dan beberapa insentif pemerintah yang direncanakan pada Juni 2025 diperkirakan akan memberi dorongan yang cukup signifikan pada pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal II-2025. Namun, perang di timur tengah antara Israel dan Iran yang terus terjadi akan menjadi batu sandungan bagi ekonomi indonesia.
Oleh karena itu, pertumbuhan ekonomi kuartal II-2025 diperkirakan masih di bawah 5 persen secara tahunan atau year on year (YoY). Kondisi pertumbuhan ekonomi saat ini berada di kisaran 4,8 persen.
Guna untuk mendukung pertumbuhan ekonomi, maka paket insentif yang akan diluncurkan, diharapkan bisa mendorong pertumbuhan konsumsi rumah tangga, yang merupakan kontributor utama untuk pertumbuhan ekonomi, yaitu sekitar 55 persen.
Jika insentif ini berjalan dengan baik, kata Ibrahim, pertumbuhan konsumsi rumah tangga bisa melonjak dari 4,8 persen menjadi angka yang lebih tinggi, meski durasi dan besaran insentifnya mempengaruhi dampaknya. Jika insentif hanya berjalan selama dua bulan, maka dampaknya akan sangat terbatas.
"Selain konsumsi masyarakat, pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan juga dipengaruhi oleh faktor lain, termasuk investasi, ekspor, dan impor," katanya.
Berdasarkan analisis tersebut, Ibrahim memprediksi bahwa mata uang rupiah akan bergerak fluktuatif pada perdagangan selanjutnya dan berpotensi ditutup melemah dalam rentang Rp16.400-Rp16.460 per USD.
(Dhera Arizona)