TIMAH (TINS) Cetak Laba Bersih Rp605 Miliar hingga September 2025
PT TIMAH Tbk (TINS) mencatat perlambatan kinerja pada sembilan bulan pertama 2025 di tengah penurunan produksi dan penjualan timah
IDXChannel - PT TIMAH Tbk (TINS) mencatat perlambatan kinerja pada sembilan bulan pertama 2025 di tengah penurunan produksi dan penjualan komoditas timah. Anak usaha MIND ID itu membukukan laba bersih Rp605 miliar, turun 34 persen secara tahunan.
Secara operasional, TINS memproduksi bijih timah sebesar 12.197 ton Sn, turun hingga 20 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 15.201 ton Sn. Beberapa faktor penyebab terjadi penurunan produksi di antaranya cuaca angin utara dan angin tenggara, kondisi cadangan tidak menerus (spotted), dan masih terjadinya aktivitas penambangan ilegal.
Sedangkan produksi logam timah turun 25 persen menjadi 10.855 metrik ton dibandingkan periode yang sama tahun 2024 sebesar 14.440 metrik ton. Sementara penjualan logam timah turun 30 persen menjadi 9.469 metrik ton dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 13.441 metrik ton.
Sepanjang Januari-September 2025, perseroan membukukan pendapatan sebesar Rp6,6 triliun dengan EBITDA sebesar Rp1,5 triliun. Adapun laba bersih tercatat Rp602 miliar atau 78 persen dari target ditetapkan untuk tahun 2025 sebesar Rp774 miliar.
Aset perseroan naik 7 persen menjadi Rp13,7 triliun dari Rp12,80 triliun pada akhir tahun 2024. Sedangkan posisi liabilitas sebesar Rp6,1 triliun, naik 14 persen disebabkan naiknya utang usaha dan pinjaman bank jangka pendek.
Kendati demikian, neraca TINS masih sehat dan stabil. Hal ini tercermin dari Quick Ratio yang mencapai 32,8 persen yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek tanpa bergantung persediaan. Sementara Current Ratio yang berada di angka 177,8 persen memberikan gambaran bahwa perusahaan dalam kondisi keuangan yang aman untuk pemenuhan kewajiban jangka pendek.
Dari sisi struktur modal, Debt to Asset Ratio tercatat sebesar 44,4 persen dan Debt to Equity Ratio sebesar 79,9 persen, menandakan bahwa tingkat utang masih berada dalam batas yang aman dan terkendali.
"Secara keseluruhan, angka-angka ini menunjukkan bahwa Perseroan berada dalam posisi keuangan yang cukup stabil untuk mendukung operasional perusahaan ke depan," kata Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko TIMAH, Fina Eliani lewat keterangan resmi, Minggu (2/11/2025).
"Seiring dengan peningkatan produksi dari quarter to quarter, momentum tren kenaikan harga logam timah global serta dukungan pemerintah terhadap perbaikan tata kelola pertambangan timah, perseroan berhasil membukukan laba bersih 9M 2025 sebesar Rp602 miliar dua kali lipat dari laba bersih semester 1-2025.“ ujarnya.
Permintaan timah global terutama dari sektor elektronik (tin solder dan tin chemical) tetap kuat, didorong oleh pasar Jepang dan China. Berdasarkan publikasi Kementerian Perdagangan, ekspor logam timah Indonesia sampai dengan September 2025 mencapai 37.946 metrik ton atau naik 28 persen dibandingkan periode yang sama di tahun 2024.
Selama 9M 2025, kontribusi penjualan ekspor TIMAH mencapai 21 persen dari total ekspor timah Indonesia, serta menyumbang 3 persen dari total ekspor timah global sebesar 278.048 metrik ton. Berdasarkan CRU Tin Monitor, pertumbuhan produksi logam timah global di 9M 2025 sebesar 278.048 ton, sedangkan konsumsi logam timah global di 9M 2025 diperkirakan sebesar 282.874 ton
Harga timah sampai dengan September 2025 menunjukkan tren kenaikan harga yang lebih kuat dibandingkan semester 1-2025, didorong oleh ketatnya pasokan yang berkelanjutan meskipun ada tanda-tanda pemulihan parsial. Harga rata-rata logam timah Cash Settlement Price LME 9M 2025 sebesar USD 32.775,58 per ton atau naik 8,8 persen dibandingkan dengan periode sama tahun sebelumnya sebesar USD30.130,32 per ton.
Perseroan mencatatkan penjualan logam timah domestik sebesar 7 persen dan ekspor logam timah sebesar 93 persen dengan 6 besar negara tujuan ekspor meliputi Jepang 19 persen, Singapura 19 persen, Korea Selatan 18 persen, Belanda 9 persen, Italia 4 persen, dan AS 4 persen.
Pada 9M 2025 harga jual rata-rata logam timah perseroan sebesar USD33.596 per metrik ton, naik 8 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar USD31.183 per metrik ton.
Berdasarkan publikasi laporan International Tin Association (ITA) memperkirakan penggunaan logam timah di 2025 mengalami pemulihan senilai 0,6 persen atau mencapai 380.160 metrik ton dan perkiraan supply sebesar 374.910 metrik ton.
Perkiraan harga timah pada tahun 2025 berkisar antara USD32.254-USD34.000 per ton. Di sisi fundamental, pengetatan pasar timah didorong oleh terbatasnya pasokan dari Indonesia, Myanmar, MSC (Malaysia Smelting) dan DRC (Kongo) yang diperparah oleh regulasi, konflik, dan pemeliharaan produksi.
(Rahmat Fiansyah)