The Fed Tak Mau Buru-Buru Pangkas Suku Bunga, Terus Pantau Data Terbaru
The Federal Reserve (The Fed) mengaku tidak ingin terburu-buru untuk merelaksasi kebijakan moneternya.
IDXChannel - The Federal Reserve (The Fed) mengaku tidak ingin terburu-buru untuk merelaksasi kebijakan moneternya meski data inflasi bulan lalu kembali melandai. Bank sentral AS itu terus memantau data-data perekonomian ke depan.
Dilansir Bloomberg, Rabu (19/6/2024), Anggota Dewan The Fed Adriana Kugler mengatakan, situasi saat ini memberikan ruang bagi bank sentral menurunkan suku bunga pada akhir tahun jika kondisi ekonomi sesuai perkiraan. Adapun Presiden Fed St. Louis, Alberto Musalem dalam pidatonya mengungkapkan butuh data satu kuartal lagi untuk mendukung rencana pemangkasan.
Sementara itu, Presiden Fed New York John Williams dan Richmond, Thomas Barkin menolak memberikan lini masa ihwal penurunan Fed Fund Rate (FFR). Saat ini, suku bunga acuan AS ada di level 5,25-5,5 persen.
Para pemangku kebijakan moneter itu menaikkan suku bunga ke level tertinggi dalam dua dekade terakhir. Suku bunga FFR yang tinggi itu bertahan nyaris hampir setahun. Pada minggu lalu, The Fed juga mengurangi proyeksi penurunan suku bunga tahun ini dari tiga kali menjadi satu kali saja.
Angka inflasi pada kuartal pertama 2024 mengejutkan para pejabat the Fed, melawan tren penurunan yang terjadi pada semester II-2024. Kenaikan harga-harga ini membuat The Fed berhati-hati. Presiden Fed Boston, Susan Collins mengingatkan pasar untuk tak bereaksi berlebihan atas data jangka pendek yang menjanjikan.
Susan berpandangan, The Fed awalnya memiliki peluang untuk menurunkan suku bunga antara satu hingga dua kali.
"Pada awalnya, saya membayangkan skenario keduanya. Tapi kalau saya lihat ke depan, pandangan saya soal seberapa besar potensi pelonggaran semakin berkurang jika melihat data yang ada," katanya.
Pada rapat FOMC minggu lalu, ada empat pejabat The Fed yang melihat tidak ada peluang untuk menurunkan suku bunga tahun ini.
Musalem mengaku butuh data inflasi yang memadai yang menunjukkan bahwa permintaan dan penawaran memang menunjukkan tren yang baik. Data tersebut dibutuhkan sebelum The Fed mengambil keputusan.
"Kondisi ini butuh waktu berbulan-bulan, bahkan satu kuartal," katanya.
Data ekonomi AS saat ini cukup beragam. Konsumsi terus menurun meski angka pertumbuhan lapangan kerja cukup kuat. Adapun inflasi yang melandai belakangan kembali naik.
"Saya yakin kebijakan moneter saat ini cukup untuk meredakan ekonomi dan mendorong inflasi ke level 2 persen tanpa harus terjadi kontraksi tajam pada aktivitas ekonomi atau penurunan signifikan di pasar tenaga kerja," kata Kugler.
(RFI)