MARKET NEWS

Transisi Energi Terbarukan Vale Indonesia (INCO) Disorot Media Asing

Taufan Sukma/IDX Channel 07/10/2023 00:24 WIB

AP melaporkan bagaimana usaha perusahaan tambang dalam mencoba menjawab tantangan global, terkait kesadaran tentang pentingnya penggunaan energi bersih.

Transisi Energi Terbarukan Vale Indonesia (INCO) Disorot Media Asing (foto: MNC Media)

IDXChannel - Program transisi energi terbarukan yang dijalankan oleh PT Vale Indonesia Tbk (INCO) menjadi sorotan publik internasional.

Salah satu media asing, Associated Press (AP), misalnya, baru saja menurunkan laporan dalam bentuk video jurnalistik berjudul 'Menghadapi tekanan yang semakin besar dari pelanggan, beberapa penambang beralih ke energi terbarukan'.

Dalam video tersebut, Jurnalis AP, Victoria Milko, melaporkan bagaimana usaha perusahaan tambang dalam mencoba menjawab tantangan global, terkait kesadaran tentang pentingnya penggunaan energi bersih.

Dalam video tersebut, diceritakan usaha peralihan energi fosil menjadi energi terbarukan yang telah dilakukan INCO di salah satu sitenya di Sorowako, Sulawesi Selatan.

Dalam laporan tersebut AP menyampaikan bagaimana permintaan global terhadap mineral yang dibutuhkan untuk baterai, panel surya, dan komponen penting lainnya untuk transisi ke energi terbarukan semakin meningkat.

Permintaan tersebut menyebabkan terjadinya peningkatan emisi karbon oleh perusahaan pertambangan.

Perusahaan pertambangan global milik Vale Group ini menjalankan pabrik peleburan nikelnya di Sorowako berdasarkan sumber energi dari tiga bendungan pembangkit listrik tenaga air (PLTA) yang berada di dekatnya.

"Beberapa perusahaan sudah mulai mengurangi penggunaan bahan bakar fosil dalam ekstraksi dan pemurnian," demikian AP mengabarkan.

Dalam video tersebut, Chief Executive Officer INCO, Febriany Eddy, menjelaskan bahwa ketiga bendungan PLTA yang menjadi sumber energi operasionalisasi tersebut menghabiskan investasi modal hampir satu miliar dolar AS.

Setelah bertahun-tahun, semua investasi tersebut diklaim Febriany telah memberikan dampak terhadap biaya operasional INCO, sebagai salah satu yang terendah dalam kategori produsen Nikel Laterit. 

"Hal ini karena kami memiliki PLTA, sehingga tidak hanya mengurangi emisi karbon, tapi juga mengurangi biaya yang dikeluarkan perusahaan saat ini. Sebab, kami tidak lagi terlalu fluktuatif terhadap biaya bahan bakar dan batu bara," tutur Febriany.

Sementara, Executive Director Initiative for Responsible Mining Assurance (IRMA), Aimee Boulanger, menjelaskan bahwa di dunia yang sudah mengalami stres iklim, masyarakat diminta menjadi bank sumber daya nasional untuk transisi energi. 

"Melindungi lingkungan tempat mereka tinggal, air minum, dan pengelolaan limbah -- lebih dari sekadar emisi karbon, namun juga merupakan bagaimana cara menjaga ekosistem secara berkelanjutan," tegas Boulanger. (TSA)

SHARE