Tidak Semua Saham FCA Buruk, TOTO hingga EPMT Buktinya
Kebijakan papan pemantauan khusus dengan metode full-call auction (FCA) menuai pro kontra di kalangan investor.
IDXChannel - Kebijakan papan pemantauan khusus dengan metode full-call auction (FCA) menuai pro kontra di kalangan investor.
Sebagian investor menilai, papan pemantauan khusus berisikan saham-saham yang buruk. Padahal, tidak semua saham yang masuk papan pemantauan khusus memiliki kinerja buruk.
"Saham yang masuk dalam papan pemantauan khusus ini tidak semua jelek, ada juga yang bagus," kata pengamat pasar modal Hans Kwee dalam Market Review IDX Channel, Selasa (11/6/2024).
Hans mengatakan, investor yang hendak membeli saham FCA harus jeli dan melakukan riset mendalam terhadap fundamental perusahaan. Namun, dia tetap menyarankan agar investor pemula berhati-hati membelinya karena metode jual beli FCA agak rumit.
Direktur Pengembangan Bursa Efek Indonesia (BEI) Jeffrey Hendrik sebelumnya juga menegaskan bahwa papan pemantauan khusus bukan hukuman yang diberikan BEI kepada emiten. Dia menyebut, penerapan FCA bertujuan untuk melindungi investor, terutama dari potensi manipulasi harga saham.
“Jadi yang ingin kami sampaikan adalah pesan tadi bahwa papan pemantauan khusus tidak serta merta menunjukkan negativity suatu perusahaan atau hukuman dari bursa,” katanya.
Dia mengatakan, kebijakan FCA sudah melalui kajian yang cukup panjang. Sebelum diluncurkan pada 25 Maret 2024, kebijakan ini sudah diuji coba sejak Juni 2023.
Beberapa saham yang masuk papan pemantauan khusus memiliki kinerja yang baik. Biasanya, saham-saham ini masuk karena tidak memenuhi ketentuan free-float (kategori 6) yakni 50 juta lembar saham dan 7,5% porsi saham harus beredar di publik. Berikut di antaranya:
1. ADES
PT Akasha Wira International Tbk (ADES) masuk papan pemantauan khusus sejak 31 Januari 2024 karena kategori 6. Kinerja ADES tahun lalu cukup impresif dengan pendapatan Rp1,5 triliun dan laba bersih Rp396 miliar.
Harga saham ADES juga tergolong wajar dengan Price Earning Ratio (PER) 13 kali, Price to Book Value (PBV) 3,15 kali, dan EV to EBITDA 9 kali. Dari sisi balance sheet, ADES juga bebas utang.
2. TOTO
Saham PT Surya Toto Indonesia Tbk (TOTO) juga masuk papan pemantauan khusus karena kategori 6, yakni ketentuan free float.
Secara fundamental, kinerja emiten saniter ini cukup sehat. Pada 2023, pendapatan usaha TOTO mencapai Rp2 triliun dengan laba bersih Rp242 miliar.
Secara valuasi, PER TOTO 9,6 kali, PBV 0,9 kali, dan EV to EBITDA 5 kali. TOTO juga tak pernah absen membagikan dividen kepada pemegang saham.
3. EPMT
PT Enseval Putra Megatrading Tbk (EPMT) merupakan emiten yang royal membagikan dividen. Emiten Grup Kalbe ini masuk papan pemantauan khusus karena kategori 6.
Secara kinerja, EMPT tahun lalu meraih pendapatan Rp28,5 triliun dengan laba bersih Rp688 miliar. PER saham EPMT tercatat 8,8 kali dengan PBV 0,82 kali.
4. JECC
PT Jembo Cable Company Tbk (JECC) juga memiliki kinerja yang sehat dan royal membagikan dividen kepada pemegang saham. Pada tahun lalu, perusahaan kabel ini membukukan pendapatan Rp3 triliun dengan laba bersih Rp64 miliar.
JECC masuk papan pemantauan khusus untuk kategori 6. Perseroan langsung mengambil gerak cepat dengan melakukan aksi korporasi pemecahan nilai nominal saham (stock split) yang berlaku 13 Juni.
Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.
(RFI)