TOWR Sebut Frekuensi 1,4 GHz Bakal Dongkrak Bisnis Penyewaan Tower
Pemerintah tengah menggelar lelang frekuensi 1,4 GHz yang diikuti sejumlah perusahaan telekomunikasi.
IDXChannel - Pemerintah tengah menggelar lelang frekuensi 1,4 GHz yang diikuti sejumlah perusahaan telekomunikasi. PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR) meyakini kebijakan itu akan berdampak positif terhadap bisnis tower telekomunikasi.
Direktur TOWR, Indra Gunawan mengatakan, lelang frekuensi baru ini akan berdampak positif pada kinerja perseroan karena berpotensi meningkatkan permintaan sewa infrastruktur telekomunikasi.
"Ini memang akan sejalan juga dengan strategi perusahaan tentang lelang frekuensi, bagaimana mereka akan memobilisasi penggunaan frekuensi," kata Indra dalam Public Expose Live 2025, Senin (8/9/2025).
Indra menjelaskan, meskipun frekuensi ini termasuk dalam kategori low-band, utilisasi yang akan dipergunakan sebagai service access akan sangat tinggi. Dan ini pernah terjadi sebelumnya.
Berdasarkan kajian internal perusahaan, frekuensi baru akan menjadi peluang bagi entitas usaha Djarum Group itu selaku penyedia infrastruktur. Pergerakan ini bisa terjadi baik di area dengan low broadband maupun higher penetration broadband yang menjadi area mitra bisnis perseroan. Hal tersebut didasarkan pada pengalaman TOWR sebelumnya pasca lelang frekuensi.
"Para pemenang tender nanti juga akan menggunakan cukup banyak (infrastruktur)," kata Indra.
Sebagai informasi, PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR) mencatat kinerja positif pada paruh pertama tahun ini. Pendapatan operasional konsolidasi perseroan mencapai Rp6,39 triliun, tumbuh 3,9 persen secara year-on-year (yoy).
Laba sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi (EBITDA) juga meningkat 3,7 persen menjadi Rp5,32 triliun. Sementara laba bersih mencapai Rp1,65 triliun, tumbuh 2,9 persen yoy.
Advisor-Group Investor Relations TOWR, Adam Gifari mengatakan, 2025 menjadi tahun bagi TOWR untuk kembali memfokuskan diri pada kekuatan utamanya sebagai penyedia infrastruktur telekomunikasi dengan skala operasi yang signifikan.
"Setiap kali kami menambah aset, kami selalu berusaha untuk mendapatkan nilai sebanyak mungkin dari aset tersebut," ujar Adam.
Adam meyakini hal ini akan mendukung ketahanan Return on Equity (ROE) dan Return on Assets (ROA) yang masing-masing berada pada 17,5 persen dan 8 persen pada kuartal kedua 2025.
"Skala operasi kami seharusnya memungkinkan ROE dan ROA yang stabil," ujar Adam.
Sebagai salah satu langkah fokus ulang, perusahaan berhasil mengurangi utang sebesar Rp1,6 triliun pada kuartal ini, sehingga saldo utang bruto turun menjadi Rp50 triliun. Penurunan utang ini merupakan hasil dari fokus manajemen pada keunggulan operasional yang mengarah pada pengumpulan kas yang lebih baik, di samping terus mengembangkan bisnis.
(Rahmat Fiansyah)